Senin, 29 September 2008

Berhati-hatilah !!!

Dari Hudzaifah al Yamani, dia bercerita bahwa “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang keburukan karena khawatir akan menimpaku. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah ! Kami dulu berkubang dalam kejahiliyahan dan kejelekan, lalu… Allah memberikan kebaikan Islam ini, akankah ada lagi kejelekan setelah kebaikan ini ?” Beliau Rasulullah Shalallahu Alaihi wasallam menjawab, “Ya.” Aku (Hudzaifah al Yamani) bertanya lagi, “Apakah akan ada lagi kebaikan setelah kejelekan setelah itu?” Beliau menjawab, “Ya, tetapi diikuti Dakhan (awan gelap/kekeruhan).” Aku bertanya lagi, “Apa itu dakhan ?” Beliau menjawab, “Satu kaum yang menjalankan sunnah, namun bukan sunahku, mengambil petunjuk bukan dari petunjukku. Engkau mengenali dan mengingkari kondisi mereka”. Aku bertanya lagi, “Akankah ada keburukan lagi setelah kebaikan itu ?” Beliau menjawab, “Ya. Yaitu para juru da’wah yang mengajak ke pintu jahanam. Barang siapa yang menjawab panggilan mereka, maka akan tercampakkan ke dalam jahannam.” Aku Berkata, ”Wahai Rasulullah ! Jelaskan cirri mereka kepada kami!” Beliau bersabda, “Mereka berasal dari kita sendiri dan mereka berbicara dengan bahasa kita…………. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dalam Al-Ajwibatun Nafi’ah ‘an Asilati Lajnati Masjidil Jami’ah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, As- Sunnah 01/IX/1426H hal. 42)

berkata dan berbuatlah

Rasulullah Shalallahu Alaihi wasallam mengabarkan : “Didatangkan seseorang pada hari Kiamat, kemudian dilemparkan ke dalam neraka hingga ususnya terburai, berputar-putar seperti keledai berputar di sekeliling batu gilingan. (kemudian) Berkumpullah padanya penghuni neraka dan bertanya kepadanya : “Wahai Fulan! Apa yang terjadi denganmu? Bukankah engkau dahulu yang memerintahkan kami mengerjakan kebaikan dan mencegah kami dari kemungkaran?” Dia (orang yang diazab hingga ususnya terburai itu) menjawab : “Aku memerintahkan kalian mengerjakan kebaikan, sedangkan aku tidak mengerjakannya. Aku larang kalian dari kemungkaran, sedangkan aku sendiri melakukannya”.
Rawahu al-Bukhari

Jangan menyelisihi Rasul

Berkata Sufyan bin Uyainah : “Saya mendengar Malik bin Anas didatangi oleh seseorang dan berkata, “Wahai Abu Abdillah (maksudnya Imam Malik bin Anas) dari mana saya harus memulai ihram ? Dijawab oleh beliau : “Dari Dzul Hulaifah, tempat dimana dahulu Rasulullah memulai ihram.” Namun orang tersebut berkata, “Tapi saya ingin mulai ihram dari masjid Nabawi dekat dengan kubur Rasulullah.”
Maka berkata Imam Malik : “Jangan lakukan, saya takut engkau akan terkena fitnah.” Lalu lelaki itu berkata lagi, “Fitnah apa? Kan hanya saya tambah beberapa mil saja?” Maka Imam Malik berkata : “Fitnah apa yang lebih besar ketimbang engkau perpandangan bahwa engkau telah lebih dahulu melakukan amal kebaikan yang tidak dilakukan Rasulullah ? Sesungguhnya saya mendengar Allah berfirman dalam Surah An-Nur ayat 63 “ Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah rasul takut akan di timpa fitnah atau akan ditimpa adzab yang pedih.”
(Al-Faqih wal Mutafaqqih oleh Al-Khatib Al-Baghdadi 1/148, abu Nu’aim dalam Hilyah 6/326)

Jangan menyelisihi Sunnah

Dari Sa’id bin Musayyib bahwasanya beliau melihat seseorang mengerjakan shalat setelah adzan Shubuh lebih dari dua rakaat, dia banyak rukuk dan sujud, maka (melihat hal tersebut) Sa’id bin Musayyib melarangnya. Lalu orang tersebut berkata, “Wahai abu Muhammad (maksudnya Sa’id bin Musayyib), apakah Allah akan mengadzab ku karena aku mengerjakan shalat ? Maka Sa’id bin Musyyib menjawab, “Tidak, Tapi Allah akan mengadzabmu karena engkau menyelisihi Sunnah Rasulullah.”
Hadits riwayat al-Baihaqi 2/466, serta Ad Darimi 1/116 dengan sanad shahih)

Berbuatlah !!

Di dalam Fathul Bariy - Syarah Shohiih al-Bukhari dan juga di dalam Shohih Muslim Syarah An-Nawawi diriwayatkan, Dari Ali Radiallahu Anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alahi wasallam, bahwa beliau (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) pernah mengiringi jenazah seseorang ke kuburan, lalu beliau (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) mengambil sebatang kayu sambil memukul-mukulkannya ke tanah. Kemudian, beliau (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam) bersabda : “Tidak ada seseorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya, apakah dineraka atau di surga”. Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah kita tidak bergantung pada nasib saja ?”.
Beliau (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) menjawab : “Tidak ! Berbuatlah !, karena masing-masing akan dimudahkan menuju takdir yang ditetapkan untuknya. Lalu beliau (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam) membaca Surah Al Lail ayat 5-10 “Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar”.
(Hadits Muttafaq’ alaih, Shohih Bukhari-Fathul Bari VIII/708, kitab al Qadar Bab 2 hadits No. 6596. Shohih Muslim Syarh Nawawi, Khalil Ma’mun Syiha Kitab al Qadar hadits no. 6675, Shohih Sunan at Tirmidzi kitab al Qadar No. 2136)


Obat Kebodohan adalah Bertanya

Dari Jabir Radiallahu Anhu, dia berkata : “Kami pernah keluar dalam suatu safar. Saat itu ada batu menimpa salah seorang di antara kami hingga melukai kepalanya. Orang ini kemudian bermimpi (bermimpi junub). Diapun bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Apakah kalian mengetahui ada Rukhsah yakni keringanan hukuman dengan bertayamum dalam masalah ini?” Mereka menjawab, “Kami tidak mendapatkan Rukhsah untukmu dalam masalah ini.”
Akhirnya orang ini mandi junub, (dimana luka dikepalanya terkena air) lalu meninggal dunia.
Ketika kami sampai di hadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, aku ceritakan masalah itu. Beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) lalu berkata : “Mereka telah membunuhnya. Semoga Allah membunuh mereka. Tidakkah mereka bertanya ketika tidak mengetahui? Sesungguhnya obat kebodohan hanyalah bertanya ! Rawahu Abu Daud, Ad Daruquthni. Hadits ini dishohihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih al Jami’ ash Shagir No. 4362

Pembelajaran Tauhid untuk Anak

Didalam riwayat At Tirmidzi, dari Abul Abbas… Abdullah bin Abbas, dia berkata : “Pada suatu hari aku membonceng dibelakang Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau berkata, “Wahai anak. Sesungguhnya aku mengajarimu beberapa kalimat, yaitu : “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapatiNya dihadapanmu. Apabila engaku meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau mohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu satu manfaat niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk memberimu satu bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah diangkat dan tinta telah kering.
(HR. Tirmidzi dan berkata Hasan shahih, As Sunnah 11/VII/1424 hal. 56)

Minggu, 28 September 2008

Taqabalallahu minna wa mink kum

Bismillahirrahmaa nirrahimm
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Khaifahalu ya ikhwa fillah.....
Selama Ramadhaan ana fakum dari blog ini.... (jangan mikir yang aneh-aneh lho ya...)
Sebenarnya banyak yang ingin ana sampaikan di blog ini mengenai Ramadhaan dan aktivitas nya sebagaimana Ramadhaannya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para Sahabat Ridwanallahu 'Alaihim Jamian, namun karna sesuatu dan lain hal ... akhirnya keinginan tersebut tidak dapat ana realisasikan. Afwan !!!
Dan di akhir Ramadhaan ini, Alhamdulillah Allah Azza Wajalla masih memberi ana kesempatan untuk bergelut dengan Blog ini .. walau hanya dengan beberapa baris tulisan.
Toyib ! Saudara ku se-Iman se-Aqidah (semoga Allah Azza Wajalla merahmati dan meridhoi apa yang telah kita usahakan diatas agama ini) , Dari Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Astqalani (semoga Allah merahmatinya) , ia berkata “Kami meriwayatkan di dalam kitab al-Mahaamiliyyat dengan sanad hasan dari Jubair Ibnu Nufair, dia berkata : “Para Sahabat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam jika bertemu pada hari ‘Ied, sebagian mereka mengucapkan kepada sebagian lainnya

Taqabalallahu minna wamink kum “Semoga Allah menerima amal kami dan kamu.”
Perkataan ini Ikhwa fillah juga diriwayatkan di dalam kitab Al-Mughni dari Ibnu Qudamah dari Muhammad bin Ziyad.
Lantas dari manakah sumber ucapan " Minnal aidzin wal fa idzin " ? adakah ucapan ini bersumber dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabat Ridwanallahu 'Alaihim Ajemain. Lantas kenapa kita mengamalkannya ?
Perbuatan manakah yang lebih baik ! mencontoh Rasulullah dan para Sahabatnya ? atau mencontoh.. sesuatu yang kita tidak tahu dari mana sumber asalnya..!
Semoga yang sedikit ini dapat bermanfaat. Wallahu a’lam