Minggu, 10 Januari 2010

Etika Berpergian atau Bersafar 2

Alhamdulillah. Setelah pada postingan lalu kita berbicara mengenai hukum-hukum dalam bersafar serta beberapa kemudahan yang diberikan Allah azza wa Jalla kepada para Musafir. Berikut ini anak postingkan tentang beberapa etika-etika yang perlu kita perhatikan serta kerjakan jika kita melakukan safar atau melakukan perjalanan.

Tentunya wahai saudaraku, jika kita akan bersafar maka kita harus menyiapkan perbekalan baik itu berupa pakaian, makanan, uang, dan tentunya yang tak kalah penting kita persiapkan adalah ilmu. Nah untuk materi seperti pakaian, makanan ataupun uang tentunya haruslah dari sumber yang halal, selain itu kita juga harus memikirkan orang-orang yang kita tinggalkan, maka kita juga perlu meninggalkan perbekalan yang cukup untuk orang-orang yang kita tinggalkan yang memang mereka itu adalah orang-orang yang wajib kita nafkahi. Dan tak lupa berpamitan tentunya. Selain itu, sebaiknya jika akan bersafar atau berpergian kita perlu ditemani atau mengajak oang lain yang tentunya berpengetahuan tentang hal ini. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari rahimahullahu Ta’ala Anhu, dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, Jika manusia mengetahui bahaya yang ada pada pergi sendiri seperti yang aku ketahui, maka tidak ada seorang pun yang berani bepergian sendiri pada satu malam pun.” Dan ada baiknya sebelum kita berangkat bersafar atau bepergian, hendaknya kita mengerjakan sholat istikharah sperti yang dianjurkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Selanjutnya yang tak boleh kita lupakan ketika akan meninggalkan rumah, yakni berdo’a. Ya ! berdoalah. Ketika akan dan telah menaiki kendaraan, kita juga berdoa. Kemudian , sebaiknya kita memulai safar pada pagi hari, sebagaimana hadits yang diriwayatkan al-Imam At-Tirmidzi Rahimahullah, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Ya Allah, berkahilah umatku di waktupagi harinya." Selain itu, di dalam sebuah hadits yang juga diriwayatkan oleh al-Imam At-Tirmidzi Rahimahullah dengan sanad yang baik, Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, “Seseorang berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku ingin bepergian, maka beri aku nasehat. ‘Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan bertakbir di setiap tempat (dataran) yang tinggi.” Kemudian sebagaimana yang telah ana sampaikan tadi, kita ketika bersafar harus memperbanyak do’a. Berdoalah kepada Allah Azza Wa jalla, mintalah kebaikan dunia dan akhirat kepada-Nya, karena doa dalam perjalanan itu dikabulkan. Jika kita singgah di suatu tempat, kita juga berdoa. Jika malam telah tiba maka kita dianjurkan juga untuk berdoa, apalagi jika rasa takut datang, misalkan takut dirampok, atau takut akan binatang buas, maka yang kita lakukan adalah berdoa. Selain itu jika kita telah sampai di kota tujuan atau kota persinggahan atu kota yang kita lihat dalam perjalanan maka kita juga perlu berdo’a.. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, "Tiga doa yang mustajab dan tidak ada keragu-raguan di dalamnya, doa orang yang tertindas, doa Musafir dan doa ayah untuk anaknya.” Rawahu At Tirmidzi juga dengan sanad yang baik.

Nah adapun untuk do’a, maka pelajarilah dan carilah doa-doa yang bersumber al-Qur’an atau hadits-hadits yang shohih, yang tentunya do’a tersebut bersumber dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam serta atsar para sahabat, Jadi jangan salah memilih do’a. Memang semua do’a baik, tetapi yang benar adalah doa-doa yang yang dicontohkan dan diajarkan serta dianjurkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, serta dipergunakan oleh para Sahabat Ridwanallahu ‘Alaihim Jamian. Untuk itu jangan asal mengambil do’a. jangan asal mencomot do’a dari kitab-kitab yang tak jelas rujukannya. Banyak kumpulan kitab-kitab do’a yang yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits shohiih. Sekali lagi wahai saudaraku, berdo’alah dengan do’a yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam serta atsar para Sahabat Ridwanallahu ‘Alaihim Jamian.

Adapun etika Selanjutnya nih saudaraku, jika kita selaku Musafir, yang mana setelah kita berhasil memenuhi kebutuhan atau hajat kita, didalam perjalanan yang kita lakukan maka kita harus segera kembali kepada keluarga dan daerah tempat asal kita, tempat kita berdomisili, tempat bermukim kita dan tentunya tempat hidup keluarga kita. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Muttafaqun ‘Alaih, (dimana) Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Perjalanan adalah potongan siksa yang menghalangi salah seorang dari kalian dari makan, minum, dan tidur. Jika salah seorang dari kalian telah selesai memenuhi kebutuhan dalam perjalanannya, hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya.”

Selain itu jika kita telah kembali dari bersafar maka kita tidaklah boleh mengetuk pintu rumah pada malam hari, dan tentunya tidak mengagetkan sanak saudara akan kedatangan kita. Kemudian yang tak kalah pentingnya serta perlu diperhatikan nih, bahwa yang namanya Wanita tidaklah boleh bepergian pada sehari atau semalam kecuali dengan mahramnya. Peringatan ini disandarkan pada hadits Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang berbunyi, “Wanita tidak halal bepergian selama sehari dan semalam kecuali dengan mahramnya.” Rawahu Muttafaqun ‘Alaih.

Wallahu Allam bishowab. . . semoga bermanfaat !

0 komentar: