Sabtu, 31 Juli 2010

Nisfu Sya'ban

بِسْمِ الّلهِ الرَّ حْمنِ الرَّ حِيمِ

Wahai saudaraku yang benci kemusyrikan… Alhamdulillah kita telah berada di Bulan Sya’ban. Dimana tak lama lagi, sekitar kurang lebih 10 atau 11 hari lagi, akan datang bulan yang penuh barokah dan rahmat, bulannya Al-Qur’an, bulan yang didalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Semoga Allah azza wa jalla merahmati kita, dan menakdirkan kita untuk menjalani Ramadhan tahun ini, sehingga kita dapat menjalaninya, merasakan nikmatnya dan mengambil banyak manfaat darinya.

Dan, mari saudaraku yang membenci sesuatu yang baru yang diada-adakan di dalam agama, Kita memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Kita berlindung kepada-Nya dari segala kejelekan-kejelekan jiwa kita dan dari kejelekan-kejelekan amalan kita. Sungguh ! Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dia telah mendapat petunjuk, dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tiada baginya wali dan pembimbing. Semoga Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada manusia teladan, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut-pengikutnya yang lahir dan bathinnya berada diatas sunnahnya hingga hari kiamat.

Selanjutnya wahai saudaraku, yang mengharapkan sebaik-baik tempat kembali yakni Jannah, maka untuk postingan kali ini kami mencoba mengangkat tema yang amat sangat popular ditengah masyarakat muslim di bulan sya’ban ini yakni nisfu sya’ban. Adapun Pembahasan mengenai Nisfu Sya’ban ini, ana ambilkan manfaat dari tulisan, dari buah karya seorang Ulama Muta'akhirin, Ulama Besar kaum Muslimin abad ini, yakni Al-Alamah Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah. Yang lebih dikenal dengan Syaikh Bin Baz.

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa hadits-hadits seputar perayaan Nisfu Sya’ban derajatnya berkisar pada Dhoif atau lemah, bahkan lebih banyak yang Maudhu alias palsu. Jadi sangatlah jelas bahwa peringatan malam Nisfu Sya’ban dengan pengkhususan sholat atau lainnya, dan pengkhususan siang harinya dengan puasa, itu semua adalah termasuk perbuatan yang tidak dicontohkan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi wasallam dan para Sahabat Ridwanallahu ‘Alaihim Jamian, tidak ada landasan dalilnya dalam syariat Islam, bahkan hanya merupakan pengada-adaan saja dalam Islam. Jadi sudah sepatutnyalah hal semacam ini kita tinggalkan, kita jauhkan dari diri kita, kita jauhkan dari keluarga kita dan kita jauhkan dari lingkungan kita (kalau mampu, selama tidak menimbulkan modhorot yang lebih besar).

Sebagaimana kita ketahui bahwa, Allah Azza wa Jalla telah berfirman di dalam Surah Al-Maidah ayat 3


الْيَوْ مَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ


وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى



وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِ سْلَمَ دِينًا


“Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Dan tentunya saudaraku yang membenci Bid’ah, banyak lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat ini, selain itu marilah kita hayati sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim Rahimahullah, atau kalau antum sekalian kesulitan mencari matan hadits ini silahkan buka kumpulan hadits Arbain yang dikumpulkan oleh al-Imam An Nawawi Rahimahullahu Ta’ala Anhu. Dimana Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam :

" من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد ".

“Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu perbuatan (dalam agama) yang sebelumnya tidak pernah ada, maka ia tertolak”.

Selanjutnya, masih dari riwayat Muslim, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

" لا تخصوا ليلة الجمعة بقيام من بين الليالي، ولا تخصوا يومها بالصيام من بين الأيام، إلا أن يكون في صوم يصومه أحدكم "
. رواه مسلم
.

“Janganlah kamu sekalian mengkhususkan malam Jum’at dari pada malam malam lainnya dengan sholat tertentu, dan janganlah kamu sekalian mengkhususkan siang harinya dari pada hari-hari lainnya dengan berpuasa tertentu, kecuali jika hari bertepatan dengan hari yang ia biasa berpuasa (bukan puasa khusus tadi)”

Jadi saudaraku Sebagaimana hadits diatas, yakni “Janganlah kamu sekalian mengkhususkan malam Jum’at dari pada malam malam lainnya dengan sholat tertentu, dan janganlah kamu sekalian mengkhususkan siang harinya dari pada hari-hari lainnya dengan berpuasa tertentu, kecuali jika hari bertepatan dengan hari yang ia biasa berpuasa (bukan puasa khusus tadi)”

Maka seandainya pengkhususan malam itu (maksudnya malam jum’at sebagaimana yang disebutkan didalam hadits) dengan ibadah tertentu diperbolehkan oleh Allah, maka bukankah malam Jum’at itu lebih baik dan lebih layak serta lebih utama dari pada malam malam lainnya, bukankah pada hari itu (yakni hari Jum’at) adalah sebaik-baik hari yang disinari oleh matahari ? hal ini tentunya berdasarkan hadits hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang shohih. Lantas kenapa kita berani lancang mengkhususkan malam-malam yang tidak ada dasar petunjuk dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wasallam yang bertugas sebagai penjelas bagi kita untuk beribadah kepada Allah. Bukan kah telah kita ketahui bahwa pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan.
Maka dari itu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk mengkhususkan sholat pada malam hari itu, dari pada malam lainnya, hal iini menunjukkan bahwa pada malam lainpun lebih tidak boleh dikhususkan dengan ibadah tertentu, kecuali jika ada dalil shohih yang mengkhususkan atau menunjukkan adanya pengkhususan, seperti ketika malam Lailatul Qadar dan malam malam bulan puasa, dimana malam-malam tersebut disyariatkan supaya sholat dan bersungguh-sungguh dengan ibadah tertentu. Dan untuk itulah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan dan menganjurkan kepada kita umatnya, agar supaya melaksanakannya, selain itu beliau juga mencontohkan dengan mengerjakannya, sebagaimana disebutkan dalam hadits shohih
:


" من قام رمضان إيمانا واحتسابا
غفر له ما تقدم من ذنبه،
ومن قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا
غفر له ما تقدم من ذنبه
".

“Barang siapa yang berdiri (melakukan sholat) pada bulan Ramadlan dengan penuh rasa iman dan harapan (pahala), niscaya Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan mengampuni dosanya yang telah lewat, dan barang siapa yang berdiri (melakukan sholat) pada malam lailatul qadar dengan penuh rasa iman dan harapan (pahala), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lewat” Rawahu Muttafaqun ‘alaih.

Maka dari itu wahai saudaraku yang benci kemusyrikan, Jika seandainya malam Nisfu Sya’ban, malam Jum’at pertama pada bulan Rajab, serta malam isra’ dan mi’raj itu diperintahkan untuk dikhususkan, dengan upacara atau ibadah tertentu, pastilah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskan kepada kita umatnya, atau minimal beliau melaksanakannya sendiri, dan jika memang hal itu pernah terjadi niscaya khabar tersebut telah disampaikan oleh para sahabat kepada kita. Dimana para sahabat merupakan sebaik-baik generasi, mereka tidak akan menyembunyikan suatu hal pun dalam agama ini, karena mereka adalah sebaik-baik manusia dan paling banyak memberi nasehat setelah para Nabi.

Selanjutnya saudaraku yang anti Tahayul, bid’ah dan khurofat, dari berbagai nash al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam serta pendapat para ulama yang telah di sebutkan, dapat lah kita menyimpulkan bahwasanya tidak ada ketentuan apapun dari Rasulullah, ataupun dari para sahabat tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban dan malam Jum’at pertama pada bulan Rajab.

Dan dari sini, kita mengetahui bahwa memperingati perayaan kedua malam tersebut adalah sesuatu yang tidak ada contohnya dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wasallam, dan termasuk sesuatu yang diada adakan dalam Islam, begitu pula pengkhususan malam tersebut dengan ibadah tertentu adalah sesuatu yang tidak ada petunjuknya dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wasallam dan menyalahi jalan-ja;an para Shabat Ridwanallahu ‘Alaihim Jamian.

Dan sama halnya dengan malam 27 Rajab yang banyak diyakini orang sebagai malam Isra’ dan Mi’raj, dimana pada malam tersebut kita juga tidak boleh mengkhususkan dengan ibadah ibadah tertentu, selain itu juga tidak boleh dirayakan dengan upacara upacara ritual, berdasarkan dalil dalil yang telah disebutkan tadi.

Sungguh saudaraku se-Iman se-aqidah, malam kejadian Isra’ dan Mi’raj itu tidaklah diketahui secara pasti, dan tidak jelas kapan hari atau tepat tanggalnya peristiwa tersebut. Jadi penyandaran malam Isra’ dan Mi’raj pada tanggal 27 Rajab tidak berdasarkan pada hadits-hadits yang shahih. Untuk itu mari kita bersihkan ibadah kita, kita kembali kepada Sunnah-sunnah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.

Ingat Wahai saudaraku ! Biar sedikit asalkan Sunnah.!!! Sungguh Allah Azza wa jallan tak menghitung kuantitas ibadah seseorang, tetapi yang diperhitungkan yakni Kualitas ibadah.

Dan perlu kita ketahui bahwa para ulama telah bersepakat tentang hadits-hadits yang diriwayatkan mengenai keutamaan bulan Rajab dan Nisfu Sya’ban adalah berderajat Maudhu alias palsu, dan bahkan telah diterangkan oleh para Muhaditsin tentang palsunya hadits sholat Ar Raghaaib dan Nisfu Sya’ban tersebut. diantaranya penjelasan oleh Al Haafidz Ibnu hajar al-Atsqolani Rahimahullah, kemudian Ahlul Jahr wa Ta’dil al-Imam al-hafidz Adz Dzahabi Rahimahullah, selain itu juga ada al-Imam Al `Iraaqiy yang mentakhrij kitab Ihya Ulumudin, juga ada al-Imam Ibnu Al Jauziy, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, An Nawawiy dan As Sayuthiy serta selain dari mereka. Dan mereka para ahli Tahqiiq dikalangan ahli ilmu ini telah melarang mengkhususkan hari tersebut untuk berpuasa, atau mendirikan malamnya serta melaksanakan sholat dengan cara-cara yang tidak ada contohnya dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wasallam, demikian juga pengagungan hari tersebut dengan cara membuat makanan makanan yang enak-enak, mengishtiharkan bentuk bentuk yang indah indah dan selain yang demikian, dengan tujuan bahwa hari ini lebih utama dari hari hari yang lainnya. Untuk itu mari kita perbaiki amalan-kita.

Nah berikut ana kutipkan Pendapat para ahli Syam diantaranya Al Hafidz Ibnu Rajab dalam bukunya “Lathoiful Ma’arif” (dimana, beliau) mengatakan bahwa perayaan malam nisfu sya’ban adalah bid’ah, dan hadits-hadits yang menerangkan keutamaannya semuanya lemah, hadits yang lemah bisa diamalkan dalam ibadah jika asal hadits tersebut didukung oleh hadits yang shoheh, sedangkan yang namanya upacara perayaan malam Nisfu Sya’ban atau pengkhususan ibadah dimalam nisfu sya’ban tidaklah ada dasar pijakan yang shohih, sehingga hadits tersebut tidak bisa didukung dengan dalil hadits-hadits yang derajatnya juga dlo’if.
Bahka, Ia mengomentari bahwa tidak ada suatu ketetapan pun tentang malam Nisfu Sya’ban ini, baik itu dari Nabi maupun dari para Sahabat. Adapun pendapat Imam Auza’iy tentang bolehnya (istihbab) menjalankan sholat pada malam hari itu secara individu dan penukilan Al Hafidz Ibnu Rajab dalam pendapatnya itu adalah gharib dan dhoif, karena segala perbuatan syariah yang belum pernah ditetapkan oleh dalil dalil syar’i tidak boleh bagi seorang pun dari kaum muslimin mengada-adakannya dalam Islam, baik itu dikerjakan secara individu ataupun kolektif, baik itu dikerjakan secara sembunyi sembunyi ataupun terang terangan. Hal ini berdasarkan keumuman hadits Nabi halallahu ‘Alaihi Wasallam:

" من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد ".

“Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang belum pernah kami perintahkan, maka ia tertolak”.
Sungguh saudaraku yang mencintain Sunnah, syaitan menggunakan dua cara untuk menyesatkan kita selakau umat Islam. Cara pertama digunakan untuk mengelabui seorang muslim yang bergelimang maksiat. Yakni dengan menjadikan maksiat yang ia lakukan seakan-akan sesuatu yang indah. Sehingga ia tetap akan jauh dari ketaatan. Dimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Al-Jannah dikelilingi oleh segala hal yang tidak disukai, sementara An-Naar itu diliputi dengan syahwat.” Rawahu Al-Bukhari wa Muslim .
Adapun cara kedua digunakan oleh syaitan untuk menyesatkan seorang muslim yang gemar beribadah. Yakni dengan mengajaknya berlaku ghuluw atau berlebih-lebihan serta melampaui batas di dalam beribadah. Sehingga justru agamanya akan rusak, dimana ia mengerjakan malan yang tidak ada contohnya dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wasallam dan para sahabat. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kita untuk bersikap ghuluw.

Toyib saudaraku yang membenci bid’ah, mari kita simak perkataan seorang ulama besar yakni Al-Imam Makhlad bin Al-Husain Rahimahullah yang terdapat didalam karya besar Ahlul Jahr wa Ta’dil , Al-Hafidz Adz-Dzahabi Rahimahullah, dimana Al-Imam Makhlad bin Al-Husain berkata, “Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berbuat kebaikan melainkan Iblis akan menghadangnya dengan dua cara. Iblis tidak ambil peduli dengan cara apa dia akan menguasainya. Antara bersikap ghuluw di dalam amalan tersebut ataukah sikap meremehkannya.”

Untuk itu mari kita amalkan do’a yang dianjarkan dan dianjurkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wasallam. yakni do’a yang ana ambilkan dari sebuah hadits shohih yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Majah dalam shohih Ibnu Majah dan Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah dari Ummu Salamah Radiallahu Anha,


حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ


حَدَّثَنَا شَبَابَةُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ


عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي عَائِشَةَ


عَنْ مَوْلًى لِأُمِّ سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ


dimana Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah (dimana ia) berkata, telah menceritakan kepada kami Syababah, (dan ia) berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Musa bin Abu 'Aisyah dari Mantan budak Ummu Salamah, dari Ummu Salamah, ( ia ) berkata,


أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


كَانَ يَقُولُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ


"Ketika salam dalam shalat subuh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan;


اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا


وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا


“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada Mu ilmu yang bermanfaat, Rizky yang halal, dan amalan yang diterima.”

Semoga Do’a ini dapat dihafalkan dan diamalkan.

Wallahu alam bish-shawab. Semoga bermanfaat.

Minggu, 11 Juli 2010

Isra' wa Mi'raj

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Wahai saudaraku yang selalu mengharapkan rahmat Allah, segala puji hanya bagi Allah Azza wajalla, kepada-Nya kita memberikan sanjungan , memohon pertolongan dan ampunan. Dan hanya kepada-Nya lah kita senantiasa berlindung dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Semoga Allah Azza Wa jalla menyatukan kita semua untuk senantiasa mencintai-Nya dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya.

Alhamdulilah pada hari ini, atas izin Allah Azza wa Jalla tentunya, ana postingkan postingan mengenai suatu peristiwa besar di dalam perkembangan dunia Islam, dimana pada pristiwa tersebut, kaum muslimin diperintahkan untuk melaksanakan sholat 5 kali dalam sehari semalam, serta di anjurkan untuk Ber-Bekam. Dan tentunya banyak berbagai peristiwa menarik yang juga terjadi pada pristiwa tersebut, dimana peristiwa-demi peristiwa yang Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam alami pada peristiwa tersebut, beliau paparkan, sehingga kaum muslimin mendapatkan pelajaran dan pedoman hidup di dunia ini. Peristiwa tersebut bernama Isra’ Mi’raj.

Selanjutnya, tatkala Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam berada di tengah periode, dimana dakwahnya menerobos jalan antara kesuksesan dan penindasan, maka atas kehendak Allah Azza wa Jalla terjadilah peristiwa yang kita kenal dengan Isra’ Mi’raj tersebut. Dan perlu kita ketahui, wahai saudaraku yang selalu mengharapkan rahmat dan ridho Allah, Terdapat beberapa pendapat yang beragam mengenai sejarah kapan waktu pastinya terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut. Namun para salafus shalih serta para ulama-ulama yang tegak diatas al-Qur’an dan Sunnah tak pernah mempermasalahkan hal tersebut atau bahkan mencari-cari melalui mimpi dan perantara ghoib lainnya guna menyibak hal tersebut, karna para Ulama yang tegak diatas Al-Qur’an dan Sunnah lebih memperhatikan dan fokus pada bagaimana mengaplikasikan peristiwa tersebut, serta apa pesan-pesan serta perintah yang diwajibkan pada peristiwa Isra’ Mi’raj kepada kita kaum muslimin dalam kehidupan sehari-hari.

Dan sebagaimana yang telah Masyhur, Allah Azza Wa jalla berfirman dalam Surah Al-Israa’ ayat 1 :

سُبْحَنَ الَّذِى أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً


مّنَ الْمَسجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمسْجِدِ الأَقْصَا


الَّذِى بَرَكْنَا حَوْلَهُ, لِنُرِيَهُ, مِنْ ءَايَتِنَا.


إِنَّهُ, هُوَالسَّمِيعُ الْبَصِيرُ.


“Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Berikut ini wahai saudaraku yang mencintai Sunnah, ada beberapa hadits tentang terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj yang kami sadurkan dari sebuah kitab karya Al-Alamah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani (Semoga Allah Azza Wa jalla merahmatinya) yakni kitab yang diberi nama Shahih Al Isra’ wa Al Mi’raj, dimana di dalam kitab tersebut Syaikh Al-Bani menceritakan kepada kita dengan membawakan hadits-hadits mengenai peristiwa Isra’ Mi’raj dari awal peristiwa hingga akhir perjalanan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Toyib !, salah satunya yakni Hadits yang berasal dari Qatadah dari Anas bin malik Radhiyallahu Anhu. Dimana diriwayatkan, bahwa Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu Bercerita kepadaku (kepada Qatadah), bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda, ”Pada waktu dibedah dadaku- itu, sepertinya aku berada di samping rumah, menurut riwayat Imam Ahmad bin Hambal,”Di samping Ka’bah. ‘Antara sadar dan tidak, lalu datang salah satu dari ketiga orang, Jibril mendatangiku dengan membawa wadah yang terbuat dari emas dan penuh berisi dengan hikmah dan keimanan. Kemudian Jibril membedah dan menumpahkan semua kotoran yang ada di dalam perutku. Lantas dia membasuh hatiku dengan air Zam-Zam dan memenuhinya dengan hikmah dan ke-imanan. Setelah itu Jibril menjahit dan mengembalikan keadaan perutku seperti semula. Kemudian aku diajak menaiki hewan yang bukan seperti kuda dan lebih besar dari pada himar (keledai).

“Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam (kemudian) melanjutkan ceritanya,Setelah itu ada orang yang bertanya,”Apakah itu yang dinamakan dengan Buraq wahai Abu Hamzah (panggilan Rasulullah)? ‘Beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) menjawab, ”Betul !l.

Kemudian sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad bin hanbal Rahimahullah dan Imam al-Bukhari Rahimahullah bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Kecepatan kendaraan BURAQ adalah sekejap mata dan dengan BURAQ itulah aku dibawa “.

Selanjutnya Ibnu Jarir meriwayatkan, Setelah itu, kami bergegas menuju Baitul Maqdis (masjidil Aqsha)-

Wahai saudaraku se-Iman dan se-Aqidah, Di dalam hadits banyak diceritakan peristiwa yang dialami Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ketika dalam perjalanan ke Masjidil al-Aqsa atau yang kita kenal dengan perjalanan Isra’, diantaranya di hadits yang diriwayatkan Imam Muslim Rahimahullah dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah, (dimana) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bertemu Nabi Musa Alaihis Sallam sambil mensifati (menyebutkan ciri-ciri Nabi Musa)-bahwa beliau (nabi Musa Alaihis sallam) adalah orang yang kurus dan berambut lurus berpostur tinggi seperti ketinggian orang –orang lelaki dari kaum Syanu’ah. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga melihat Nabi Isa putra Maryam (yang berbadan tinggi, bertubuh sedang dan berkulit merah), dan menurut Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam orang yang paling menyerupai Nabi Isa putra Maryam adalah Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi. kemudian pada waktu itu (perjalanan Isra’) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga bertemu Nabi Ibrahim dan (menurut Rasulullah) orang yang paling serupa atau mirip dengan Nabi Ibrahim diantara anak-anak keturunannya adalah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Toyib Saudaraku yang selalu mengharapkan kebaikan, perlu kita ketahui bahwa sesampai Rasulullah disana (di Baitul Maqdis), Rasulullah berkata, “Kami menunaikan Sholat bersama para nabi dan Rasul, dan Aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) yang menjadi Imam. Kemudian Aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) bersama Jibril Alaihis Salam bergegas menuju lapisan langit pertama. (Dan sesampai Rasulullah dan Malaikat Jibril di langit pertama) Penjaga langit (pertama) itu bertanya, ”Siapa ini?” (Malaikat) Jibril menjawab,’Saya Jibril.” Ia bertanya lagi, “Kamu bersama siapa?” (malaikat) Jibril menjawab,”Aku bersama Muhammad.” Ia (malaikat penjaga langit pertama) bertanya sekali lagi,”Apakah kalian diutus untuk menghadap-Nya?” (malaikat) JIbril menjawab,”Ya. (kemudian) Penjaga itu berkata ,Selamat datang, kalian adalah sebaik-baik orang yang ditunggu dan kalian telah Tiba.”

Wahai saudaraku yang mengharapkan rahmat dan ridho Allah, Imam Ahmad bin Hambal menambahkan di dalam riwayatnya, “Setelah itu penjaga langit pertama membukakan pintu, lalu aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) mendatangi Nabi Adam Alaihis Sallam, kemudian (malaikat) Jibril berkata, Ini adalah bapakmu, oleh karena itu ucapkanlah salam.” Lalu Aku mengucapkan salam kepadanya dan beliau menjawab salamku, ”Selamat datang wahai anakku dan nabiku.” Didalam riwayat Imam Bukhari (semoga Allah merahmatinya) dan Imam Ahmad (Semoga Allah merahmatinya) ditambahkan, “Selamat datang wahai putraku yang Shalih dan Nabi yang Shalih”. Selanjutnya sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad, dikatakan “Kemudian Kami (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan malaikat Jibril) naik menuju langit ke dua. (di langit kedua, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan Malaikat Jibril mendapat pertanyaan yang sama seperti pertanyaan penjaga di lapisan langit pertama), kemudian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan Malaikat Jibril mendatangi nabi Yahya Alaihis Sallam dan Nabi Isa Alaihis Sallam. Lantas (malaikat) Jibril berkata, “Inilah nabi Yahya Alaihis Sallam dan Nabi Isa Alaihis Sallam, oleh karena itu berilah ucapan salam kepada mereka. Maka Aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) pun menyalami, dan mereka langsung menjawab. Setelah itu mereka menyambut,”Selamat datang saudaraku dan Nabiku.

Toyib ! selanjutnya dihadits tersebut dikabarkan, “Kemudian kami naik menuju langit ke tiga. Begitulah seterusnya, seperti pada langit pertama dan kedua.” Kemudian kami mendatangi nabi Yusuf Alaihis Salam, lalu (malaikat) JIbril berkata,”Ini adalah Nabi Yusuf Alaihis Sallam, oleh karena itu ucapkanlah salam, ”maka Aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) menyalami, dan beliau (Nabi Yusuf) langsung membalas (salam) seraya berkata,”Selamat datang saudaraku dan nabiku.” “kemudian kami naik menuju langit keempat, begitulah seterusnya seperti pada langit pertama, kedua dan ketiga. Kemudian kami mendatangi Nabi Idris Alaihis Sallam, lalu (malaikat) Jibril berkata,”ini adalah nabi Idris Alaihis Sallam, oleh karena itu ucapkanlah salam.” Maka Aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) menyalami, dan beliau (Nabi Idris) langsung membalas seraya berkata,”Selamat datang saudaraku dan nabiku.” Adapun di dalam Riwayat Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Bukahari tertulis, ”Selamat datang wahai saudaraku yang Shalih dan Nabi yang Shalih.” “Kemudian kami naik menuju langit kelima, begitulah seterusnya seperti pada langit pertama, kedua, ketiga dan keempat. Kemudian kami mendatangi Nabi Harun Alaihis Sallam, lalu (malaikat) JIbril berkata, “Inilah Nabi Harun Alaihis Sallam, oleh karena itu Ucapkanlah salam, Maka Aku pun menyalami, dan beliau (Nabi Harun) langsung membalas. Kemudian kami menuju langit keenam. Kemudian kami mendatangi nabi Musa Alaihis Salam, lalu Aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) menyalami, dan beliau (nabi Musa) langsung membalas seraya mengatakan, Selamat datang saudaraku dan nabiku. Akan tetapi ketika beliau (nabi Musa Alaihis Sallam) mempersilakan kami, tiba-tiba Nabi Musa Alaihis sallam menangis. Lalu (malaikat) Jibril Alaihis Sallam menegur,’Apakah gerangan yang membuat engkau menangis?” Nabi Musa Alaihis Sallam (kemudian) langsung mengadu kepada Allah, “Wahai Tuhanku...!!!, Anak laki-laki inikah yang engkau utus setelahku, yang mana.. umatnya paling mulia dan paling banyak masuk serga dari pada umatku?”.

Selanjutnya Wahai saudaraku yang mengharapkan sebaik-baik tempat kembali yakni Jannah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa sallam berkata, “Kemudian kami naik, hingga pada akhirnya kami sampai pada langit ke tujuh. Kemudian kami mendatangi Nabi Ibrahim Alaihis Sallam. Lalu (malaikat) Jibril berkata,”Inilah Bapakmu, nabi Ibrahim Alaihis Sallam. Kemudian aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) menyalami beliau dan beliau langsung menjawab salamku, seraya berkata,”Selamat datang putraku dan nabiku.”

Adapun didalam riwayat yang juga dibawakan Imam Ahmad bin Hambal didalam Musnadnya serta Imam al-Bukhari didalam kitab shohiihnya, bahwa Qatadah pernah berkata, ”Hasan pernah bercerita kepadanya dari Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Kemudian aku diangkat menuju Al-Bait Al-Ma’Mur. Ketika sampai di sana, aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) bertanya kepada malaikat Jibril Alaihis Sallam, ‘Tempat apa ini namanya?’ (malaikat) Jibril menjawab,”ini adalah baitul Ma’Mur. Ditempat ini lah sebanyak 70.000 malaikat setiap hari menunaikan sholat. Jika mereka sudah keluar, maka tak satupun diantara mereka yang kembali ketempat itu lagi.

Selanjutnya Imam Ahmad (Semoga Allah merahmatinya) membawakan hadits dari Anas dimana, “Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Kemudian aku disodori beberapa wadah, satu diantaranya berisi arak (khomer), sedangkan yang lainnya berisi madu dan susu. Lantas aku mengambil dan meminum dari wadah yang berisikan susu.” Lalu Nabi Ibrahim Alaihis Sallam berkata,”Ini adalah fitrah yang diberikan kepada engkau dan umatmu.” Selanjutnya, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Setelah itu, aku diangkat menuju Sidratul Muntaha. Tempat itu tampak seperti batang pohon anggur yang menjulang dari muka bumi dan mempunyai daun yang menyerupai telinga gajah. Kemudian terdapat tambahan didalam riwayat yang dibawakan Imam Ahmad dan Imam Bukhari, “Inilah sidratul Muntaha. Adapun di dasar tempat tersebut terdapat empat sungai. Dua diantaranya ada di dalam, sedangkan dua yang lain ada di luar. Lantas aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) bertanya kepada (malaikat) Jibril,”Apa maksud dari semua ini wahai Jibril?’ (malaikat) Jibril menjawab,”Adapun dua yang di dalam itu tempatnya adalah di surga sedangkan dua yang diluar itu adalah Sungai Eufrat dan Sungai Nil.

Selanjutnya, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Aku diwajibkan – menunaikan 50 kali Shalat setiap hari, setelah itu aku kembali. Pada saat itu aku bertemu dengan nabi Musa Alaihis Sallam dan beliau bertanya,’Apa yang engkau peroleh?’ Aku (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) menjawab,’Telah diwajibkan kepadaku 50 kali sholat setiap hari. ’Nabi Musa berkata,’Sungguh aku telah menelusuri kemampuan manusia-manusia sebelum engkau, dan sungguh aku telah mendoktrin Bani Israil dengan sangat ketat. Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu menunaikan hal itu. Oleh karena itu, kembalilah engkau menghadap Tuhanmu dan mintalah keringanan (dispensasi)!”.

Wahai saudaraku se-Iman se-Aqidah, apa yang terjadi kemudian ? Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam (ternyata) kembali menghadap Allah Azza Wa jalla , guna mendapatkan keringanan untuk umatnya sebagaimana saran Nab Musa Alaihis salam, dan peristiwa ini berlangsung beberapa kali, Rasulullah bolak-balik menghadap Allah Azza wa Jalla hingga akhirnya perintah mengenai sholat hanya tinggal 5 kali sehari. Setelah itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menemui nabi Musa Alaihis sallam. Akan tetapi Nabi Musa Alaihis Sallam masih mengatakan kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam hal yang sama seperti semula. Dan pada kesempatan itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam berkata, ”Sungguh aku benar-benar malu kepada Tuhanku Yang maha Agung, sudah berapa kali aku bolak-balik?” Akan tetapi Allah Subhanahu Wata 'alla selalu merestui dan mengabulkan permohonanku.

Nah saudaraku yang mencintai Sunnah, ketika percakapan antara Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan Nabi Musa Alaihis Sallam berlangsung, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam agar beliau segera mencukupkan (permintaannya) sampai disitu, karena Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah meminta dispensasi yang begitu banyak untuk umatnya. Dan (Subhanallah!), Demi Ummat, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam lakukan segalanya. Dan patut kita ketahui bahwa segala bentuk kebaikan akan dibalas dengan 10 kali lipat.

Toyib !, Dan juga kita perlu ketahui bahwa hadits yang panjang, yang ana postingkan ini diriwayatkan oleh Imam ahmad, Imam Bukhari serta Imam Muslim dan Ibnu jarir. Jadi Untuk lebih jelasnya ana sarankan, agar antum semua dapat membaca Shohih Al-Isra’ wa al-Mi’raj kumpulan Hadits Shohih Isra’ Mi’raj karya Al-Alamah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahumullah (Semoga Allah merahmatinya, dan Semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baik tempat kembali). Wallahu Alam Bishowab….

Dan Sebagaimana yang ana katakan dimuka bahwa banyak hal di dapat Rasulullah ketika peristiwa Isra’ dan Mi’raj, selain perintah Sholat ternyata Rasulullah dan umatnya juga dianjurkan untuk Berbekam oleh para malaikat. Jadi bukan hanya sholat yang diperintahkan pada saat itu, berbekam juga diperintahkan oleh penduduk langit kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Hadits mengenai hal ini bisa antum cari di Shohiih Sunan At-Tirmidzi, ”


حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ بُدَيْلِ بْنِ قُرَيْشٍ الْيَامِّيُّ الْكُوفِيُّ


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ


حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِسْحَقَ


عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ


هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ


عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ



حَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


عَنْ لَيْلَةِ أُسْرِيَ بِهِ أَنَّهُ لَمْ يَمُرَّ


عَلَى مَلَإٍ مِنْ الْمَلَائِكَةِ إِلَّا أَمَرُوهُ


أَنْ مُرْ أُمَّتَكَ بِالْحِجَامَةِ


“ Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Budail bin Quraisy Al Yami Al Kufi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Ishaq dari Al Qasim bin Abdurrahman ia adalah Ibnu Abdullah bin Mas'ud, dari bapaknya dari Ibnu Mas'ud ia berkata; Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam berkisah tentang malam beliau Isra' Mi'raj, dan sesungguhnya tidaklah beliau melewati sekelompok malaikat kecuali mereka semua menyuruh beliau untuk memerintahkan ummatnya berbekam.”

Sedangkan di dalam riwayat lainnya yang diriwayatkan al-Imam Ibnu Majah


حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ


حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ الرَّبِيعِ


حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ مَنْصُورٍ


عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ


أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ


مَا مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي بِمَلَإٍ


مِنْ الْمَلَائِكَةِ إِلَّا كُلُّهُمْ يَقُولُ لِي


عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ بِالْحِجَامَةِ


“ Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami telah menceritakan kepada kami Ziyad bin Ar Rabi' telah menceritakan kepada kami 'Abbad bin Manshur dari 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika malam aku diisra`kan, maka tidaklah aku melewati seorang malaikat pun kecuali semuanya berkata kepadaku: 'Wahai Muhammad hendaknya kamu berbekam'."

Adapun berdasarkan riwayat Anas bin Malik, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


مَا مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي بِمَلَإٍ


إِلَّا قَالُوا يَا مُحَمَّدُ


مُرْ أُمَّتَكَ بِالْحِجَامَةِ


"Tidaklah aku melewati seorang malaikat ketika malam aku di isra`kan kecuali mereka berkata: 'Wahai Muhammad, perintahkan umatmu untuk berbekam'."

Sedangkan di dalam riwayat dari Ibnu Umar,dikatakan ”Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Tidaklah aku melalui satu dari langit-langit yang ada, melainkan para malaikat mengatakan, ”hai Muhammad, perintahkanlah umatmu untuk berbekam, karna sebaik-baik sarana yang kalian pergunakan untuk berobat adalah sayatan bekam, al-kist, dan syuniz

Jadi ber-bekam atau al-ijamah telah disunnahkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sejak beliau ada. Dan bekam diterapkan oleh para Sahabat Ridwanallah ’Alaihim Ajemain serta para ulama-ulama slafus Shalih hingga ulama Mutaakhirin abad ini. Lantas kenapa kita tidak mengamalkannya... seperti Sholat.

Mari kita amalkan apa yang menjadi petunjuk Rasulullah mengenai Sunnah berbekam


حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ


حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ مَطَرٍ


عَنْ الْحَسَنِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ


عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُحَادَةَ


عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ


يَا نَافِعُ قَدْ تَبَيَّغَ بِيَ الدَّمُ


فَالْتَمِسْ لِي حَجَّامًا


وَاجْعَلْهُ رَفِيقًا إِنْ اسْتَطَعْتَ


وَلَا تَجْعَلْهُ شَيْخًا كَبِيرًا


وَلَا صَبِيًّا صَغِيرًا


فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ


صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ


الْحِجَامَةُ عَلَى الرِّيقِ أَمْثَلُ


وَفِيهِ شِفَاءٌ وَبَرَكَةٌ وَتَزِيدُ فِي الْعَقْلِ


وَفِي الْحِفْظِ فَاحْتَجِمُوا


عَلَى بَرَكَةِ اللَّهِ يَوْمَ الْخَمِيسِ


وَاجْتَنِبُوا الْحِجَامَةَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ


وَالْجُمُعَةِ وَالسَّبْتِ وَيَوْمَ الْأَحَدِ تَحَرِّيًا


وَاحْتَجِمُوا يَوْمَ الِاثْنَيْنِ


وَالثُّلَاثَاءِ فَإِنَّهُ الْيَوْمُ


الَّذِي عَافَى اللَّهُ فِيهِ أَيُّوبَ مِنْ الْبَلَاءِ


وَضَرَبَهُ بِالْبَلَاءِ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ


فَإِنَّهُ لَا يَبْدُو جُذَامٌ وَلَا بَرَصٌ


إِلَّا يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ أَوْ لَيْلَةَ الْأَرْبِعَاءِ


“Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Utsman bin Mathar dari Al Hasan bin Abu Ja'far dari Muhammad bin Juhadah dari Nafi' dari Ibnu Umar dia berkata, "Wahai Nafi' darahku telah bergelegak, maka carikanlah untukku seorang tukang bekam, jika bisa maka carilah teman sebaya dan jangan yang sudah tua atau anak kecil, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berbekam di waktu pagi sangatlah bagus, sebab di dalamnya terkandung obat dan keberkahan, menambah kekuatan akal dan hafalan, maka berbekamlah kalian dengan mengharap keberkahan dari Allah pada hari kamis, dan hindarilah berbekam pada hari rabu, hari jum'at, hari sabtu dan minggu. Dan berbekamlah pada hari senin dan selasa, sesungguhnya hari senin dan selasa adalah hari di mana Allah menyembuhkan Ayyub dari bala` yang di timpakan pada hari rabu. Sungguh tidaklah penyakit lepra dan kusta muncul kecuali pada hari rabu atau malam rabu."

Semoga bermanfaat. Semoga Allah Azza wa jalla selalu memberi kita kekuatan, kesabaran, serta kemudahan untuk selalu dapat tegak diatas Sunnah-Sunnah Rasul-Nya dalam setiap keadaan.