Inna Lillahi Wainna ilahi Rojiuunn….
Tulisan ini ana postingkan sebagai tanggapan atas khotbah Jum’at tadi siang yang ana dengar di masjid Raya Mujahidin.
Wahai saudaraku… Kita sekarang memang sedang berada di Bulan Rabi’ul Awwal. Bulan yang dimasyarakat kita identik dengan Bulan Maulid, Bulan yang didalamnya diperingatinya kelahiran Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Dan hampir disetiap tempat serta institusi baik dikota-kota besar maupun pelosok-pelosok desa, artinya tidak hanya di masjid-masjid yang menyelenggarakan perayaan Maulid Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam ini, tetapi di sekolah-sekolah, kampus-kampus, kantor-kantor serta Lembaga-lembaga pemerintahan dan swasta, bahkan partai-partai politik pun ikut merayakan Maulid Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam sebagai ajang sosialisasi partainya. Padahal saudaraku perayaan maulid ini tidak hanya lemah dalam masalah perselisihan tanggal, tetapi juga lemah pada dasar hukum perayaan maulid itu sendiri, karna tidak ditemukan dalil atau nash dalam syariat islam yang agung ini tentang perayaan “Ulang tahun” kelahiran Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam ini.
Sementara itu Saudaraku, informasi yang berkembang dan beredar luas dimasyarakat kita bahwa Perayaan maulid ini pertama kali dilakukan untuk mengembalikan semangat pasukan kaum muslimin yang saat itu sedang berperang dengan kaum salibis, perayaan ini saat itu dimotori oleh Sulthan Shalahudin al-Ayubi Rahimahullah Ta'ala Anhu (sebagaimana yang dikatakan Khotib saat Khutbah Jum’at tadi siang). Lantas kita, umat yang besar ini, yang dibekali oleh Allah Azza wa Jalla ilmu pengetahuan, seolah-olah tak mempunyai keilmuan sama sekali. Kita tidak menggunakan metode-metode ilmiah yang memang merupakan keunggulan agama yang agung ini, padahal di dalam islam dikenal dengan ilmu sanad, ilmu tarikh dan lain-lain. Kita semua terhipnotis akan informasi bahwa yang mengadakan maulid pertama kali dengan efek yang dahsyat yakni kemenangan pasukan kaum Muslimin atas pasukan salibis adalah Shalahudin al-Ayubi Rahimahullah Ta'ala Anhu.
Sadarkah kita wahai saudaraku…
Sadarkah kita… kalau selama ini kita telah berdusta ? Berdusta atas nama Shalahudin al-Ayubi Rahimahullah Ta'ala Anhu. !
Wahai saudaraku…
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah berwasiat agar hari kelahirannya diperingati. Padahal dizaman Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang namanya peringatan “Ulang Tahun” alias maulid telah dikenal. Dimana saat itu kalangan kaum Nasrani sudah akrab dan terbiasa merayakan natal yang merupakan perayaan perinagatn hari kelahiran Isa al-Masih Alaihis sallam. Dan perayaan hari kelahiran “Natal” itu sendiri diadopsi oleh kaum Nasrani saat itu dari budaya paganis yang berkembang di masyarakat Yunani dan Romawi dimana kedua kelompok paganis ini biasa merayakan perayaan kelahiran dewa-dewa mereka.
Lantas apa korelasinya dengan maulid Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Apa hubungannya dengan perayaan maulid Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang biasa dilakukan oleh kaum muslimin ?
Toyib Saudaraku yang selalu mengaharapkan sebaik-baiknya tempat kembali yakni jannah. Secara bahasa, yang namanya Natal, Maulid atau Ulang Tahun tidaklah berbeda. Karna sama-sama merupakan peringatan perayaan hari kelahiran.
Perayaan Kelahiran oleh kaum Nasrani yang dikenal dengan Natal, dimulai tahun 355 Masehi yang dipelopori oleh Liberius, seorang Bishop Khatolik yang mengadopsi perayaan hari kelahiran Dewa Matahari milik Kekaisaran Romawi. Jadi jelaslah bawa perayaan hari kelahiran merupakan tradisi budaya primitive paganis, yang terkelompok kedalam budaya jahiliyah.
Wahai saudaraku masih ingatkah kalian akan hadits yang masyhur, yang diriwayatkan al-Imam Abu Dawud Rahimahullah Ta'ala Anhu di dalam Sunannya kitab al-Libas, dari Ibnu Umar Radiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Mann tasyabbaha biqauminn fahuwa minhum.” “Barangsiapa menyerupai suatu kaum berarti termasuk bagian mereka.”
Lantas saudaraku. Adakah kita menyerupai suatu kaum dalam perayaan “Ulang tahun” alias maulid Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam ini.
Wahai sauadarku berikut beberapa fakta mengenai sejarah perayaan “Ulang tahun” alias maulid Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam.
Semoga setelah kutipan ini ana posting, kita tidak lagi berdusta dengan nama Shalahudin al-Ayubi Rahimahullah Ta'ala Anhu. Dan kita semua menyadari bahwa kita telah Tasyabuh kepada kaum Nasrani dan telah ikut membesar-besarkankan perayaan yang dilakukan oleh kaum yang memusuhi para Sahabat, kaum yang mengkafiran para sahabat, kaum yang menganggap setelah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam meninggal dunia, maka para sahabat semuanya murtad kecuali beberapa gelintir saja. Seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Abu Dzar al-Gifari, serta Salman al-Farisi.
Wahai saudaraku se-Iman se-Aqidah. Sebagaimana yang ana kutip dari Fatawa. Orang yang pertama kali mengadakan perayaan Maulid “Ulang tahun” Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam adalah Bani Ubaid, yang dimotori oleh al-Mahdi Abu Muhammad Ubaidillah bin Maimun al-Qaddah. Perayaan itu dimulai sejak tahun 317 Hijriyah yang diselenggarakan di Maroko. Bani Ubaid ini dikenal sebagai Qaramithah salah satu aliran dari Agama Syiah Rafidhoh. Adapun Qaramithah ini, wahai saudaraku, mengaku bahwa mereka merupakan keturunan Fatimah Radiyallahu Anhu putri Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Padahal saudaraku, mereka “Qaramithah” ini telah berdusta. Mereka berdusta ! Mereka bukanlah keturunan Fatimah Radiyallahu Anhu putri Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Mereka “Qaramithah” tak lebih merupakan keturunan Yahudi dari Silmiyah negeri Syam dari keturunan al-Qaddah. Mereka ini “Qaramithah” sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Bidayah wan Nihayah karya al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah Ta'ala Anhu – pada tahun 317 Hijriyah, mereka “Qaramithah” telah membunuh jamah haji yang sedang thawaf pada hari tarwiyah yakni tanggal 8 Djulhijjah. Saat itu mereka “Qaramithah” dibawah pimpinan Abu Thohir al-Janabi menjadikan Masjidil Harram dan Ka’bah menjadi lautan darah, jasad-jasad para jama’ah haji saat itu mereka lemparkan kesumur zam-zam, mereka juga mencungkil pintu Ka’bah dan menyobek Kiswah. Selain itu saudaraku, mereka “Qaramithah” saat itu juga menjebol Ka’bah dan mencuri hajar aswad. Dan dengan sombong dan angkuhnya pemimpin mereka berteriak “Dimana itu burung (ababil) !?, mana itu batu-batu (yang dibuat melempar Abrahah) !?.
Selanjutnya saudaraku. Yang namanya al-Mahdi Abu Muhammad Ubaidillah bin Maimun al-Qaddah meninggal dunia pada tahun 322 Hijriyah, hingga keturunannya yang bernama al-Mu’iz Lidinillah, yang berkuasa di Mesir. Sebelumnya bertahun-tahun mereka gagal menembus Mesir hingga akhirnya pada 17 Sya’ban tahun 358 Hijriyah atau 6 Juli 969 Masehi Mesir jatuh ke tangan Qaramithah. Hingga kemudian kekuasaan mereka yang berada diMaroko dipindahkan ke Mesir dengan pusat kekuasaannya di Qahirah atau yang sekarang dikenal dengan nama Kairo. Dengan berkuasanya Qaramithah di Mesir maka budaya Maulid Nabi pun mulai ditanamkan di negerinya fir’aun tersebut. Kekuasaan ubaidiyyun atau yang dikenal dengan Syiah Fatimiyyun ini saudaraku bertahan atau berkuasa hingga 2 abad lamanya. Kekuasaan Ubaidiyyun ini akhirnya berhasil dikembalikan kepada kerajaan Abbasiyah yang pusat kekuasaanya berada di Baghdad pada tahun 546 Hijriyah. Ubaidiyyun atau fatimiyyun bersama penguasanya yang terakhir yakni al-‘Adhid saat itu berhasil ditumpas dan dibinasakan oleh Yusuf bin Najmuddin seorang penganut Ahlus Sunnah yang kita kenal dengan Shalahuddin al-Ayyubi.
Shalahuddin al-Ayubi Rahimahullah Ta'ala Anhu adalah orang yang memimpin menumpas kaum yang budayanya adalah mengadakan maulid. Lantas dari mana asal informasi yang mengatakan bahwa shalahuddin al-Ayubi lah yang pertama kali mengadakan maulid.
Wahai saudaraku. Menurut Ahmad bin Ali al-Miqrizi “seorang pakar sejarah’ didalam “Al-Mawai’dz wal I’tibar bidzikril Khutthati wal Atsar” para pemimpin Fatimiyyun (atau Ubaidiyyun atau Qaramithah) yang ditumpas oleh Shalahuddin al-Ayubi Rahimahullah Ta'ala Anhu, mereka mempunyai berbagai perayaan setiap tahunnya selain maulid Nabi. Ada perayaan tahun Baru, perayaan Hari Asyura, Perayaan Maulid ‘Ali bin Abi Thalib, Perayaan Maulid Fatimah az-zahra, Perayaan maulid Hasan dan Husain, serta maulid para khalifah atau pemimpin mereka. Selain itu masih ada lagi perayaan awal bulan Rajab, awal Bulan Sya’ban, perayaan Nisfu Sya’ban, perayaan awal Ramadhan, perayaan pertengahan Ramadhan, serta perayaan penutup Ramadhan.
Wahai saudaraku… kemudian, Setelah perayaan Maulid menghilang karna tertumpasnya kelompok Syiah Qaramithah atau Ubaidiyyun atau juga dikenal dengan fatimiyyun oleh Shalahuddin al-Ayubi Rahimahullah Ta'ala Anhu yang notabene adalah Ahlus Sunnah dengan kembali berkuasanya kerajaan Abbasiyah. Maka pada awal abad ke 7 Hijriyah, sebagaimana yang dikatakan al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah Ta'ala Anhu di dalam Al-Bidayah wa al-Nihayah, Raja Mudhafir Abu Sa’ad Kaukaburi merayakan Maulid Nabi di Bulan Rabi’ul Awal dengan amat mewah. Diceritakan pada acara tersebut dihidangkan 5000 daging panggang, 10.000 daging ayam, 100.000 gelas susu, dan 30.000 piring makanan ringan.
Perayaan tersebut, masih menurut Ibnu Katsir Rahimahullah Ta'ala Anhu, dihadiri oleh tokoh-tokoh agama, dan orang-orang Sufi. Sang raja pun menjamu mereka. Bahkan orang-orang Sufi punya acara khusus, yakni menyanyi dari waktu dzuhur hingga fajar. Wal’iyaudzubillah.
Wahai saudaraku… demikianlah postingan yang ana kutipkan dari fatawa. Ya, begitulah asal muasal terjadinya perayaan maulid nabi, yang kini menjadi menu wajib tahunan. Bahkan saudaraku, sebagian orang seakan-akan tabu meningalkan perayaan maulid ini.
Semoga bermanfaat.
Semoga Allah Azza wa Jalla selalu melimpahkan kepada kita Ilmu yang bermanfaat, risky yang baik dan amalan yang diterima…