Sabtu, 16 Januari 2010

Etika Berpakaian 2

Alhamdulillah. Setelah pada postingan sebelumnya telah ana sampaikan sedikit mengenai Muqadimah tentang Etika Berpakaian, Berikut ini ana postingkan lanjutan dari Etika berpakaian tersebut. Dimana etika –etika dalam berpakaian ini patut untuk kita ketahui, serta kita amalkan selaku seorang Muslim. Yang mana bagi seorang lelaki Muslim tidaklah diperbolehkan dan tidak diperkenankan memakai pakaian dari bahan sutra secara mutlak, baik itu berupa baju , sarung, , sorban, dan lain sebagainya. Tentunya Hal ini berdasarkan dalil yang shohiih. Dimana di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Abu Dawud Rahimahullah dengan sanad yang baik, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam mengambil sutra, kemudian meletakkannya di tangan kanannya, dan mengambil emas kemudian meletakkannya di tangan kirinya, kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya dua barang ini haram bagi laki-laki dari umatku.”

Jadi jelas ya ikhwa fillah, bahwa bagi yang merasa jenis kelaminnya lelaki, maka kita dilarang untuk memakai pakaian yang terbuat dari sutra, juga dilarang dari memakai emas sebagai perhiasan. Dan Kalau seorang lelaki masih nekad mau memakai sutra atau emas ya artinya ia berjenis kelamin wanita bukan lelaki.. he..he..he..

Selanjutnya saudaraku, bagi lelaki Muslim, dilarang memperpanjang pakaian atau celana atau bumus (sejenis mantel yang bertudung kepala), atau gamis , menjuntai mencapai atau melebihi mata kaki. Hal ini berdasarkan Hadits Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh al-Imam An-Nasai Rahimahullah, “Memanjangkan hingga di bawah kedua mata kaki pada kalian, gamis, dan sorban. Barangsiapa menyeret salah satu daripadanya dengan sombong, maka Allah tidak melihat kepadanya pada hari kiamat.” Sementara di hadits yang lain yang diriwayatkan Muttafaqun ‘Alaih, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda , “Allah tidak melihat kepada orang yang menyeret pakaian dengan sombong.” Dan di dalam hadits yang lain pula, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “kain yang ada dibawah mata kaki adalah di neraka.” Waliyaudzubillah !!!

Adapun untuk kaum wanita alias perempuan, maka sudah seharusnya pakaiannya menu-tup seluruh badannya, termasuk kedua mata kakinya. Dan ingat bagi wanita , jika berpakaian janganlah menampakkan lekuk tubuh atau aurat yang ada didalamnya.

Kemudian, Selaku seorang Muslim terutama pria kita dianjurkan untuk lebih mengutamakan pakaian berwarna putih dari pada warna-warna lainnya, tetapi penggunaan pakaian warna lainnya juga diperbolehkan. Hal ini disandarkan kepada Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasai dan dishohihkan oleh Al-Hakim, dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Kenakanlah pakaian berwarna putih, karena warna putih adalah paling suci, dan paling baik, serta kafanilah mayat kalian dengan kain berwarna putih.” Di hadits yang lain dari Al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam itu sedang perawakannya. Aku pernah melihat beliau mengenakan pakaian berwarna merah dan aku tidak pernah melihat orang lain yang lebih tampan dari pada beliau.” Rawahu Bukhari. Sedangkan diriwayat yang lain lagi, yang diriwayatkan dengan shohih, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga mengenakan pakaian berwarna hijau, memiliki burgah berwarna merah yang beliau kenakan pada hari Id, dan (beliau Rasulullah) juga mengenakan sorban berwarna hitam. Adapun bagi wanita dianjurkan dan lebih diutamakan untuk mengenakan pakaian berwarna gelap. Dan tentunya untuk Wanita Muslimah WAJIB memanjangkan pakaiannya hingga menutupi kedua kakinya dan memanjangkan kerudung di kepalanya hingga menutupi leher dan dadanya. Dan hal ini berdasarkan firman Allah Azza Wa jalla dalam surah Al-Ahzab ayat 59

يَأَيُّهَاالنَّبِىُّ قُل ِّلأَزْوَجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُوءْ مِنِينَ يُدْ نِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَبِيبِهِنَّ.

“Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka…”

Selain itu, Allah Azza Wa jalla juga berfirman dalam Surah An Nuur ayat 31yang artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

Wallahu a’lam bish-shawab…

Etika Berpakaian 1

بِسْمِ اللّهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْم

Segala puji bagi Allah Azza wajalla, kepada-Nya kita memberikan sanjungan , memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya lah Wahai Saudaraku kita senantiasa berlindung dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Semoga Allah Azza Wa jalla menyatukan kita semua untuk senantiasa mencintai-Nya dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya.

Wahai Saudaraku yang mengharapkan sebaik-baik tempat kembali yakni Jannah, postingan ana kali ini berkisar mengenai etika berpakaian, dimana kita selaku seorang Muslim sudah sepatutnya meyakini bahwa yang namanya berpakaian itu diperintahkan oleh Allah Azza Wa jalla di dalam firman-firmannya.

Untuk itu mari kita simak beberapa firman Allah Azza Wa jalla mengenai hal ini, diantaranya, Surah Al-A’raaf ayat 26.

يَبَنِى ءَ ا دَمَ قَدْ أَنزَ لْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَ رِ ى سَوْ ءَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَ ى ذَ لِكَ خَيْرٌ .

“Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa Itulah yang paling baik…”

Adapun di ayat yang lainnya, namun masih di dalam Surah yang sama yakni Surah Al-A’raaf tepatnya ayat 31, Allah Azza wa Jalla berfirman :


يَبَنِى ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُواْوَاشْرَبُواْوَلاَتُسْرِفُواْ. إِنَّهُ,لاَيُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ.

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Tuh kan, kita diharuskan memakai pakaian yang layak. Jadi pakailah pakaian yang layak, jangan mentang-mentang fashionable lantas se-enaknya, umbar aurat sana, umbar aurat sini. Buka ketiak sana , buka ketiak sini, kaya’ baju kekurangan bahan aja.

Ketahuilah Wahai Saudaraku bahwa kita disunnahkan memakai pakaian yang baik (tidak robek sana robek sini, tidak bau dan kotor, kalau ada yang baru ya… pake yang baru), selain itu tentunya pakaian kita juga harus bagus dan bersih. (dalam artian bukan secara berlebih-lebihan).
Di dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan oleh al-Imam Abu Daud Rahimahullahu ta’ala dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda kepada salah seorang shahabatnya di saat beliau melihatnya mengenakan pakaian jelek :”Apabila Allah mengaruniakan kepadamu harta, maka tampakkanlah bekas ni`mat dan kemurahan-Nya itu pada dirimu. Selain itu Wahai Saudaraku, tentunya dalam berpakaian, pakaian yang kita kenakan sudah sepatutnyalah menutup aurat, dimana pakaian tersebut cukup longgar, dan tidak menampakkan bentuk dan lekuk tubuh, serta tidak memperlihatkan apa yang ada di baliknya alias apa-apa yang ada didalamnya.

Bahkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Al-Bukhari Rahimahullah, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Makanlah kalian, minumlah kalian, berpakaianlah kalian, dan bersedekahlah kalian tanpa kikir, dan tanpa sombong.” Jadi semua itu ada porsinya ada bagiannya, dan yang jelas semua itu demi kelangsungan kita selaku manusia dan umat muslim agar kita bias beribadah dengan baik dan benar. Selain itu Wahai Saudaraku, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga menjelaskan apa saja yang boleh dijadikan pakaian, kemudian apa yang tidak boleh dijadikan pakaian, dan apa yang disunnahkan untuk dipakai, serta apa yang dimakruhkan untuk dipakai. Oleh karena itu, kita selaku seorang Muslim harus konsekuwen dengan etika-etika berpakaian yang memang disandarkan pada dalil-dalil yang shohihah dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam.


Minggu, 10 Januari 2010

Etika Berpergian atau Bersafar 2

Alhamdulillah. Setelah pada postingan lalu kita berbicara mengenai hukum-hukum dalam bersafar serta beberapa kemudahan yang diberikan Allah azza wa Jalla kepada para Musafir. Berikut ini anak postingkan tentang beberapa etika-etika yang perlu kita perhatikan serta kerjakan jika kita melakukan safar atau melakukan perjalanan.

Tentunya wahai saudaraku, jika kita akan bersafar maka kita harus menyiapkan perbekalan baik itu berupa pakaian, makanan, uang, dan tentunya yang tak kalah penting kita persiapkan adalah ilmu. Nah untuk materi seperti pakaian, makanan ataupun uang tentunya haruslah dari sumber yang halal, selain itu kita juga harus memikirkan orang-orang yang kita tinggalkan, maka kita juga perlu meninggalkan perbekalan yang cukup untuk orang-orang yang kita tinggalkan yang memang mereka itu adalah orang-orang yang wajib kita nafkahi. Dan tak lupa berpamitan tentunya. Selain itu, sebaiknya jika akan bersafar atau berpergian kita perlu ditemani atau mengajak oang lain yang tentunya berpengetahuan tentang hal ini. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari rahimahullahu Ta’ala Anhu, dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, Jika manusia mengetahui bahaya yang ada pada pergi sendiri seperti yang aku ketahui, maka tidak ada seorang pun yang berani bepergian sendiri pada satu malam pun.” Dan ada baiknya sebelum kita berangkat bersafar atau bepergian, hendaknya kita mengerjakan sholat istikharah sperti yang dianjurkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Selanjutnya yang tak boleh kita lupakan ketika akan meninggalkan rumah, yakni berdo’a. Ya ! berdoalah. Ketika akan dan telah menaiki kendaraan, kita juga berdoa. Kemudian , sebaiknya kita memulai safar pada pagi hari, sebagaimana hadits yang diriwayatkan al-Imam At-Tirmidzi Rahimahullah, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Ya Allah, berkahilah umatku di waktupagi harinya." Selain itu, di dalam sebuah hadits yang juga diriwayatkan oleh al-Imam At-Tirmidzi Rahimahullah dengan sanad yang baik, Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, “Seseorang berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku ingin bepergian, maka beri aku nasehat. ‘Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan bertakbir di setiap tempat (dataran) yang tinggi.” Kemudian sebagaimana yang telah ana sampaikan tadi, kita ketika bersafar harus memperbanyak do’a. Berdoalah kepada Allah Azza Wa jalla, mintalah kebaikan dunia dan akhirat kepada-Nya, karena doa dalam perjalanan itu dikabulkan. Jika kita singgah di suatu tempat, kita juga berdoa. Jika malam telah tiba maka kita dianjurkan juga untuk berdoa, apalagi jika rasa takut datang, misalkan takut dirampok, atau takut akan binatang buas, maka yang kita lakukan adalah berdoa. Selain itu jika kita telah sampai di kota tujuan atau kota persinggahan atu kota yang kita lihat dalam perjalanan maka kita juga perlu berdo’a.. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, "Tiga doa yang mustajab dan tidak ada keragu-raguan di dalamnya, doa orang yang tertindas, doa Musafir dan doa ayah untuk anaknya.” Rawahu At Tirmidzi juga dengan sanad yang baik.

Nah adapun untuk do’a, maka pelajarilah dan carilah doa-doa yang bersumber al-Qur’an atau hadits-hadits yang shohih, yang tentunya do’a tersebut bersumber dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam serta atsar para sahabat, Jadi jangan salah memilih do’a. Memang semua do’a baik, tetapi yang benar adalah doa-doa yang yang dicontohkan dan diajarkan serta dianjurkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, serta dipergunakan oleh para Sahabat Ridwanallahu ‘Alaihim Jamian. Untuk itu jangan asal mengambil do’a. jangan asal mencomot do’a dari kitab-kitab yang tak jelas rujukannya. Banyak kumpulan kitab-kitab do’a yang yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits shohiih. Sekali lagi wahai saudaraku, berdo’alah dengan do’a yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam serta atsar para Sahabat Ridwanallahu ‘Alaihim Jamian.

Adapun etika Selanjutnya nih saudaraku, jika kita selaku Musafir, yang mana setelah kita berhasil memenuhi kebutuhan atau hajat kita, didalam perjalanan yang kita lakukan maka kita harus segera kembali kepada keluarga dan daerah tempat asal kita, tempat kita berdomisili, tempat bermukim kita dan tentunya tempat hidup keluarga kita. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Muttafaqun ‘Alaih, (dimana) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Perjalanan adalah potongan siksa yang menghalangi salah seorang dari kalian dari makan, minum, dan tidur. Jika salah seorang dari kalian telah selesai memenuhi kebutuhan dalam perjalanannya, hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya.”

Selain itu jika kita telah kembali dari bersafar maka kita tidaklah boleh mengetuk pintu rumah pada malam hari, dan tentunya tidak mengagetkan sanak saudara akan kedatangan kita. Kemudian yang tak kalah pentingnya serta perlu diperhatikan nih, bahwa yang namanya Wanita tidaklah boleh bepergian pada sehari atau semalam kecuali dengan mahramnya. Peringatan ini disandarkan pada hadits Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang berbunyi, “Wanita tidak halal bepergian selama sehari dan semalam kecuali dengan mahramnya.” Rawahu Muttafaqun ‘Alaih.

Wallahu Allam bishowab. . . semoga bermanfaat !