Kamis, 16 Oktober 2008

mana yang lebih utama ? memperbaiki diri atau memperbaiki pemimpin

Bismillahirrahmaa nirrahimm
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memberikan sanjungan, hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan dan ampunan, dan hanya kepada-Nya lah kita senantiasa berlindung dari kejahatan diri dan dari keburukan amal perbuatan kita.
Wahai saudaraku... Semoga Allah Azza Wajalla menyatukan kita semua untuk senantiasa mencintai-Nya dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya.
Berbicara mengenai pemimpin dan penguasa. Bahwa eksistensi seorang penguasa memiliki urgensi tersendiri. Kita selaku masyarakat atau rakyat, sudah barang tentu berhajat pada sosok yang kapabel atau kalo’ dalam bahasa kita, orang tersebut ahli dalam bidangnya yakni ahli dalam mengkoordinasikan laju roda kehidupan dari mulai masyarakat kelas sederhana, sampai ke tingkat yang lebih luas. Nah yang namanya roda kehidupan ini saudaraku, sudah sangat jelas bahwa tidak akan berjalan tanpa adanya pemimpin.
Jadi, yang namanya pemimpin atau penguasa, merupakan tumpuan dan titian bagi rakyat dan masyarakat dalam menciptakan rasa aman, kemudian menciptakan kesejahteraan social diwilayah yang dipimpinnya bahkan kewilayah tetangganya. Nah ini semua Saudaraku , akan terwujud ketika yang memegang pemerintahan adalah sosok seseorang yang adil, punya skill atau keahlian manajerial yang handal, dan mampu dalam membuat atau mengambil kebijakan yang handal dan cerdas. Sehingga sasaran utama dan yang pertama dari sosok pemimpin ini, jika ia memimpin adalah bagaimana mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Namun saudaraku, sering terjadi atau fenomena yang sekarang menggejala yakni penguasa yang memerintah berbuat semena-mena terhadap rakyatnya atau terhadap masyarakat yang dipimpinnya. Akhirnya.... Harapan tinggal mimpi !
Hati dan perasaan kita kecewa. Penguasa memerintah dengan dzalim baik disadari atau tidak. Kekacauan menyebar cepat, narkotika, khamar, perampokan, perjudian, pencurian, penjarahan, dan naudzubillahimindzalik, pemerkosaan telah biasa bahkan dihalalkan dan menjadi menu utama halaman media massa. Penguasa cuek dengan konflik dan krisis yang terjadi dimasyarakatnya. Dan penguasa sibuk dengan urusan peribadinya.
Mari Saudaraku, kita renungkan firman Allah Azza Wa Jalla didalam al-Qur’an Surah al-An’am ayat 129 yang artinya, “Dan demikianlah, kami jadikan penguasa dzalim bagi sebagian yang lain, karena apa yang mereka usahakan.”
Pada ayat tersebut saudaraku (semoga kita dikarunia oleh Allah Azza Wajalla ilmu yang bermanfaat, rizky yang halal lagi baik, dan amalan yang diterimna), Allah Azza Wa Jalla mengabarkan bahwa Allah Azza Wa Jalla membalas orang-orang yang berbuat dzalim atau aniaya, dengan cara menempatkan sosok yang dzalim menjadi pemimpin. Lantas mengenai ayat ini, Qatadah Rahimahullahu ta’ala berkata, “Allah menempatkan manusia berdasar amalannya. Dimana orang yang berzina dipuji oleh orang yang berzina, seorang pemabuk disanjung sanjung oleh para pemabuk, para perampok dibangga banggakan oleh kawanan perampok yang lain, dimanapun berada. Demikian juga orang kafir menjadi wali bagi jenisnya, jadi makna ayat tadi bahwa Allah Azza Wa Jalla membalas orang dzalim dengan menempatkan orang dzalim atas mereka yang dzalim tersebut, serta membalas mereka (orang-orang yang dzalim) dengan orang-orang yang sejenisnya sebagai balasan dari kedzaliman dan kebengisan yang dilakukan oleh orang-orang yang dzalim tersebut.
Lantas, apakah kita termasuk ke dalam orang-orang yang dzalim Saudaraku?
Misalnya dzalim terhadap Allah Azza Wa Jalla dengan berbuat syirik, dzalim terhadap Rasulullah dengan meninggalkan sunnahnya, dzalim terhadap orang lain, tetangga, sanak kerabat, binatang, alam semesta dan lain-lain.

Kedzaliman yang terjadi dimasyarakat kita terlalu beragam Saudaraku ! Dan inginkah kita nantinya dipimpin oleh pemimpin yang memerintah dengan dzalim ?
Jadi Saudaraku... mana yang perlu diperbaiki terlebih dahulu nih!?.
Diri kita dahulu diperbaiki, dengan instropeksi diri agar kita tidak termasuk kedalam orang-orang yang berbuat dzalim, atau... kita lebih selektif memilih pemimpin dengan melihat latar belakang dan skill manajerialnya dalam mengelola roda kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
untuk itu saudaraku.... Ada sebuah nasehat dari seorang ulama abad ke 8 yang kami kutip dari As-Sunnah, dari Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyyah, ulama tersebut bernama Imam Ibnu Abil Izzi Rahimahullahu Ta’ala. yang patut untuk kita renungkan dan pikirkan serta kita jadikan pelajaran dalam berpijak, dimana al-Imam Ibnu Abil Izzi berkata “Kalau rakyat ingin lepas dari kelaliman penguasa yang dzalim, hendaklah mereka (masyarakat tersebut) melepaskan (diri) dari (tindakan) kedzaliman terlebih dahulu.
Wallahu a’lam