Rabu, 28 April 2010

Etika Terhadap Anak 2

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Wahai saudaraku yang selalu mengharapkan rahmat Allah, segala puji hanya bagi Allah Azza wajalla, kepada-Nya kita memberikan sanjungan , memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya lah jua Ikhwa fillah kita senantiasa berlindung dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Semoga Allah Azza Wa jalla menyatukan kita semua untuk senantiasa mencintai-Nya dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya.

Alhamdulilah pada hari ini, atas izin Allah Azza wa Jalla tentunya postingan mengenai Etika Terhadap Anak dapat ana lanjutkan.

Wahai Saudaraku yang mencintai Sunnah. Al-Imam Thabrani Rahimahumullah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, dimana ia berkata bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Berbuatlah baik kepada orang tua kalian, maka anak-anak kalian akan berbuat baik pada kalian, serta bersikaplah pemaaf, maka istri-istri kalian akan menjadi pemaaf.”

Hadits ini Ikhwa fillah, senada dengan Firman Allah di dalam Surah Al Hijr ayat 88, dimana Allah Azza Wa jalla berfirman :

وَاخْفِضْ جَنَا حَكَ لِلْمُوءْ مِنِينَ

“dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.”

Kemudian Allah Azza Wa jalla juga berfirman di Surah Ali Imran ayat 159 untuk menjelaskan kepada kita agar kita bersifat Lemah Lembut :

فَبِمَارَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ


وِلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ


لَانفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ


وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وِشَاوِرْهُمْ فىِ الْأَمْرِ


“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”

Insya Allah, wahai saudaraku yang mencintai sunnah, dalil-dalil ini patut kita jadikan sandaran dalam bersikap baik, serta rendah diri dalam artian pemaaf, kemudian lemah lembut serta tak berbuat kasar. Dan hal ini dipertegas lagi dengan hadits, Dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang yang haram masuk neraka atau neraka diharamkan baginya? Setiap orang dekat, mudah lemah lembut dan membuat semua urusan gampang.” Hadits ini diriwayatkan oleh al Imam At Tirmidzi (Semoga Allah merahmatinya) dengan derajat Hasan dari jalan Sahabat Abdullah Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu.

Jadi, yang namanya lemah lembut dan memper-mudah masalah bukan berarti lantas kita berlebihan dalam memanjakan anak. Tentunya Selaku seorang pendidik hendaklah orang tua menyeimbangkan antara sikap lemah lembut dan sikap tegas, sehingga setiap tindakan yang diambil penuh dengan hikmah. Selain itu saudaraku kita perlu menjauh dari sikap Marah. Dalam sebuah hadits dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa ada seseorang yang berkata kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam,”Wahai Rasulullah berilah wasiat kepadaku, ”Beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) bersabda, ”La Targdob! La Targdob ! La Targdob !, Jangan Marah! Jangan Marah ! jangan Marah!

Sementara itu di hadits yang lain, dari Sahabat Muadz Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Barangsiapa yang menahan dendam atau marah, sementara ia mampu untuk melampiaskan maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat hingga disuruh memilih bidadari yang ia sukai.”

Nah saudaraku se-Iman se-Aqidah, camkan dan tanamkan dalam diri kita apa yang telah Rasulullah sabdakan, agar kita selaku orangtua yang sesungguhnya adalah pendidik tidak marah-marah terhadap anak-anak , selain itu ada bonus bagi yang mampu menahan marahnya yakni bidadari di surga. Jadi untuk mendapatkan bidadari disurga cukup antum sekalian menahan marah , tidak perlu dengan menjadi pengebom bunuh diri. Tidak perlu dengan menebar ancaman akan meledakkan sini dan sana, tidak perlu dengan menebar teror lainnya yang membuat orang-orang awam resah dan susah, atau menjadi pelaku peledakan gedung-gedung dan bangunan lainnya. Mungkinkah wahai saudaraku pelaku perusakan, pelaku teror, pelaku bunuh diri, membunuh jiwa yang bukan haknya akan diganjar dengan surga? Padahal kalau kita mengaku umatnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wasallam, yang mencintai sunnahnya, maka akan kita dapati bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wasallam menanamkan suatu faham kepada kita bahwa untuk ke surge kita dilarang melakukan perusakan, dilarang membunuh jiwa yang bukan haqnya, Jangan marah , jangan dendam dan berlemah lembutlah. Serta banyak lagi lainnya.

Untuk itulah wahai saudaraku yang selalu mengharapkan Ridho Allah, mari kita selami sedikit atsar para salafus shaleh untuk menambah pengetahuan kita, dan kita ambil ibroh dari perjalanan hidupnya, dimana didalam sebuah riwayat yang kami kutip dari Majalah As Sunnah, bahwa Zainal Abidin Ali bin Husain memiliki budak yang memecahkan kendi yang terbuat dari keramik. Lalu pecahan kendi tersebut mengenai kaki Zainal Abidin hingga luka. Maka budak itu berkata,”Allah berfirman “Orang-orang yang menahan dendam dan amarah.” Mendapati perkataan si Budak , berkata Zainal Abidin, “Aku telah berusaha menahan dendam dan amarahku,” selanjutnya si Budak berkata lagi, ”Allah berfirman “Dan maafkanlah manusia. Maka berkata lagi Zainal Abidin, ”Aku telah mema’afkan! Si Budak (kemudian) berkata lagi, ”Allah berfirman “Dan sangat mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan,”. Maka setelah mendengar apa yang dikatakan sibudak, berkata Zainal Abidin, ”Sekarang juga ! kamu menjadi orang yang merdeka karena Allah.”

Lihatlah wahai saudaraku, Betapa Indahnya sikap Pemaaf, betapa indahnya sifat menahan marah. Betapa elok buah keduanya Yakni menahan maraf dan pemaaf, sampai-sampai Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam melarang seorang hakim memutuskan suatu perkara dalam keadaan marah. Didalam sebuah Atsar dikatakan, Khalifah Umar bin abdul Aziz memerintahkan untuk memberi sanksi kepada seseorang dengan pukulan. Namun ketika hukuman hendak ditegakkan maka beliau (Khalifah Umar bin abdul aziz) berkata, ”Batalkan hukuman itu !,” lalu beliau ditanya (akan) sebab membatalkan hukuman tersebut, maka dijawab oleh beliau, ”Aku merasa sedang marah dan aku khawatir memutuskan hukuman dalam keadaan sedang marah.!

Yap ! Begitulah seharusnya, sikap seorang pendidik, Mampu menahan amarah serta pemaaf. Sehingga jika kedua sikap tersebut ada pada orangtua atau pendidik, Insya Allah akan menghasilkan anak didik yang bagus dan handal. Untuk itu tidaklah boleh seorang pendidik atau orang tua memberi sanksi kepada anak hanya karena syahwatnya yakni melampiaskan dendam dan amarah. Dan jika hal itu terjadi, Naudzubulahi Mindzalik ! Berarti kita telah menjatuhkan hukuman kepada anak-anak (putra-putri kaum muslimin) hanya karna untuk memuaskan syahwat dan nafsu hati belaka, adapun yang demikian itu termasuk perbuatan dzolim dan tidak adil. Al-Imam Ibnu qoyyim berpesan bahwa Sumber Kerusakan Moral berasal dari empat hal, ”Kebodohan, Kedzaliman, Syahwat dan kemarahan. Dimana Marah akan menimbulkan sikap sombong, dengki , hasud, permusuhan dan kehinaan.”

Selanjutnya nih, sifat mulia yang patut dan harus dimiliki oleh orangtua selaku pendidik yang patut kita ketahui yakni Bersikap Adil dan Tidak pilih Kasih.

Wahai saudaraku se-Iman dan se-Aqidah. Adil dalam mendidik anak merupakan pilar utama pendidikan dalam Islam. Dan ini tidak boleh tidak!. Karena Langit dan bumi tegak hanya diatas KEADILAN!. Jadi hendaknya para orang tua bersikaplah adil dan tidak mengutamakan anak didik yang satu dengan yang lainnya dalam masalah apapun. Yang namanya perasaan cinta nih, jika kita mampu menjalankannya secara adil antara anak-anak kita. Insya allah, akan menciptakan kehidupan saling tolong menolong serta perhatian kepada orang lain, sehingga anak akan tumbuh besar dan jauh dari sikap egoisme, ananiyah dan senang menyendiri, serta merasa paling hebat diantara yang lain.

Maka dari itu saudaraku yang selalu mengharapkan Ridho Allah, bersikap adillah dan jangan pilih kasih, Ingat ! jangan pilih kasih. karna adil dan tidak pilih kasih merupakan akhlak yang mulia yang diperlukan dalam segala hal.

Di dalam sebuah riwayat, dari Anas bin malik Radhiyallahu Anhu, ada seseorang lelaki yang berada di depan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam, lalu putranya datang kepadanya, kemudian ia mencium putranya dan mendudukan di samping kanannya, setelah itu datang putrinya kemudian ia dudukkan di hadapannya, maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Kenapa engkau tidak menyamakan antara keduanya?”. Perhatikanlah wahai saudaraku “Semoga Allah Azza wa jalla merahmati kita semua”. Hanya karna tidal mencium putrinya, Rasul mempertanyakannya. Jadi begitu pentingnya sikap adil bagi kehidupan. Karna sekali kita tak berbuat adil dan melakukan pilih kasih, maka selanjutnya kita akan sulit berbuat adil dan terus akan pilih kasih. Selanjutnya Masih dari kutipan Majalah As Sunnah, dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu Anhu, ia berkata bahwa Bapaknya datang kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersama anaknya, lalu ia berkata,”Aku memberi anakku ini suatu pemberian.” Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Apakah engkau memberikan kepada setiap anakmu seperti itu? Ia menjawab, TIdak!. Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Minta kembali pemberian itu dan bertakwalah kepada Allah dan bersikap adillah antara anakmu”.

Jadi telah jelas dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam, bahwa para pendidik harus bersikap adil diantara anak-anaknya dan tidak diskriminatif sesama anak-anak dalam masalah sepele atau masalah sekecil atau sebesar apapun, karena sikap demikian akan menciptakan kebencian dalam dada anak-anak dan menumbuhkan benih kedengkian dan kekecewaan serta menyebabkan sifat pengecut, takut, tidak percaya diri, putus asa dalam hidup, dan suka menodai hak orang lain serta membangkang. Naudzubillahi tsumma naudzubillah!

Wahai saudaraku yang mencintai Sunnah, Semoga Allah Azza wa Jalla selalu memberikan kita Ilmu yang bermanfaat, rizky yang baik serta Amalan yang diterima.

Allah Azza Wa jalla yang Maha Tinggi dan Maha mampu, telah menyuruh kita agar bersikap adil dan mengharamkan sikap dzalim atas diri-Nya serta dijadikan hal itu haram diantara kita. Begitu juga Rasulullah, mengajak kepada kita semua, agar kita bersikap adil dan meninggalkan kedzaliman sebab kedzaliman akan mendatangkan kegelapan. Di dalam hadits, dari jalan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, yang kami kutip dari Majalah As Sunnah, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Setiap persendian dari tubuh manusia ada shadaqahnya. Dalam setiap hari, selagi matahari terbit engkau berbuat adil diantara dua orang, hal itu merupakan sedekah.

Namun saudaraku, yang dianugrahi Allah Azza Wa jalla amanah sebagai orang tua dan selaku pendidik. Ketahuilah! Bisa jadi seorang anak berakhlak dan berperilaku baik, padahal ia tumbuh besar dari tengah-tengah kesesatan dan penyelewengan akhlak. Bahkan ada anak yang berakhlak dan berperilaku baik tumbuh dari keluarga dan lingkungan yang tidak mengenal agama atau keluarga yang beragama namun sesat. Kemudian sebaliknya, terkadang ada orang yang berusaha sungguh-sungguh untuk mendidik anak ternyata mengalami kegagalan. Maka dari itu. Ketahuilah, bahwa hidayah dan taufik hanya datang dari Allah, sehingga tugas kita hanya berusaha dan ikhtiar dengan disertai sikap tawakkal kepada Allah, karena Dialah yang menentukan semua hasil usaha. Jadi saudaraku yang diamanahi Allah selaku orang tua, berusahalah dengan sekuat tenaga untuk memberi contoh dan teladan baik bagi anak-anak kita, karena tingkah laku merupakan cerminan hati, maka hendaklah anak-anak kita selalu melihat kebaikan kita dari semua urusan kita, sekecil apapun. Oleh karena itu kenali diri kita, belajarlah lebih baik , terus menuntut ilmu, agar kita memiliki ilmu yang cukup, sebab mendidik para pendidik lebih utama, karena hal tersebut sangat menentukan hasil usaha. Karena seseorang apabila tidak mempunyai sesuatu (dalam hal ini ilmu dan akhlak) maka ia tidak bisa memberi. Nah agar kita tidak di cela zaman, maka hendaknya kita selaku orang tua, selaku pendidik, sudah sepatutnya kita mendidik diri kita secara baik dan benar.

Maka dari itu, Ketika Umat Islam meninggalkan MANHAJ yang benar, dan meninggalkan Sunnah Nabi , maka lihatlah , sebagian dari kita berada dalam kegelapan hidup, tidak sensitive terhadap kemungkaran, mengekor kepada budaya dan tradisi barat dan timur, baik model pakaian dan rambut bahkan perilaku hidup. Kita (Umat Islam) hampir kehilangan jati diri dan keperibadian yang islami, sebagian umat terlelap, bahkan senang ditelan oleh sikap mengekor dan meniru orang-orang barat dan kafir, sementara secara tak sadar kaum muslimin telah dijadikan musuh sebagai sasaran proyek penyesatan dan westernisasi. Sesungguhnya prinsip pemikiran Yahudi adalah merusak generasi umat lain agar negara Israel Raya Berdiri. Waspadalah wahai Saudaraku! Waspadalah terhadap propaganda Negara Israel Raya yang terus berkembang dan besar. Waspadalah ! Bersikaplah wahai kaum muslimin.

Nah untuk itu, mari kita anjurkan kepada keluarga kita agar tetap berpegang teguh dengan agama Allah dalam setiap keadaan. Mari ciptakan keluarga Rabbani yang terdidik berdasarkan cahaya ilahi dan Sunnah Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam sebagaimana pemahaman para Sahabat Ridwanallahu ‘Alaihim Jamian. Dengan demikian, generasi bangsa akan baik dan agama Islam akan kokoh serta Umat Islam akan jaya menjadi pengendali umat diatas muka bumi ini. Amin Ya Rabbal Alamin……..

Wallahu ‘allam bishowab.

Untuk itu ada sebuah Do’a, do’a yang kami ambilkan dari do’a nya Nabi Allah Ibrahim Alaihis Sallam yang diabadikan Allah Azza Wa jalla di dalam Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 40, Dengan lafadz :

رَبِّ اجْعَلْنِى مُقِيمَ الصَّلَوةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ


“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”

Semoga dapat kita amalkan.........