Rabu, 30 Juni 2010

Bulan Rajab

بِسْمِ الّلهِ الرَّ حْمنِ الرَّ حِيمِ


Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang yang merajai hari pembalasan, yang telah memberikan petunjuk bagi yang dikehendaki, serta menyesatkan yang dikehendaki. Yang telah mengutus seorang Rasul, yang telah menunaikan amanah-Nya dan menyampaikan risalah-Nya. Wahai saudaraku yang se-Iman se-Aqidah. Tidak ada satu kebaikanpun, kecuali telah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam perintahkan. Dan tidak ada satu keburukan pun kecuali telah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam larang, sehingga agama Islam ini telah sempurna, dan tidak memerlukan tambahan ataupun pengurangan. Allah Azza Wa jalla berfirman di dalam Surah Al Maidah ayat 3


الْيَوْ مَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ


وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى


وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِ سْلَمَ دِينًا


“Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Dan Sungguh, wahai saudaraku yang mencintai Sunnah, merupakan ketentuan dari Allah Azza Wa jalla, yakni dibedakannya antara satu bulan dengan bulan yang lainnya. Sebagaimana yang Allah Azza Wa jalla jelaskan di dalam Surah At Taubah ayat 36 :

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Di dalam ayat yang mulia ini, Allah Azza Wa jalla memberikan khabar bahwasanya semenjak dulu, semenjak menciptakan langit dan bumi, siang dan malam, serta matahari dan bulan, yang dengan keduanya akan muncul kegelapan malam dan terangnya siang, Allah Azza Wa jalla telah menjadikan jumlah bulan sebanyak dua belas. Diantaranya terdapat empat bulan yang haram, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Dan diayat ini juga saudaraku, ditunjukkan bahwasanya menjadi kewajiban mengamalkan suatu ibadah pada bulan tertentu harus mengacu dengan bulan yang dikenal di dalam Islam, bukan bulan yang dibikin-bikin atau dibuat-buat oleh orang-orang Yahudi atau nasrani.

Selanjutnya saudaraku yang mencintai Sunnah. Semoga Allah Azza wa Jalla selalu memberikan kita kekuatan dan kemudahan untuk mengamalkan Sunnah Nabi-Nya dalam segala keadaan. Ayat ke 36 dari Surah At Taubah juga menjelaskan haramnya berbuat kedzaliman pada bulan-bulan haram, seperti membunuh, atau melakukan perbuatan dosa besar lainnya. Bulan-bulan tersebut, dinamakan dengan bUlan Haram, karena kehormatannya dan haramnya berbuat dosa pada bulan-bulan tersebut.

Wahai saudaraku se-Iman se-Aqidah, semoga Allah merahmati kita semua, diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, ia berkata, ”Allah mengkhususkan empat bulan ini serta Allah jadikan bulan Haram dan Allah agungkan kehormatannya. Allah jadikan akibat perbuatan dosa pada bulan-bulan ini menjadi dahsyat, serta nilai amalan-amalan shalih dilipat gandakan. Allah mengkhususkan penyebutannya dan melarang berbuat dzalim di dalamnya guna memuliakan bulan-bulan tersebut, walaupun sebenarnya perbuatan dzalim di larang pada setiap waktu, sebagaimana Allah berfirman :


فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُو قَ وَ لاَ جِدَ الَ فِى الْحَجِّ

Maka tidak boleh rafats (membuat kerusakan, baik lisan maupun fisik), berbuat fasik dan berbantah-bantahan (debat) di dalam masa mengerjakan haji. (QS. Al-Baqarah 197)

Untuk itulah wahai saudaraku, kita selaku seorang muslim sudah sepatutnya bertaqwa kepada Allah Azza Wa jalla, pada bulan-bulan haram dan pada bulan-bulan lainnya, dan sungguh kedzaliman yang paling besar adalah perbuatan syirik kepada Allah Azza wa Jalla, baik syirik kecil maupun syirik besar. Sebagaimana firman Allah Azza Wa jalla di dalam Surah Luqman ayat 13 yang berbunyi :


إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ.


“Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Selain itu diantara bentuk –bentuk kedzaliman yakni mendzalimi diri sendiri dengan selalu melaksanakan kemaksiatan serta melakukan amalan yang tidak ada tuntunanya dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam, kemudian yang juga termasuk dzalim yakni mendzalimi orang lain dengan mengambil hak-hak mereka.

Maka dari itu wahai saudaraku, berhati-hatilah. Janganlah kita berbuat kedzaliman, karena kedzaliman merupakan kegelapan . Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (semoga Allah merahmatinya), di mana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,”

إِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Jagalah diri dari berbuat kedzaliman, karena sesungguhnya kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.

Bahkan Ikhwa fillah, Allah Azza Wa jalla mengharamkan atas diri-Nya dari perbuatan dzalim, sebagaimana yang Allah Azza Wa jalla firmankan di dalam Al-Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 49 :


وَلاَ يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا


“dan Tidaklah Rabb-mu mendzalimi seorangpun ".

Kemudian di dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Allah Azza Wa jalla berfirman,”Wahai hambaku. Sesungguhnya Aku telah mengharamkan atas diriku berbuat dzalim, dan aku jadikan haram atas kalian , maka janganlah kalian saling mendzalimi.”

Nah saudaraku yang mencintai Sunnah, Telah jelas bahwa Allah Azza Wa jalla membersihkan diri-Nya dari perbuatan dzalim. Maka bertakwalah, wahai saudaraku. Dan mari kita pelihara bulan-bulan yang diharamkan oleh Allah pada hari diciptakannya langit dan bumi.

Alhamdulillah. Atas izin dan Kehendak Allah. Sekarang ini, kita telah berada pada salah satu bulan yang termasuk bulan Haram, yakni Bulan Rajab. Ya, Bulan Rajab !. Salah satu bulan yang kita dilarang berbuat dzalim di dalamnya. Akan tetapi saudaraku yang mengharapkan Ridho Allah, berapa banyak kita lihat diantara kaum muslimin yang justru melakukan kedzaliman-kedzaliman. Bukan saja kedzaliaman yang berhubungan dengan manusia lainnya, tetapi kedzaliman dengan melakukan amalan-amalan yang tidak ada tuntunannya dari agama yang agung ini. Telah jelas, bahwa amalan yang seperti itu tertolak dan tidak dibenarkan oleh syariat, waluapun pelakunya berniat baik. Sebagaimana yang di sabdakan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari


حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ


وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَوْنٍ الْهِلَالِيُّ جَمِيعًا عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ


قَالَ ابْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ


حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ


Telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Muhammad bin Shabah dan Abdullah bin 'Aun Al Hilali semuanya dari Ibrahim bin Sa'd. Ibnu Shabah berkata; telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf telah menceritakan kepada kami ayahku dari Al Qasim bin Muhammad dari Ummul Mukminin 'Aisyah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengada-ngada sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kami, padahal kami tidak perintahkan, maka hal itu tertolak."

Wahai saudaraku yang mencintai Sunnah, beragam bentuk penyimpangan ibadah kita dapati disekitar kita, dan tak terkecuali di Bulan rajab ini. Banyak ritual Ibadah yang dilakukan di Bulan Rajab yang tidak ada tuntunannya di dalam Agama yang telah sempurna ini, seperti mengkhususkan sholat pada malam-malam bulan Rajab, kemudian ada yang mengkhususkan puasa dan beranggapan bahwa puasa pada bulan Rajab ini banyak memiliki keutamaan. Padahal kalau kita lihat melalui dalil-dalil yang ada maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam tidak menyempurnakan puasa selama satu bulan penuh , kecuali pada bulan Ramadhan, sebagaimaan yang dikatakan Ummul MUkminin ‘Aisyah Radiallahu Anha,’


فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ


وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ


Tidaklah aku melihat Rasulullah menyempurnakan puasanya selama satu bulan kecuali pada bulan Ramadhan. Dan tidaklah aku melihat Rasulullah lebih banyak melakukan puasa kecuali pada bulan Sya’ban.” Hadits ini saudaraku, diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari Rahimahullah. Bahkan Ada juga yang mengkhusukan untuk Umrah pada bulan Rajab, padahal tidak ada dalil mengenai hal tersebut. Malahan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Sesungguhnya umrah pada Bulan Ramadhan itu seperti pahala haji.” Bahkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam berumrah sebanyak empat kali yang semuanya dilakukan pada bulan Dzulqa’dah. Selanjutnya ada juga yang mengkhusukan ziarah ke kuburan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam pada Bulan Rajab ini. Perlu kita pahami bersama, pada dasarnya mendziarahi masjid Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang disekitar masjid tersebut terdapat makam Rasulullah dan dua sahabat, merupakan perbuatan yang disyariatkan pada setiap waktu. Dan hal ini merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan. Akan tetapi, tatkala di khususkan pada bulan Rajab, dan pengkhususan hanya kepada makan Rasulullah, maka amal seperti itu termasuk sesuatu yang diada-adakan dalam Islam. Wallahu Allam ….

Kita ketahui bersama dimana pada Bulan Rajab ini terjadi suatu peristiwa yang Istimewa di dalam Islam yakni Isra’ dan Mi’raj. Dan sebagaimana telah masyhur di kalangan kaum muslimin pada masa-masa terakhir ini, bahwa Isra’ Mi’raj terjadi pada malam ke 27. Padahal hal ini ( peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada malam ke 27) masih memerlukan penelitian dalam dua masalah yang penting. Pertama yakni dari segi Tarikh (kepastian peristiwa) tentang kapan tepatnya terjadi peristiwa tersebut dan yang kedua , apakah dengan mengadakan perayaan terhadap peristiwa tersebut termasuk Ibadah yang dianjurkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wasallam erta para sahabat Rudwanallahu ‘Alaihim Jamian?.

Sesungguhnya, banyak hal atau Ibroh yang bisa kita dapatkan berdasarkan atsar serta hadits-hadits yang shohih dari diperjalankannya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pada peristiwa isra’ dan mi’raj ini. Allah Azza Wa jalla berfirman dalam Surah Al-Israa’ ayat 1 :


سُبْحَنَ الَّذِى أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ اْلحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَا



الَّذِى بَرَكْنَا حَوْ لَهُ, لِنُرِيَهُ, مِنْ ءَايَتِنَاج إِنَّهُ, هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ.


“Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dan untuk lebih jelasnya, antum dapat merujuk ke Kitab Shohih Al-Isra’ wa al-Mi’raj kumpulan Hadits Shohih mengenai Isra’ Mi’raj Nabi Shalallahu ‘Alaihi wasallam yang disusun oleh Al-Alamah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahumullah. Dan Insya Allah kita akan banyak mengambil manfaat dari tulisan-tulisan dikitab tersebut.

Dimana, tatkala Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam masih berada di tengah periode dimana dakwahnya menerobos jalan antara kesuksesan dan penindasan, maka terjadilah peristiwa isra’ dan Mi’raj tersebut. Namun terdapat beberapa pendapat yang beragam mengenai sejarah kapan tanggal waktu terjadinya peristiwa tersebut sebagaimana yang didugakan oleh orang-orang yang merayakannya yakni tanggal 27 Rajab, dan sungguh para salafus shalih serta para ulama-ulama yang tegak diatas al-Qur’an dan Sunnah tak pernah mempermasalahkan kapan tepatnya tanggal terjadinya peristiwa tersebut, karna yang perlu diperhatikan bukanlah tanggal terjadinya hingga bisa mengadakan perayaan – perayaan atau pesta-pesta, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengaplikasikan peristiwa tersebut, serta apa pesan-pesan serta perintah yang diwajibkan kepada kita kaum muslimin dalam peristiwa besar tersebut.

Untuk itulah wahai saudaraku yang selalu mengharapkan rahmat dan ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala, selaku seorang muslim sudah sepatutnya kita untuk selalu mencari kebaikan, mencari pahala, dengan melaksanakan amalan-amalan yang disyariatkan Allah Azza Wa jalla dan Rasul-Nya. Karena, apabila seorang muslim keluar dari apa yang dibawa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam maka kesesatanlah yang akan didapatkan, sebagaimana Firman Allah Azza Wa jalla di dalam Surah Al Ahzab ayat 36


وَمَا كَانَ لِمُءْ مِنٍ وَلاَمُوءْ مِنَةٍ إِذَاقَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ,


أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْحِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ.


وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُو لَهُ, فَقَدْ ضَلَّ ضَلَلاً مُّبِينًا.


Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.

Oleh karena itu saudaraku, tidak ada jalan lain untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, kecuali tetap berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sesuai dengan yang dipahami oleh para sahabat Ridwanallahu ‘Alaihim Jamian. Wallahu ‘Allam bishowab.

Mungkin ini dahulu yang bisa ana postingkan, insya Allah akan ana postingkan lagi mengenai bulan Rajab ini. Dan untuk postingan kali ini ada suplemen do’a yang ana ambilkan dari sebuah hadits shohih yang diriwayat oleh Al-Imam Ibnu Majah dalam shohih Ibnu Majah dan Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah dari Ummu Salamah Radiallahu Anha,


حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ


حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي عَائِشَةَ عَنْ مَوْلًى


لِأُمِّ سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ


dimana Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah (dimana ia) berkata, telah menceritakan kepada kami Syababah, (dan ia) berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Musa bin Abu 'Aisyah dari Mantan budak Ummu Salamah, dari Ummu Salamah, ( ia ) berkata,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


كَانَ يَقُولُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ


"Ketika salam dalam shalat subuh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan;


اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا


وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا


“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada Mu ilmu yang bermanfaat, Rizky yang halal, dan amalan yang diterima.”

Semoga Do’a ini dapat dihafalkan dan diamalkan.