Sabtu, 27 Desember 2008

Seorang Pemimpin dan Rakyat Wajib Berpegang kepada Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam bagi Perbaikan Ummat

Bismillahirrahmaanirrahim
Wahai saudaraku se-Iman se-Aqidah, semoga Allah Azza Wajalla Merahmati Kita Semua dan melimpahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat , rizqi yang halal lagi baik serta amalan yang diterima, segala puji hanya milik Allah Ta’ala yang telah mempersaudarakan kita kaum muslimin diatas aqidah dan manhaj yang lurus. Semoga Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada manusia teladan, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut sunnahnya hingga hari kiamat.
Wahai Saudaraku se-Iman se-Aqidah, siapapun pada dasarnya, baik pemimpin maupun rakyat jika ingin memperbaiki umat, maka yang harus dilakukannya adalah berpegang kepada Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam sebagaimana pemahaman para Salafus Shalih yakni para Sahabat Ridwanallahu ’Alaihim Jamian. Jadi bukan dengan pemahaman akal kita yang sempit tanpa ilmu atau bahkan akal-akalan. Hal ini saudaraku terindikasi, bahwa banyak orang atau sebagaian orang, kini mengaku bermanhaj ahlus sunnah waljama'ah, namun perbuatannya , ibadahnya muamalahnya tidak seperti apa yang diucapkannya – jadi antara ucapan dan perbuatan ndak nyambung, dimana ucapannya bahwa ia adalah bagian dari orang-orang yang menegakkan sunnah namun dalam amalannya ia termasuk kedalam orang-orang yang menghancurkan dan merusak Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Naudzubillahi mindzalik.
Kenapa bisa begitu Saudaraku ?
Hal ini diKarnakan minimnya pengetahuan mengenai ad-dienul Islam, karna menuruti hawa nafsunya, karna jarangnya bermajelis ilmu dengan ustadz-ustadz atau ulama-ulama yang layak diambil ilmunya.
Untuk itu wahai saudaraku, mari kita biasakan mendatangi majelis-majelis ilmu yang mengajarkan tentang al-Qur’an dan As-sunnah sebagaimana pemahaman para shalafus Shalih.
dan sungguh saudaraku, Sesungguhnya Allah Azza Wa jalla telah memuliakan umat ini dengan diutusnya Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Hal ini Allah Azza Wa jalla tegaskan didalam firman-Nya Surah Al-Anbiya ayat 107 “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Maka dari itu Saudaraku (semoga Allah Azza Wajalla selalu melimpahkan taufiqnya pada kita semua), kita selaku seorang Muslim, baik selaku pemimpin atau rakyat dimanapun berada, telah diberikan rahmat khusus dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam, oleh sebab itu kita beriman, mengikuti, dan mengamalkan sunnahnya. Sedangkan orang kafir, mereka dirahmati dengan rahmat yang umum, berupa datangnya Islam. Dan apabila seorang Muslim berpegang teguh dengan agamanya dan konsisiten dalam mengamalkannya, apapun jabatannya, apapun kedudukannya, maka Allah akan mengurangi kejelekan atau kedzaliman kaum kafirin dan mengurangi kerusakan orang-orang yang hendak berbuat kerusakan. Didalam Al-Qur’an Surat Al-Baqaarah ayat 251 Allah Azza Wa jalla berfirman, “ “seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.”
Wahai sauadarku. Ingatlah ! Allah Azza Wa jalla telah menurunkan kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam kitab yang paling agung, dan telah menurunkan pula kepada Rasul-Nya tafsir dan penjelas yang paling agung bagi al-Qur’an, yakni Sunnah Nabawiyah. Dan Allah Azza Wa jalla pulalah yang berjanji menjaga al-Qur’an dan Assunah dari perubahan dan penyelewengan dari tangan orang-orang yang jahil lagi bodoh. Dan sungguh Saudaraku, Allah Subhanahu Wata 'alla menjaga keduanya dari pemikiran yang merusak dan penafsiran yang Bhatil. Allah Azza Wa jalla menegakkan hujjah dan bukti bagi semesta alam ini melalui Nabi-Nya yang mulia, Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Allah memberi petunjuk kepada Nabi kita dengan sebaik-baiknya petunjuk, memudahkannya untuk menempuh jalan yang paling mudah dan dengan metode yang paling praktis. Hal ini, Allah Azza Wa jalla jelaskan di dalam Firman-Nya Surah al-A’la ayat 8 “Dan kami akan memberi kamu taufik ke pada jalan yang mudah”
Sedangkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad. Dan sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama). Setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah. Dan setiap kebid’ahan adalah sesat.”
Mari Kita camkan hadits ini Saudaraku ! karna Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan kepada kita, bahwa tidak ada perkataan yang paling baik yang layak kita dengar selain kitabullah. Jadi kalau ada perkataan seseorang tentang agama ini menyelisihi kitabullah tentulah yang menyelisihi kitabullah tadi berada di dalam kesesatan. Selain itu, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam , jadi jangan pernah mengambil petunjuk yang datangnya dari orang-orang fasik atau dzahil tentang agama ini selain petunjuk dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sebagaimana pemahaman para Sahabat Ridwanallahu ’Alaihim Jamian, karna para sahabatlah yang paling mengerti dan tahu tentang Sunnah atau petunjuk dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Selain itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga mengingatkan kita agar jangan mengada-adakan sesuatu hal yang baru dalam agama ini, artinya dalam hal ibadah kita haruslah beribadah sesuai dengan apa yang dicontohkan dan dituntunkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, bukan dengan nafsu dan syahwat kita, bikan dengan kebodohan kita, bukan dengan kejahilan kita dan juga bukan dengan nafsu dan syahwat orang-orang yang menganggap dirinya berilmu padahal tidak sama sekali.
Dan sungguh Saudaraku. Nabi kita yang mulia telah menunaikan dan menyampaikan seluruh sendi-sendi peribadatan dan perkara agama ini. Semuanya! Tidak terkecuali hal terkecil dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam masalah ibadah, adab, akhlak terpuji, fadhilah atau keutamaan amal, perangai terpuji, dan sebagainya. Jadi sekali lagi, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah menunaikan hak ini semua dengan menyampaikannya. Maka sepatutnyalah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menjadi panutan bagi seorang hamba, teladan bagi seorang da’i, teladan bagi seorang pengajar, teladan bagi seorang hakim, teladan bagi seorang pemimpin, teladan bagi perajurit, teladan bagi seorang ayah, dan teladan bagi setiap manusia. Dan Allah Azza Wa jalla di dalam kitab-Nya telah menjelaskan hal ini, yakni Di Surah Al-Ahzab ayat 21 “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Wahai Saudaraku yang se-iman dan se-aqidah, di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim, Abu Dawud dan Imam Ahmad, ‘Aisyah Radiallahu Anha berkata, “ketahuilah ! Akhlak beliau (Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam) adalah Al-Qur’an.”
Jadi Saudaraku. Apa yang datang dari Rasulullah atau Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam, adalah petunjuk untuk menuju jalan lurus yang patut diikuti oleh setiap muslim. Dan terkumpul didalam Sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, keutamaan, kebaikan, dan kesempurnaan.
Dan barangsiapa yang mengamalkan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam, maka sungguh Allah Azza Wa jalla telah memberikan kebaikan yang banyak pada diri orang tersebut. Begitu juga sebaliknya, barang siapa meninggalkan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam atau bahkan mencelanya, maka orang tersebut telah kehilangan kebaikan yang banyak sesuai dengan Sunnah yang ia tinggalkan dan akan mendapatkan adzab yang besar.
Lantas Saudaraku. Melihat keadaan Umat Islam sekarang ini, hati kita akan merasa sedih dan jiwa kita terasa putus asa. Bagaimana tidak Saudaraku? kita dicengkram oleh musuh-musuh Islam. Musuh-musuh Islam mengambil segala sesuatu yang mengurangi kekuatan kaum muslimin. Mereka Saudaraku, para musuh Islam, telah merendahkan Islam dan bersikap berani terhadap hak-hak kaum muslimin, mereka terus membuat permusuhan, bertindak aniaya kepada kaum muslimin dan memecah belah kaum muslimin. Dan ketahuilah Saudaraku, kelemahan kaum muslimin yang terbesar adalah perpecahan umat dan hawa nafsu yang diikuti !. sungguh penyakit yang menimpa kaum muslimin sekarang ini sangatlah banyak, sebab-sebab kemundurannya tak terhitung, selain itu musibah datang silih berganti dan balasannya pastti besar, bahkan perkaranya bisa bertambah jelek.
Akan tetapi Saudaraku, percayalah bahwa semua itu akhirnya adalah kebaikan bagi Islam itu sendiri. Dan obat mujarab untuk mengobati penyakit kaum muslimin, tiada lain adalah mengikuti Sunnah Nabawiyah.
Jadi Mengikuti Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan berpegang teguh dengan Manhaj Salafus Shalih adalah obat bagi seluruh penyakit umat ini. Ingat Saudaraku! Berpegang dengan Sunnah adalah dengan bersatu. Bersatu Meninggalkan perselisihan, menyatukan hati dan niat. Maka Berpegang dan mengikuti Sunnah adalah penolong untuk melawan musuh-musuh kebenaran, penolong dari musuh kesesatan dan hawa nafsu.
Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Madjah Imam Ahmad dan Darimi, dan dishohihkan oleh Al-alamah Syaikh Muhammad Nasirudin al-Albani (semoga Allah merahmatinya), dari Irbadh bin Sariyah, ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah menasehati kami dengan nasehat yang mendalam, air mata kami menetes olehnya dan hati kami terenyuh dibuatnya. Kami berkata, “Wahai Rasulullah ! sepertinya ini nasihat orang yang berpamitan, maka berilah kami wasiat !’ Beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) berkata, ’Aku wasiatkan kepada kalian dengan taqwa kepada Allah dan mendengar serta taat kepada pemimpin, sekalipun dia adalah budak Habsyi. Sesungguhnya orang yang hidup setelahku, niscaya dia akan mendapati perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para Khulafa Urasyidun yang lurus dan mendapat petunjuk, gigitlah dengan gigi gerahammu. Dan hati-hatilah dari perkara-perkara yang baru. Dan setiap bid’ah adalah sesat.”.
Jadi saudaraku. Sesungguhnya seruan ini, yakni seruan untuk kembali kepada Sunnah berlaku bagi setiap manusia. Dan Wajib bagi setiap muslim untuk melakukannya, mengajak saudaranya sesame muslim untuk menyempurnakan kekurangannya dalam berpegang terhadap Sunnah, menasehati atas kelalaiannya meninggalkan Sunnah, mengingatkan serta mengajarkannya sesuai ilmu dan kemampuan yang kita miliki. Selain itu menjelaskan kebaikan dan memperingatkan dari kejelekan. Adapun dakwah kepada orang kafir perlu juga kita lakukan dengan cara menjelaskan kebaikan Islam, baik melalui perkataan dan perbuatan serta menegakkan Hujjah atas mereka.
Ingat Saudaraku, kita haruslah berhati-hati dari membuka pintu kejelekan dan fitnah. Umat ini akan senatiasa baik selama belum terbuka pintu fitnah dan kejelekan. Kita harus mengambil pelajaran dari kejadian yang terjadi di alam ini. Dari fitnah-fitnah yang menghancurkan kehidupan, memecah belah persatuan. Dan kita jangan pernah meremehkan dosa, karna hal itu adalah sebab datangnya siksa dan azab. Dan kita harus selalu waspada dari segala sesuatu yang menghalangi kita untuk mengikuti Sunnah. Dan tentunya penghalang terbesar untuk mengikuti Sunnah adalah karena kita mengikuti hawa nafsu.
Dan Allah Azza Wa jalla telah menjelaskan hal ini di dalam Surah Al-Qashash ayat 50
“ Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), Ketahuilah bahwa Sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesung-guhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Jadi saudaraku, termasuk yang dapat menghalangi mengikuti Sunnah yakni membeo atau taqlid kepada orang yang sesat lagi menyesatkan. Di dalam Surah Al-A’raf ayat 3 Allah Azza Wa jalla menjelaskan “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).”
Kemudian Saudaraku, perkara lain yang dapat menghalangi kita dari mengikuti Sunnah adalah kebodohan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan faqihkan ia dalam agama-Nya.”
Jadi Saudaraku, Telah jelas sampai kepada kita, bahwa mengikuti Sunnah adalah perintah dari Allah Azza Wa jalla. Dan Allah Azza Wa jalla jelaskan hal tersebut di dalam firman-Nya Surah al-Hasyr ayat 7 “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” Sedangkan di Surah yang lain , Allah Azza Wa jalla juga mengingatkan kita agar mendengar dan taat kepada Sunnah (apa yang diperintahkan dan dilarang Rasul kepada kita), yakni diSurah Al-Anfal ayat 20 sampai 21 “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya), Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang Berkata "Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan.”
Toyib Saudaraku !. Mari sekali lagi kita cermati dan camkan nasehat perpisahan dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, nasehat yang agungbagi umatnya yang akan menjalani hidup hingga akhir jaman. Dimana beliau bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Madjah Imam Ahmad dan Darimi, dan dishohihkan oleh Al-alamah Syaikh Muhammad Nasirudin al-Albani (semoga Allah merahmatinya), dari sahabat Irbadh bin Sariyah Radiyallahu Anhu, diman ia Irbadh bin Sariyah berkata, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah menasehati kami dengan nasehat yang mendalam, air mata kami menetes olehnya dan hati kami trenyuh dibuatnya. Kami berkata, “Wahai Rasulullah ! sepertinya ini nasihat orang yang berpamitan, maka berilah kami wasiat !’ Beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) berkata, ’Aku wasiatkan kepada kalian dengan taqwa kepada Allah dan mendengar serta taat kepada pemimpin, sekalipun dia adalah budak Habsyi. Sesungguhnya orang yang hidup setelahku, niscaya dia akan mendapati perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para Khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, gigitlah dengan gigi gerahammu. Dan hati-hatilah dari perkara-perkara yang baru. Dan setiap bid’ah adalah sesat.”.
Untuk itulah Saudaraku, Marilah kita memanfaatkan waktu kita untuk beramal sholih. And Don’t forget Ikhwa fillah, jangan pernah sia-siakan umur dengan melalaikan peluang emas untuk beramal kebajikan dan berpeganglah dengan sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan Sunnah al-Khulafa Urasyidin. Dan mari, kita taati apa yang Allah Azza Wajalla perintahkan dan peringatkan di dalam kitab-Nya yang agung. Ingat sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah. San sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wasallam.
Wallahu Allam Bishowab…. Semoga bermanfaat

Kamis, 16 Oktober 2008

mana yang lebih utama ? memperbaiki diri atau memperbaiki pemimpin

Bismillahirrahmaa nirrahimm
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memberikan sanjungan, hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan dan ampunan, dan hanya kepada-Nya lah kita senantiasa berlindung dari kejahatan diri dan dari keburukan amal perbuatan kita.
Wahai saudaraku... Semoga Allah Azza Wajalla menyatukan kita semua untuk senantiasa mencintai-Nya dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya.
Berbicara mengenai pemimpin dan penguasa. Bahwa eksistensi seorang penguasa memiliki urgensi tersendiri. Kita selaku masyarakat atau rakyat, sudah barang tentu berhajat pada sosok yang kapabel atau kalo’ dalam bahasa kita, orang tersebut ahli dalam bidangnya yakni ahli dalam mengkoordinasikan laju roda kehidupan dari mulai masyarakat kelas sederhana, sampai ke tingkat yang lebih luas. Nah yang namanya roda kehidupan ini saudaraku, sudah sangat jelas bahwa tidak akan berjalan tanpa adanya pemimpin.
Jadi, yang namanya pemimpin atau penguasa, merupakan tumpuan dan titian bagi rakyat dan masyarakat dalam menciptakan rasa aman, kemudian menciptakan kesejahteraan social diwilayah yang dipimpinnya bahkan kewilayah tetangganya. Nah ini semua Saudaraku , akan terwujud ketika yang memegang pemerintahan adalah sosok seseorang yang adil, punya skill atau keahlian manajerial yang handal, dan mampu dalam membuat atau mengambil kebijakan yang handal dan cerdas. Sehingga sasaran utama dan yang pertama dari sosok pemimpin ini, jika ia memimpin adalah bagaimana mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Namun saudaraku, sering terjadi atau fenomena yang sekarang menggejala yakni penguasa yang memerintah berbuat semena-mena terhadap rakyatnya atau terhadap masyarakat yang dipimpinnya. Akhirnya.... Harapan tinggal mimpi !
Hati dan perasaan kita kecewa. Penguasa memerintah dengan dzalim baik disadari atau tidak. Kekacauan menyebar cepat, narkotika, khamar, perampokan, perjudian, pencurian, penjarahan, dan naudzubillahimindzalik, pemerkosaan telah biasa bahkan dihalalkan dan menjadi menu utama halaman media massa. Penguasa cuek dengan konflik dan krisis yang terjadi dimasyarakatnya. Dan penguasa sibuk dengan urusan peribadinya.
Mari Saudaraku, kita renungkan firman Allah Azza Wa Jalla didalam al-Qur’an Surah al-An’am ayat 129 yang artinya, “Dan demikianlah, kami jadikan penguasa dzalim bagi sebagian yang lain, karena apa yang mereka usahakan.”
Pada ayat tersebut saudaraku (semoga kita dikarunia oleh Allah Azza Wajalla ilmu yang bermanfaat, rizky yang halal lagi baik, dan amalan yang diterimna), Allah Azza Wa Jalla mengabarkan bahwa Allah Azza Wa Jalla membalas orang-orang yang berbuat dzalim atau aniaya, dengan cara menempatkan sosok yang dzalim menjadi pemimpin. Lantas mengenai ayat ini, Qatadah Rahimahullahu ta’ala berkata, “Allah menempatkan manusia berdasar amalannya. Dimana orang yang berzina dipuji oleh orang yang berzina, seorang pemabuk disanjung sanjung oleh para pemabuk, para perampok dibangga banggakan oleh kawanan perampok yang lain, dimanapun berada. Demikian juga orang kafir menjadi wali bagi jenisnya, jadi makna ayat tadi bahwa Allah Azza Wa Jalla membalas orang dzalim dengan menempatkan orang dzalim atas mereka yang dzalim tersebut, serta membalas mereka (orang-orang yang dzalim) dengan orang-orang yang sejenisnya sebagai balasan dari kedzaliman dan kebengisan yang dilakukan oleh orang-orang yang dzalim tersebut.
Lantas, apakah kita termasuk ke dalam orang-orang yang dzalim Saudaraku?
Misalnya dzalim terhadap Allah Azza Wa Jalla dengan berbuat syirik, dzalim terhadap Rasulullah dengan meninggalkan sunnahnya, dzalim terhadap orang lain, tetangga, sanak kerabat, binatang, alam semesta dan lain-lain.

Kedzaliman yang terjadi dimasyarakat kita terlalu beragam Saudaraku ! Dan inginkah kita nantinya dipimpin oleh pemimpin yang memerintah dengan dzalim ?
Jadi Saudaraku... mana yang perlu diperbaiki terlebih dahulu nih!?.
Diri kita dahulu diperbaiki, dengan instropeksi diri agar kita tidak termasuk kedalam orang-orang yang berbuat dzalim, atau... kita lebih selektif memilih pemimpin dengan melihat latar belakang dan skill manajerialnya dalam mengelola roda kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
untuk itu saudaraku.... Ada sebuah nasehat dari seorang ulama abad ke 8 yang kami kutip dari As-Sunnah, dari Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyyah, ulama tersebut bernama Imam Ibnu Abil Izzi Rahimahullahu Ta’ala. yang patut untuk kita renungkan dan pikirkan serta kita jadikan pelajaran dalam berpijak, dimana al-Imam Ibnu Abil Izzi berkata “Kalau rakyat ingin lepas dari kelaliman penguasa yang dzalim, hendaklah mereka (masyarakat tersebut) melepaskan (diri) dari (tindakan) kedzaliman terlebih dahulu.
Wallahu a’lam

Senin, 29 September 2008

Berhati-hatilah !!!

Dari Hudzaifah al Yamani, dia bercerita bahwa “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang keburukan karena khawatir akan menimpaku. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah ! Kami dulu berkubang dalam kejahiliyahan dan kejelekan, lalu… Allah memberikan kebaikan Islam ini, akankah ada lagi kejelekan setelah kebaikan ini ?” Beliau Rasulullah Shalallahu Alaihi wasallam menjawab, “Ya.” Aku (Hudzaifah al Yamani) bertanya lagi, “Apakah akan ada lagi kebaikan setelah kejelekan setelah itu?” Beliau menjawab, “Ya, tetapi diikuti Dakhan (awan gelap/kekeruhan).” Aku bertanya lagi, “Apa itu dakhan ?” Beliau menjawab, “Satu kaum yang menjalankan sunnah, namun bukan sunahku, mengambil petunjuk bukan dari petunjukku. Engkau mengenali dan mengingkari kondisi mereka”. Aku bertanya lagi, “Akankah ada keburukan lagi setelah kebaikan itu ?” Beliau menjawab, “Ya. Yaitu para juru da’wah yang mengajak ke pintu jahanam. Barang siapa yang menjawab panggilan mereka, maka akan tercampakkan ke dalam jahannam.” Aku Berkata, ”Wahai Rasulullah ! Jelaskan cirri mereka kepada kami!” Beliau bersabda, “Mereka berasal dari kita sendiri dan mereka berbicara dengan bahasa kita…………. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dalam Al-Ajwibatun Nafi’ah ‘an Asilati Lajnati Masjidil Jami’ah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, As- Sunnah 01/IX/1426H hal. 42)

berkata dan berbuatlah

Rasulullah Shalallahu Alaihi wasallam mengabarkan : “Didatangkan seseorang pada hari Kiamat, kemudian dilemparkan ke dalam neraka hingga ususnya terburai, berputar-putar seperti keledai berputar di sekeliling batu gilingan. (kemudian) Berkumpullah padanya penghuni neraka dan bertanya kepadanya : “Wahai Fulan! Apa yang terjadi denganmu? Bukankah engkau dahulu yang memerintahkan kami mengerjakan kebaikan dan mencegah kami dari kemungkaran?” Dia (orang yang diazab hingga ususnya terburai itu) menjawab : “Aku memerintahkan kalian mengerjakan kebaikan, sedangkan aku tidak mengerjakannya. Aku larang kalian dari kemungkaran, sedangkan aku sendiri melakukannya”.
Rawahu al-Bukhari

Jangan menyelisihi Rasul

Berkata Sufyan bin Uyainah : “Saya mendengar Malik bin Anas didatangi oleh seseorang dan berkata, “Wahai Abu Abdillah (maksudnya Imam Malik bin Anas) dari mana saya harus memulai ihram ? Dijawab oleh beliau : “Dari Dzul Hulaifah, tempat dimana dahulu Rasulullah memulai ihram.” Namun orang tersebut berkata, “Tapi saya ingin mulai ihram dari masjid Nabawi dekat dengan kubur Rasulullah.”
Maka berkata Imam Malik : “Jangan lakukan, saya takut engkau akan terkena fitnah.” Lalu lelaki itu berkata lagi, “Fitnah apa? Kan hanya saya tambah beberapa mil saja?” Maka Imam Malik berkata : “Fitnah apa yang lebih besar ketimbang engkau perpandangan bahwa engkau telah lebih dahulu melakukan amal kebaikan yang tidak dilakukan Rasulullah ? Sesungguhnya saya mendengar Allah berfirman dalam Surah An-Nur ayat 63 “ Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah rasul takut akan di timpa fitnah atau akan ditimpa adzab yang pedih.”
(Al-Faqih wal Mutafaqqih oleh Al-Khatib Al-Baghdadi 1/148, abu Nu’aim dalam Hilyah 6/326)

Jangan menyelisihi Sunnah

Dari Sa’id bin Musayyib bahwasanya beliau melihat seseorang mengerjakan shalat setelah adzan Shubuh lebih dari dua rakaat, dia banyak rukuk dan sujud, maka (melihat hal tersebut) Sa’id bin Musayyib melarangnya. Lalu orang tersebut berkata, “Wahai abu Muhammad (maksudnya Sa’id bin Musayyib), apakah Allah akan mengadzab ku karena aku mengerjakan shalat ? Maka Sa’id bin Musyyib menjawab, “Tidak, Tapi Allah akan mengadzabmu karena engkau menyelisihi Sunnah Rasulullah.”
Hadits riwayat al-Baihaqi 2/466, serta Ad Darimi 1/116 dengan sanad shahih)

Berbuatlah !!

Di dalam Fathul Bariy - Syarah Shohiih al-Bukhari dan juga di dalam Shohih Muslim Syarah An-Nawawi diriwayatkan, Dari Ali Radiallahu Anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alahi wasallam, bahwa beliau (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) pernah mengiringi jenazah seseorang ke kuburan, lalu beliau (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) mengambil sebatang kayu sambil memukul-mukulkannya ke tanah. Kemudian, beliau (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam) bersabda : “Tidak ada seseorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya, apakah dineraka atau di surga”. Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah kita tidak bergantung pada nasib saja ?”.
Beliau (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) menjawab : “Tidak ! Berbuatlah !, karena masing-masing akan dimudahkan menuju takdir yang ditetapkan untuknya. Lalu beliau (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam) membaca Surah Al Lail ayat 5-10 “Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar”.
(Hadits Muttafaq’ alaih, Shohih Bukhari-Fathul Bari VIII/708, kitab al Qadar Bab 2 hadits No. 6596. Shohih Muslim Syarh Nawawi, Khalil Ma’mun Syiha Kitab al Qadar hadits no. 6675, Shohih Sunan at Tirmidzi kitab al Qadar No. 2136)


Obat Kebodohan adalah Bertanya

Dari Jabir Radiallahu Anhu, dia berkata : “Kami pernah keluar dalam suatu safar. Saat itu ada batu menimpa salah seorang di antara kami hingga melukai kepalanya. Orang ini kemudian bermimpi (bermimpi junub). Diapun bertanya kepada sahabat-sahabatnya, “Apakah kalian mengetahui ada Rukhsah yakni keringanan hukuman dengan bertayamum dalam masalah ini?” Mereka menjawab, “Kami tidak mendapatkan Rukhsah untukmu dalam masalah ini.”
Akhirnya orang ini mandi junub, (dimana luka dikepalanya terkena air) lalu meninggal dunia.
Ketika kami sampai di hadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, aku ceritakan masalah itu. Beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) lalu berkata : “Mereka telah membunuhnya. Semoga Allah membunuh mereka. Tidakkah mereka bertanya ketika tidak mengetahui? Sesungguhnya obat kebodohan hanyalah bertanya ! Rawahu Abu Daud, Ad Daruquthni. Hadits ini dishohihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih al Jami’ ash Shagir No. 4362

Pembelajaran Tauhid untuk Anak

Didalam riwayat At Tirmidzi, dari Abul Abbas… Abdullah bin Abbas, dia berkata : “Pada suatu hari aku membonceng dibelakang Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau berkata, “Wahai anak. Sesungguhnya aku mengajarimu beberapa kalimat, yaitu : “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapatiNya dihadapanmu. Apabila engaku meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau mohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu satu manfaat niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk memberimu satu bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah diangkat dan tinta telah kering.
(HR. Tirmidzi dan berkata Hasan shahih, As Sunnah 11/VII/1424 hal. 56)

Minggu, 28 September 2008

Taqabalallahu minna wa mink kum

Bismillahirrahmaa nirrahimm
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Khaifahalu ya ikhwa fillah.....
Selama Ramadhaan ana fakum dari blog ini.... (jangan mikir yang aneh-aneh lho ya...)
Sebenarnya banyak yang ingin ana sampaikan di blog ini mengenai Ramadhaan dan aktivitas nya sebagaimana Ramadhaannya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para Sahabat Ridwanallahu 'Alaihim Jamian, namun karna sesuatu dan lain hal ... akhirnya keinginan tersebut tidak dapat ana realisasikan. Afwan !!!
Dan di akhir Ramadhaan ini, Alhamdulillah Allah Azza Wajalla masih memberi ana kesempatan untuk bergelut dengan Blog ini .. walau hanya dengan beberapa baris tulisan.
Toyib ! Saudara ku se-Iman se-Aqidah (semoga Allah Azza Wajalla merahmati dan meridhoi apa yang telah kita usahakan diatas agama ini) , Dari Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Astqalani (semoga Allah merahmatinya) , ia berkata “Kami meriwayatkan di dalam kitab al-Mahaamiliyyat dengan sanad hasan dari Jubair Ibnu Nufair, dia berkata : “Para Sahabat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam jika bertemu pada hari ‘Ied, sebagian mereka mengucapkan kepada sebagian lainnya

Taqabalallahu minna wamink kum “Semoga Allah menerima amal kami dan kamu.”
Perkataan ini Ikhwa fillah juga diriwayatkan di dalam kitab Al-Mughni dari Ibnu Qudamah dari Muhammad bin Ziyad.
Lantas dari manakah sumber ucapan " Minnal aidzin wal fa idzin " ? adakah ucapan ini bersumber dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabat Ridwanallahu 'Alaihim Ajemain. Lantas kenapa kita mengamalkannya ?
Perbuatan manakah yang lebih baik ! mencontoh Rasulullah dan para Sahabatnya ? atau mencontoh.. sesuatu yang kita tidak tahu dari mana sumber asalnya..!
Semoga yang sedikit ini dapat bermanfaat. Wallahu a’lam

Rabu, 27 Agustus 2008

Waspada Terhadap Yahudi dan Produknya

Bismillahirrahmaa nirrahim
Assalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tulisan ini ana kutip dari tulisan Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Lc.

Semoga bermanfaat
Tak bisa dimungkiri, negara-negara muslim kini dibanjiri produk-produk niaga dari perusahaan multinasional yang dikuasai Yahudi. Namun ada hal lebih besar yang mesti diwaspadai. Yakni, “produk” mereka yang bersentuhan dengan syariat. Jangan sampai, misalnya, kita berada di “garda terdepan” dalam kampanye boikot produk niaga Yahudi - yang masih perlu dibahas tentang perlu atau tidaknya-, namun justru menjadi pengawal demokrasi, sistem politik yang mewadahi beragam kaidah rusak ala Yahudi.
Siapa Yang Tak Kenal Yahudi?!
Yahudi adalah kaum yang terkutuk, karakternya pun amat buruk, curang, licik, angkuh dan zhalim. Dengan bermodalkan karakter yang buruk ini, dilengkapi kelihaian mengotak-atik otak, terbentuklah mereka sebagai bangsa yang ‘usil’. Tak hanya manusia biasa yang mereka usili, para rasul yang senantiasa membimbing mereka pun kerap kali menjadi obyek usilan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan Sesungguhnya kami Telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan kami Telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan Telah kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?”
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dzat Yang Maha Suci lagi Maha Kuasa tak luput pula dari ulah usil mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggudan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang Telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; dia menafkahkan sebagaimana dia kehendaki.” (Al-Ma`idah: 64)
Subhanallah… Betapa bejat dan bobroknya kaum Yahudi. Tak heran bila Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan kepada mereka kenistaan, kehinaan, kemurkaan, dan kutukan, sebagaimana dalam firman-Nya: “lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) Karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. demikian itu (terjadi) Karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”
“Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka. Maka sedikit sekali dari mereka yang beriman.” (Al-Baqarah: 88)
Sikap Yahudi terhadap Islam dan kaum muslimin juga demikian buruk. Bahkan merekalah orang yang paling keras permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Permusuhan itu mereka gulirkan secara estafet sejak awal masa keislaman dan terus akan berlanjut hingga akhir zaman nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya kamu akan dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (Al-Ma`idah: 82)
Tiada tujuan lain dari permusuhan yang keras itu melainkan untuk mengeluarkan kaum muslimin dari agama Islam yang haq dan menyeret mereka kepada agama dan hawa nafsu Yahudi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani sekali-kali tidak akan rela kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al-Baqarah: 120)

Mengenali Produk Yahudi

Bismillahirrahmaa nirrahim
Assalamu 'Alaikum Warahmatullahu Wabarakatuh
Wahai saudaraku yang tegak diatas manhaj yang haq, Sungguh telah banyak kita dengar dan saksikan saudara-saudara kita meneriakkan slogan "Boikot Produk Yahudi". Nah berikut produk Yahudi yang harus diwaspadai dan diboikot. Produk ini adalah yang berkaitan dengan pemikiran mereka dalam hal aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah. jadi jangan dikira produk Yahudi itu hanya bersifat kebendaan saja. Produk Yahudi juga bersifat pemikiran dalam aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah. Dan kita patutlah waspada dan memboikotnya. Karena hal-hal tersebut atau produk-produk tersebut sangat berbahaya bagi agama kaum muslimin.
Nah Saudaraku (Semoga Allah Azza Wajalla memberikan kita kekuatan untuk melawan dan memboikot produk Yahudi ini), adapun di antara produk-produk tersebut adalah:
1. Menjadikan kubur nabi atau orang-orang shalih sebagai masjid/tempat ibadah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kubur-kubur para nabi mereka sebagai masjid/tempat ibadah.” (HR. Muslim, no. 530, dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu 'anha)
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: “Aku tidak menyukai (yakni mengharamkan) sikap pengagungan terhadap seseorang hingga kuburnya dijadikan sebagai masjid/tempat ibadah, karena khawatir menjadi fitnah baginya dan bagi orang-orang sepeninggalnya.” (Al-Umm, 1/278)
2. Melecehkan para nabi dan ulama
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan Sesungguhnya kami Telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan kami Telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan Telah kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Al-Baqarah: 87)
Sikap ini diwarisi oleh ahlul bid’ah, sebagaimana yang dikatakan Al-Imam Ismail bin Abdurrahman Ash-Shabuni rahimahullahu: “Tanda dan ciri utama ahlul bid’ah adalah permusuhan, penghinaan, dan pelecehan yang luar biasa terhadap para pembawa hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yakni para ulama).” (‘Aqidatus Salaf Ash-habil Hadits, hal.116)
3. Dengki terhadap orang-orang yang beriman
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, Karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Baqarah: 109)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang-orang Yahudi, karena kedengkian mereka terhadap kaum mukminin yang berada di atas petunjuk dan ilmu (yang benar). Penyakit ini pun menimpa kalangan orang berilmu dan yang lainnya. Yaitu dengan mendengki orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beri petunjuk, baik berupa ilmu yang bermanfaat atau pun amal shalih. Ini merupakan akhlak yang tercela dan akhlak orang-orang yang dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Iqtidha` Ash-Shirathil Mustaqim, 1/83)
4. Kikir ilmu dan harta
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang Telah diberikan-Nya kepada mereka. (An-Nisa`: 36-37)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati orang-orang Yahudi dengan sifat kikir; yakni kikir ilmu dan harta. Walaupun sebenarnya konteks ayat ini lebih mengarah kepada kekikiran mereka dalam hal ilmu…”
Di tempat yang lain beliau berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati orang-orang yang mendapat murka ini (Yahudi), bahwa mereka (mempunyai kebiasaan) menyembunyikan ilmu. Terkadang karena kikir untuk menyampaikannya, terkadang karena tendensi dunia, dan terkadang pula karena rasa khawatir kalau ilmu yang disampaikan itu akan menjadi hujjah atas mereka (bumerang).” (Lihat Iqtidha` Ash-Shirathil Mustaqim, 1/83-84)
5. Tidak mau mengikuti kebenaran kalau bukan dari kelompoknya, dalam kondisi mengetahui bahwa itu adalah kebenaran
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami Hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka” (Al-Baqarah: 91)
Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan ayat di atas setelah firman-Nya: “padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang Telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (Al-Baqarah: 89)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati orang-orang Yahudi bahwa mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran. Namun manakala yang menyampaikannya bukan dari kelompok mereka, maka tidak diikutinya. Mereka tidak mau menerima kebenaran kecuali yang datang dari kelompoknya semata, padahal mereka yakin bahwa hal itu semestinya harus diikuti.” (Iqtidha` Ash-Shirathil Mustaqim, 1/86)
6. Mengubah-ubah perkataan (kebenaran) dari tempat yang sebenarnya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya “ (An-Nisa`: 46)
Di antara contoh perbuatan kaum Yahudi ini adalah apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan pada lanjutan ayat di atas: Mereka Berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu Sebenarnya tidak mendengar apa-apa. dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, Karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (An-Nisa`: 46)
Demikianlah beberapa produk Yahudi yang harus dijauhi dan diboikot. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga kaum muslimin dari semua makar-makar Yahudi.

Selasa, 26 Agustus 2008

Penyebab Kemakmuran Umat Islam

Bismillahirahmaa nirrahim
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji hanya milik Allah Ta’ala yang telah mempersaudarakan kita kaum muslimin diatas aqidah dan manhaj yang lurus. Semoga Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada manusia teladan, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut sunnahnya hingga hari kiamat.
Sekali lagi wahai saudaraku.... Ana mengingatkan diri ana sendiri dan antum semua untuk berhati-hati terhadap PAKAR PERUSAK ISLAM, sebagaimana yang disampaikan ibnu Katsir (semoga Allah merahmatinya), sebagaimana yang ana kutip dari Al-furqon, Abdullah bin al-Mubarak rahimahumullah ta'aala berkata : “Tidaklah dirusak agama Islam ini melainkan oleh tiga golongan : PEMIMPIN YANG CURANG, ULAMA SESAT dan AHLI IBADAH yang TERSESAT. Selain itu saudaraku dijelaskan oleh al-Imam Ibnu Abil Izz di dalam Syarah Aqidah ath-Thahawiyah bahwa pemimpin yang curang ialah ia (pemimpin) yang menolak syari’at Islam karna mengutamakan kepentingan kelompok, golongan dan politik, dimana jika urusan dunia politik bertentangan dengan syariat Islam , maka yang didahulukan adalah kepentingan politik. Maka dari itu saudaraku pilihlah pemimpin yang bertauhid yang mau perduli dengan agama ini, yang perduli dengan kepentingan Umat. Sedangkan Ulama Sesat yakni ulama yang keluar dari ketentuan syari'at Allah, karna lebih mementingkan pendapatnya, mementingkan kepentingan firqohnya atau kelompoknya dan menghalalkan apa yang Allah Azza Wajalla dan Rasul-Nya haramkan serta mengharamkan apa yang dihalalkan. Dan jika dalil nash bertentangan dengan akalnya maka ia mendahulukan akal. Dan yang terakhir saudaraku, bahwa Ahli ibadah yang sesat ialah mereka yang menolak hakikat iman dan syariat Islam, karma lebih berpedoman dengan perasaan, khayalah dan bisikan syaitan. Dimana mereka Menentukan Syariat baru dan membatalkan dien yang hak yang disyariatkan Allah lewat lisan Rasul-Nya dengan mengganti hakikat Iman. Jadi jika dalil nash bertentangan dengan perasaannya atau angan-angannya maka mereka berkata : “kami mendahulukan perasaan. naudzubillahi mindzalik !!!
Wahai Saudaraku (semoga Allah memberikan kita ilmu yang bermanfaat), Ibnu Katsir Rahimahullahu ta'aala di dalam tafsirnya berkata : ”Manusia pada umumnya membutuhkan ulama, ahli ibadah, dan orang-orang yang memiliki kedudukan atau harta. Jika mereka bertiga (para ulama, ahli ibadah dan orang-orang yang memiliki kedudukan atau harta) rusak, maka rusaklah keberadaan umat.”
Kemudian di dalam Hilyatul Auliya yang ana kutip dari Al-Furqon, Ziyad bin Jarir berkata, “Aku pernah datang kepada Umar bin Khaththab Radiyallahu Anhu, lalu beliau (Umar Radiyallahu Anhu) bertanya kepadaku, ‘Tahukah kamu penghancur agama Islam ? Yaitu Ulama yang tersesat, bantahan orang munafik terhadap al-Qur’an dan keputusan pemimpin yang tersesat.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim (Semoga Allah Merahmatinya), Ummul Mukminin ‘Aisyah Radiyallahu Anha berkata bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya),"Sesungguhnya orang yang paling di-MARAHI oleh Allah ialah orang yang suka membantah dalil.”
Untuk itulah saudaraku.. mari kita pilih pemimpin yang baik yang adil yang membela kepentingan umat, kita bulatkan tekad kita agar al-Islam tetap tegak, tetap jaya sehingga kita tidak ditimpakan adzab dan kehancuran.
Selain mengetahui penyebab dari kehancuran, maka kita juga perlu untuk mengetahui sebab-sebab kemakmuran. Untuk itu ana kutipkan dari Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, Al-Alamah Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (Semoga Allah Merahmatinya) mengatakan, "untuk mengeluarkan dunia Islam dari kekacauan berupa perbedaan pendapat, kesenjangan aqidah, politik , social, dan ekonomi, maka hal tersebut akan terwujud dengan berpegang kepada Islam , berhukum dengan syari’at islam dalam semua urusan. Maka dengan prinsip ini, mereka (kaum muslimin) akan berpadu dan hati bersatu. Inilah satu-satunya obat mujarab untuk menyelesaikan (masalah) dunia islam yang sekarang kita rasakan goncang, timbul perselisihan dan kehancuran." Dan Allah Azza Wajalla berfirman di dalam Surah Muhammad ayat 7 :
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Selain itu Saudaraku (semoga Allah Azza Wajalla merahmati kita dan meridhoi apa yang kita usahakan). Allah Azza Wajalla berfirman di dalam Surah an-Nur ayat 55 yang artinya :
“Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.”
Akan tetapi saudaraku jika para pemimpin didalam suatu negeri atau wilayah atau daerah (terkecuali yang mendapat petunjuk) mencari petunjuk dan hukum selain al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, berhukum dengan selain hukum Allah dan berhukum dengan hukum yang dibuat oleh musuh Allah, maka kaum tersebut tidak akan mendapatkan jalan keluar dari perselisihan dan pertengkaran sesama mereka. Sebagimana Allah Azza wajalla jelaskan didalm kitab-Nya yang agung, Al-Qur’an al-Karim Surah Ali Imran ayat 117 :
“Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
Nah untuk itulah saudaraku, janganlah kita aniaya diri kita dengan memilih pemimpin yang tidak seaqidah dengan kita, atau tidak tegak diatas manhaj yang jelas. Dimana nantinya mereka akan menganiaya kita dengan memaksakan kehendaknya untuk suatu hal yang bertentangan dengan Syariat dan petunjuk Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Untuk itulah mari kita persiapkan diri kita, keluarga dan sanak saudara kita untuk menyongsong pemimpin yang adil dengan memilih orang –orang yang layak kita amanahi untuk jabatan pemimpin tersebut. Sebagaimana Qur’an Surah al-Anfal ayat 60 : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi …”
Nah Saudaraku seaqidah dan se-Iman...Adapun penyebab kemakmuran atau kejayaan antara lain yakni
Istiqomah di atas Syari’at
Dalam hal ini saudaraku pemimpin dan rakyat wajib kembali kepada syari’at Islam. Bagaimanapun besarnya musuh, jika kaum muslimin istiqomah maka musuh tidak akan dapat menghilangkan ilmu dan menghancurkan kaum muslimin. Karna Hal ini telah Allah Azza Wajalla jelaskan di dalam Qur’an surah al-Maidah ayat 105 :
“ Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, Maka dia akan menerangkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.”
Senada dengan nash ilahi ini, Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (Semoga Allah Merahmatinya), dari Tsauban Radiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Senantiasa ada golongan dari umatku (yang menjadi) pembela kebenaran (islam), tidaklah membahayakan kepadanya orang yang menghinannya sampai datang hari kiamat, sedangkan mereka tetap teguh.”
Al-Alamah Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (Semoga Allah Merahmatinya), di dalam Majmu Fatawa nya berkata : “Maka wajib bagi pemimpin dan rakyat agar Istiqomah diatas Islam, berpegang teguh dengan syariatnya, berpijak kepada hukumnya, baik dari segi perkataan, perbuatan, dan aqidah, demikian juga wala’ dan bara’ dan senang atau benci. Inilah jalan kemenangan dan kebahagiaan. Jika pemimpin dan rakyat beristiqomah di atas islam, maka tidaklah musuh akan membahayakan.” Wallahu ‘Alam
Nah ! Adapun Penyebab kemakmuran lainnya yakni Bersabar menghadapi Musuh.
Jadi, yang namanya pemimpin dan orang muslim haruslah menyadari, hingga kapanpun serangan dari para musuh islam tidak akan kunjung padam. Dan kita bisa merasakannya sekarang. Karna hal itu sudah merupakan Sunatullah dipermukaan bumi, dimana setiap kaum muslimin selagi berpegang di bawah panji-panji atau bendera-bendera dienul islam pasti dimusuhi, sebagaimana yang Allah Azza Wajalla terangkan di Surah al-An’am ayat 112 : “Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
Dan kita diperintahkan untuk bersabar menghadapi mereka (musuh Islam) dengan melawannya sesuai Sunnah, bukan mengikuti gaya mereka. Dan itulah pangkal kemenangan, sebagaimana kesabaran Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam ketika berdakwah di kota Mekkah. Dan Allah Azza Wajalla jelaskan hal itu di Qur’an Surah Ali Imran ayat 120 : “ jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”
Mari saudaraku se-Aqidah, se-Iman (semoga Allah Azza Wajalla menegakkan kita diatas Sunnah Nabi-Nya yang Shohiih), mari kita merenung sedikit… inginkah kita dihancurkan oleh musuh-musuh islam hanya karna keteledoran dan kesalahan kita sendiri… dan kita berharap apa yang tercantum di dalam hadits Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam berikut ini tidak menimpa kita. Dimana diriwayatkan oleh al Imam Muslim di dalam Shohihnya, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
“Akan datang sesudahku para pemimpin, mereka tidak mengambil petunjukku dan juga tidak melaksanakan sunnahku. Dan kelak akan ada para pemimpin yang hatinya seperti hati syaithan dalam jasad manusia.” Maka aku berkata : “Ya Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku mendapati hal ini?” Berkata beliau : “Hendaklah engkau mendengar dan taat pada amirmu walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu.”
Wallahu ‘Allam bishowab… semoga bermanfaat.

Malu adalah Hakekat Kehidupan

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirahhamaanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Ta’ala yang telah mempersaudarakan kita kaum muslimin diatas aqidah dan manhaj yang lurus. Kita memohon ampun kepada-Nya dan Kita berlindung kepada-Nya dari segala kejelekan-kejelekan jiwa kita dan dari kejelekan-kejelekan amalan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dia telah mendapat petunjuk dan barangsiapa yang sdisesatkan-Nya maka tiada baginya wali dan pembimbing. Semoga Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada manusia teladan, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut sunnahnya hingga hari kiamat.
Wahai Saudaraku yang dirahmati Allah, setelah lama ana tak mengisi ini blog dengan tulisan-tulisan atau pun kutipan - kutipan dari para ustadz dan ahlul ilmu, maka hari ini ana akan memasukkan tulisan ana yang sempat dibawakan oleh rekan-rekan di sebuah Radio Swasta di dalam sebuah program acara, dimana tulisan ini bukan lah murni dari diri ana sendiri melainkan menghambil dari banyak sumber yang insya Allah terjaga ke tsiqohannya yang tegak diatas Sunnah serta manhaj yang haq manhajnya para Sahabat Ridwanallahu 'Alaihim Jamian. tulisan ana kali mengenai sikap dan akhlak dalam menghadapi kehidupan global yang penuh tantangan ini yakni akhlak Malu,.
Wahai Saudaraku, kata malu bukanlah istilah baru dalam perbendaharaan kata kita semua. Bahkan Saudaraku, bagi anak-anak sekalipun, kata malu merupakan kata yang kerap kali terucap. Terlepas apakah mereka memahami hakikat nya atau tidak. Namun kenyataannya , seringkali kita mendengar mereka mengucapkan kata Malu. Belum lagi kalau kita melihat atau menilik kehidupan yang ada sekarang ini, maka sering terungkap kata malu dengan beragam maksud serta maknanya. Ada yang bermaksud memuji, bahkan kata-kata tersebut digunakan untuk mencacai atau menghardik. Namun yang pasti saudaraku, Malu merupakan hal yang secara turun-temurun menjadi syari’at yang disampaikan oleh para nabi yang terdahulu sampai Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Mari perhatikan, hadits berikut yang diriwayatkan oleh al-Imam Al-Bukhari (semoga Allah merahmatinya) dari Sahabat Ibnu Mas’ud Radiyallahu Anhu, ia berkata Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Sesungguhnya diantara nasehat yang didapatkan orang-orang dari sabda nabi-nabi terdahulu : “Apa bila tidak memiliki rasa malu, maka berbuatlah sekehendakmu.” Jadi saudaraku (semoga kita diberikan ilmu yang bermanfaat oleh Allah Azza Wa jalla) , betapa sifat Malu itu sangat urgen dalam kehidupan seseorang , bahkan "malu" merupakan hal yang tidak boleh hilang dari kehidupan seseorang. lantas saudaraku, Kenapa malu begitu mulia dan diperioritaskan dalam ajaran para Nabi ?
Ketahuilah Saudaraku (semoga Allah memberkahi Kita), karna malu merupakan hakikat kehidupan. Wallahu ‘allam
selanjutnya. yang namanya Kata "malu" jika ditinjau dari segi bahasa (bahasa Arab maksudnya) berasal dari kata yang artinya hidup. Adapun menurut istilah sebagaimana yang disimpulkan oleh para ulama, yang tertulis di dalam Fathul Bariy yang ana kutip dari al-Mawaddah, Malu adalah sebuah akhlaq atau perangai yang memberikan motivasi kepada orang yang memilikinya untuk meninggalkan segala keburukan, dan akan membentengi dirinya dari kecerobohan dalam nenunaikan hak kepada para pemilik hak tersebut.
Dan ternyata yang namanya malu ada dua bagian, dimana malu yang pertama dinamakan Malu Jibiliyah atau malu Tabiat. Malu ini saudaraku merupakan malu yang Allah Azza Wajalla telah anugerahkan kepada seorang hamba, dan menjadikannya sebagai sifat kemanusian hamba tersebut. Adapun Malu yang lainnya yakni Malu Muktasabah. Yakni Malu yang timbulnya disebabkan pengetahuan dan pengenalan seorang hamba terhadap sang Khlaik yakni Allah Azza Wajalla, dimana hamba tersebut mengetahui akan kebesaran Allah, mengetahui bahwa Allah Azza Wajalla dekat, mengetahui bahwa Allah Azza Wajalla mengetahui setiap perkara baik yang tersembunyi maupun yang nampak, mengetahui bahwa Allah Azza Wajalla selalu memperhatikannya begitu dan seterusnya. Nah malu ini, maksudnya malu Muktasabah merupakan derajat iman paling tinggi, bahkan malu ini juga merupakan derajat ihsan paling tinggi. Wallahu ‘Allam. Dan kadang-kadang yang namanya rasa malu juga muncul disebabkan karena seseorang memperhatikan nikmat-nikmat Allah, dan merasakan bahwa dia sangat kurang dalam bersyukur akan nikmat Allah.
berikut ini ana kutipkan tulisan al Ustadz Abu Qutadah sebagaimana yang ana kutip dari al-Mawaddah, malu bisa dilihat dari wujud kemunculannya pada diri seseorang. Yakni Malu yang terpuji dan malu yang tercela. Adapun malu yang terpuji ialah malu yang menjadi pendorong untuk selalu berbuat kebaikan dan membentengi diri dari berbuat keburukan. Sedangkan malu yang tercela yakni malu yang justru menjadi penghalang seseorang dalam melakukan kebaikan , seperti malu untuk talabul ilmi , malu bertanya akan sesuatu yang ia tidak tahu, malu mengamalkan sunnah karna takut dihina dan dicerca, malu mengamalkan sunnah karna tidak lazim digunakan masyarakat, malu menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, dan malu untuk beribadah atau malah malu untuk menempuh semua ketaatan. Dan malu yang seperti ini saudaraku bukanlah malu yang sebenarnya , akan tetapi malu ini adalah jerat-jerat Syaitan, yang menjauhkan kita dari Allah Azza Wajalla . Wallahu a'lam bish-shawab.
semoga tulisan yang sedikit ini bermanfaat. insya Allah masih ada yang ingin ana sampaikan mengenai malu ini , semoga di lain hari dapat ana posting.

Jumat, 11 April 2008

Tahriimul Halqil Liha

Bismillahirrahmaa nirrahim

"Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan serta ampunan kepada-Nya, kita berlindung kepada Allah dari kejelekan diri-diri kita dan keburukan amalan-amalan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tak seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa memberi hidayah kepadanya. Aku bersaksibahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Aku bersaksi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam adalah hamba dan rasul-Nya."
"Hai orang-orang yang ber-Iman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang BENAR, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (Qur'an Surah Al-Ahzab : 70-71)
"Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam, dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan dalam agama, yang diada-adakah dalam agama adalh bid'ah, bid'ah itu sesat dan kesesatan tempatnya di Neraka
Wahai Saudaraku...tanpa ada maksud untuk menggurui atau apalah namanya dan juga tanpa ada maksud lainnya selain mengharap Ridho Allah. Tulisan ini ana hadirkan atas beberapa komentar saudara-saudara
kita tentang memelihara jenggot. "Semoga Allah Azza wajalla merahmati mereka dan melimpahkan atas mereka Taufiq dan hidayah Nya."
Toyib Saudaraku... Allah Azza Wajalla berfirman di dalam Al-Qur'an Surah Al-Ahzab ayat 21 , "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu ,(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
Selain itu Saudaraku... Di dalam Surah Al-Hasyr ayat 7 Allah Azza Wajalla berfirman : "Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa Adzab yang pedih." Demikianlah peringatan yang disampaikan Allah Azza Wajalla melalui firman-Nya diSurah An-Nuur ayat 63.
Wahai Saudaraku yang mengharap Rahmat dan Ridho Allah... Disebutkan didalam kitab Shohiih Muslim, hadits dari Ibnu Umar Radiyallahu Anhu, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Kami diperintahkan untuk memangkas kumis dan membiarkan jenggot tumbuh." Segala puji hanya bagi Allah semata, shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang tak ada Nabi lagi setelahnya.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim (semoga Allah merahmati mereka) di dalam Kitab Shohiihnya juga selain mereka, dari Nafi' dari Ibnu Umar Radiyallahu Anhu, ia berkata : "Telah bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam : "Bedakanlah kalian dengan orang-orang Musyrik yaitu banyakkanlah jenggotmu dan pangkaslah kumismu." Kemudian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga menjelaskan bahwa perbuatan memanjangkan kumis dan memotong jenggot adalah menyerupai Yahudi dan Nasrani, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad (semoga Allah merahmatinya) dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallahu 'Allaihi Wasallam bersabda, "Biarkanlah jenggot kalian tumbuh dan cukurlah kumis kalian, dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi dan Nashara." Dan "Barangsiapa yang menyerupai dengan suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." Rawahu Abu Dawud. Jadi sangatlah jelas, Wahai Suadaraku yang mengharapkan rahmat dan ridho Allah, al-Imam al-Bukhari dan Imam Muslim (semoga Allah merahmatinya) meriwayatkan sebuah hadits Dari Abdullah bin Umar Radiyallahu Anhuma, "Pangkaslah kumis kalian dan biarkan jenggot kalian tumbuh." Atas beberapa dalil dan perintah inilah Saudaraku.. Mari kita biarkan jenggot tumbuh di dagu-dagu kita, dan biarkan ia banyak serta biarkanlah ia sebagaimana adanya.
Wahai Saudaraku... Allah Azza Wajalla memerintahkan kita mencontoh Rasul-Nya, sementara banyak dari saudara kita yang meneyelisihinya bahkan bermaksiat kepadanya. Mereka menconton Majusi, mereka mencontoh Yahudi dan Nasrani, mereka mencontoh orang-orang kafir. Padahal Allah Azza Wajalla memerintahkan mereka agar taat kepada Rasul-Nya, dan sungguh telah bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam "Peliharalah jenggot", sementara mereka dengan sengaja mencukur jenggotnya bahkan tak membiarkannya tumbuh.
Wahai Saudaraku... Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan mencukur kumis, eh... mereka malah memanjangkannya dan berbangga-bangga dengannya. "Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepada Engkau dari butanya hati, kotornya dosa-dosa, kehinaan dunia dan siksa akhirat."
Wahai Saudaraku... yang mengharap Rahmat dan Ridho Allah.. Mudah-mudahan kita selalu diberi Hidayah dan Taufiq oleh Allah Azza Wajalla untuk selalu mencontoh dan meneladani Rasulullah karna suri tauladan yang baik dan benar adalah beliau. Dan dalam hal ini cukuplah bagi orang
yang mempunyai hati dan mendengarkan serta dalam keadaan menyaksikan. Allah Azza Wajalla berfirman : "Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya." Qur'an Surah Al-Kahfi ayat 17. Wallahu 'Allam.

Senin, 07 April 2008

Al-Ijamah (Bekam)

Assalamu alaikum warahmatullah.
Agama yang agung ini, Ad- dienul Islam ini, telah memberikan tuntunan yang benar , agar manusia tidak salah jalan dalam masalah kesehatan. Kita perhatikan bahwa Al-Qur’an dan Hadist Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah banyak memberikan penjelasan dan gambaran bahkan penyelesaain masalah di dalam dunia kesehatan. Pertama-tama Karna memang kita ini telah diciptakan dalam bentuk yang sempurna, sebagaimana Qur’an Surah at-Tiin ayat 4 :
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .”
Jadi kita ini telah diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya dan sebagus-bagusnya makhluk. Nah untuk itu jangan kita rusak terhadap apa yang telah Allah Azza Wa jalla tetapkan untuk diri kita. Ya.. bagi yang telah melakukan kerusakan pada apa yang telah Allah Azza Wa jalla tetapkan untuk-nya ..mari kita tinggalkan kerusakan tersebut, bagi yang suka minum-minuman keras segera tinggalkan… yang masih doyan nyandu… merokok.. nyimeng… dan maksiat lainnya mari kita tinggalkan.. mari kita mencoba hidup dengan tuntunan Al-Qu’an dan Sunnah. Karna Allah Azza Wajalla melarang kita dan tidak menyukai orang yang suka berbuat kerusakan, terhadap apa saja di muka bumi ini baik kerusakan fisik maupun mental. Di Surah Al-Qassas ayat 77 Allah Azza Wajalla berfirman :
”Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Dan apabila terjadi musibah atau apalah yang menimpa kita maka hal tersebut selain memang ketetapan Allah Azza Wajalla juga dikarnakan perbuatan kita sendiri. Di Surah Asy Syura Allah Azza Wajalla katakan, dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri...
Jadi menjaga kesehatan mental dan jiwa sangatlah dianjurkan di Dalam Islam, kita disuruh untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thayyib, di Qur;an Surah Al-Baqarah Allah firmankan :
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.”
Kemudian ketika salah seorang diantara kita sakit misalnya.... sakit apalah... maka kita diharuskan bersabar, karna orang bersabar atas penyakit yang dideritanya maka akan dihapuskan dosa-dosanya.
Sebagiamna hadits yang diriwayatakan Imam Muslim (semoga Allah merahmatinya), ”tidaklah menimpa seorang mukmin dengan rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit dan kesedihan, bahkan kesusahan yang menyusahkannya melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya.”
Namun bukan berarti lalu kita tidak berikhtiar atau dilarang berikhtiar. Kita selaku seorang muslim... wajib berikhtiar atas apa yang ada pada diri kita . ”Dan Tidaklah Allah Azza Wajalla turunkan suatu penyakit, melainkan Dia turunkan penyembuh untuknya. ” Hadits riwayat Bukhari-Muslim.
Nah kalau kita sakit ada beberapa terapi yang baik.. mungkin kedokter atau sebagaimana hadits yang diriwayatkan al-imam al-Bukhari (semoga Allah merahmatinya) dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas Radiyallahu Anhu, dimana Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, ”Kesembuhan dapat diperoleh dengan tiga cara; pertama minum madu. Kedua , dengan sayatan bekam. (kita perhatikan hadits ini Ikhwah fillah...bunyinya dengan sayatan bekam bukan dengan tusukan, jadi berbekam haruslah dengan sayatan pisau bukan dengan tusukan jarum) Ketiga, dengan besi panas, dan aku tidak menganjurkan ummatku melakukan pengobatan dengan besi panas.” Nah tentang Al-Ijamah atau ber-bekam Saudaraku , Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, ”sesungguhnya cara pengobatan yang paling ideal yang kalian pergunakan adalah Hijamah (atau bekam) hadits ini dari sahabat Anas bin malik Radiallahu Anhu dari Shohiih al-Bukhari wa dan Shohiih Muslim. Sedangkan diriwayat lain dikatakan ”jika pada sesuatu yang kalian pergunakan untuk berobat itu terdapat kebaikan , maka itu adalah bekam.” Dan insya Allah Saudaraku, pada bekam terdapat kesembuhan, sebagaimana hadits dari Jabir al-Mugni, dimana ia berkata aku tidak merasa sehat sehingga berbekam karna sesunguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wasallam bersabda: ”Sesungguhnya pada bekam itu terdapat kesembuhan.” Dan yang namanya bekam atau Ijamah fungsinya untuk mengeluarkan sisa toksid atau racun yang menggangu peredaran darah, kerja saraf dan keseimbangan hormon dalam tubuh melaui permukaan kulit dengan cara disedot dan disayat. Dan bekam ini saudaraku sangat populer di dunia medis barat setelah pada tahun 1985 Thomas Anderson menulis buku tentang khasiat bekam dimana dikatakannya bahwa bekam dapat menyembuhkan 100 penyakit dan ini sejalan dengan hadist Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang diriwayatkan al-Imam At-Tirmidzi dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ” ”Hendaklah kalian semua melakukan pengobatan denganbekam di tengah tengkuk (kita kenal dengannama kahil) karna sesungguhnya hal itu merupakan obat dari tujuh puluh dua penyakit.” perkataan ini diucapkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam 1400 tahun yang lalu. Kemudian Kohler D di tahun 1990 mengeluarkan hasil penelitiannya tentang bekam dimana ia menjelaskan betapa jaringan-jaringan penghubung di dalam tubuh manusia merupakan media fisik untuk menghantarkan suatu energi. jadi apabila terjadi gangguan di jaringantersebut..maka metabolisme tubuh tidak seimbang. Nah salah satu cara untuk menyembuhkan dan menyeimbangkannya menurut Kohler adalah bekam. Toyib Saudaraku. Bekam ini berdasarkan hadits didapat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ketika beliau melakukan perjalanan Isra’ mi’raj. Jadi bukan hanya sholat yang diperintahkan pada saat itu , berbekam juga diperintahkan oleh penduduk langit kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Hadits tersebut Saudaraku dapat antum lihat di Shohiih Sunan At-Tirmidzi, ”dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Tidaklah aku berjalan melewati sekumpulan Malaikat pada malam aku di-isra’kan, melainkan mereka semua mengatakan kepadaku, ”wahai Muhammad, engkau harus berbekam.” Sedangkan di dalam riwayat lainnya dari Abdullah Ibnu Mas’ud Radiallahu Anhu, ia berkata, ”Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah menyampaikan sebuah hadits tentang malam dimana beliau diperjalankan , bahwa beliau melewati sejumlah Malaikat melainkan mereka semua menyuruh beliau dengan mengatakan , ”Perintahkanlah umatmu untuk berbekam.” Sedangkan riwayat dari Ibnu Umar, ”Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Tidaklah aku melalui sati dari langit-langit yang ada, melainkan para malaikat mengatakan, ”hai Muhammad, perintahkanlah umatmu untuk berbekam, karna sebaik-baik sarana yang kalian pergunakan untuk berobat adalah bekam, al-kist, dan syuniz." Nah syuniz ini minyak yang terbuat dari tumbuhan (nah hadits ini ikhwa fillah menguatkan bahwa berbekam itu dengan sayatan, dimana syaikh Musa Alu Nashr murid syaikh Al-Alamah Syaikh Muhammad Nashiruddin al-AlBani rahimahumullah men-syarah atau menjelaskan , kenapa disebutkan pada hadits tersebut syuniz, karna sesungguhnya syuniz sejenis minyak dari tumbuh-tumbuhan yakni minyak habatussauda yang digunakan untuk luka sayatan, makanya berbekam dengan syatan bukan dengan tusukan dan kalau sayatan harus dengan pisau bukan dengan jarum, wallahu ’Allam) Jadi bekam ini telah disunnahkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam sejak beliau ada. Dan bekam diterapkan oleh para Sahabat Ridwanallahi ’Alaihim Ajemain serta para ulama-ulama slafus Shalih hingga ulama Mutaakhirin abad ini.
Lantas kenapa kita tidak mengamalkannya.. Saudaraku. Mari kita hidupkan sunnah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan perilaku hidup sehat. Dan apa yang dikatakan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ” Bahwa ”islam datang dalam keadaan terasing. Dan kelak dia akan kembali asing sebagaimana awal permunculannya. Maka, beruntunglah orang-orang yang asing.” dan memang sudah mulai tampak islam asing bagi pemeluknya sendiri.. mana sunnah mana bid’ah sudah bias atau banyak nyampurnya. Naudzubillahi mindzalik. Wahai Saudaraku... Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam mempunyai tukang bekam sendiri namanya Abu Thayyibah atau abu Hidz dan sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Radiallahu Anhu di dalam riwayat Al-Imam Abu Dawud. Dan dari Ibnu Abbas Radiallahu Anhu , Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Dan sebaik-baik hamba adalah juru bekam.” Wallahu ’Allam.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : ”setiap penyakit pasti ada obatnya, jika obat mengenai penyakit, maka ia akan sembuh dengan izin Allah.”
Titik –titik bekam sebagaimana hadits telah ditentukan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah berbekam dikepala nya dan beliau Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menyebutnya Ummu Mughits. Sebagaimana hadits dari Ibnu Umar Radiallahu Anhu , ”Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam berbekam di kepalanya dan menyebutnya dengan Ummu Mughits”. Titik ini letaknya di posisi kepala yang paling atas atau ubun-ubun dan bermanfaat untuk mengatasi
stroke, hipertensi, vertigo, migrain juga sihir. Kemudian Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam berbekam di Al-Kahil. (atau punggung atau punuk yang menurut Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr secara bahasa Arab kahil yakni letaknya pertemuan antara tulang leher dan tulang punggung) Sebagaimana hadits riwayat At-Tirmidzi, : ”Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam biasa berbekam di
bagian urat merih dan punggung, beliau biasa berbekam pada hari ketujuh belas, kesembilan belas dan keduapuluh satu.” Dan Bermanfaat untuk : menghilangkan rasa sakit pada bahu, tenggorokan , menghilangkan pengaruh racun, mengatasi rabun mata,mengatasi rasa berat pada alis dankelopak mata serta penyakit mata lainnya juga bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit lepra. Dll.
Titik selanjutnya yakni Al-Akhda’iin atau di urat di kedua sisi urat leher. Atau yang dikenal dengan Urat merih. Hadits nya sama dengan hadits tentang titik kahil tadi ikhwa fillah. Dan fungsinya untuk mencegah sakit kepala, wajah , telinga, gigi, hidung,kerongkongan dan penyakit lainnya dibagian kepala. Kemudian Al-Katifain atau di kedua bahu yang berfungsi untuk mengobati sakit leher dan pundak, kemudian ada ’Ala Warik titik bekam dipinggul ,kemudian di bagian punggung kaki atau yang dinamakan ’Ala Dzahril Qadami yang berfungsi untuk menghilangkan keletihan pada bagian kaki. Masihkah kita meragukan bekam... Masihkah kita meragukan apa yang datang dari Rasulullah... Mari berbekam... semoga Allah Azza Wajalla merahmati apa yang kita usahakan...

Kamis, 27 Maret 2008

Muqoddimah Al-Forqon


Bismillahirrahmaa nirrahimm
Assalamualaikum warahmatullah

Wahai sauadaraku... datangnya Bulan Robi'ul Awwal
Mengingatkan kita pada sebuah peristiwa, kelahiran teragung sepanjang sejarah umat manusia. Peristiwa tersebut yakni Kelahiran Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, utusan Allah Azza Wajalla yang termulia dan penutup risalah langit.
Berbagai simbol kecintaan pun digiatkan oleh sebagian besar kaum muslimin, seperti biasa kita lihat... digelarlah berbagai perlombaan yang katanya "Islami", dirayakan peringatan Maulid Nabi di berbagai tempat, mulai dari Rumah RT, Mushola, Sekolah, Masjid, Instansi, bahkan sampai menjadi hari libur nasional di Negeri ini.
Dengan begitu giat dan "ikhlas" saudara-saudara kita melakukan itu semua. Tenaga, waktu bahkan harta mereka korbankan demi menyukseskan Peringatan Maulid Nabi, dengan sebuah alasan bahwa ini adalah bentuk cinta kepada Rasul-Nya Shalallahu Alaihi Wasallam.
Namun saudaraku...
Betulkan begitu cara mencintai beliau (Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ?
Betulkah dengan cara yang demikian..?
Ketahuilah wahai saudaraku kaum muslimin...Mencintai Rasulullah halallahu Alaihi Wasallam adalah sebuah ibadah agung yang akan mendapat balasan dan pahala yang besar dari Allah Azza Wajalla.
Ketika Rasulullah Shalallahu Alaihi wasallam menyebutkan orang yang akan merasakan lezatnya iman, diantaranya Rasulullah menyebutkan : "...Seseorang yang mencintaiku lebih dari cintanya kepada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya serta semua orang lainnya."
Kemudian ada juga riwayat dari al-Imam At-Tirmidzi (semoga Allah erahmatinya)dengan sanad Shohiih dari sahabat Anas bin Malik Radiyallahu Anhu, ia berkata : "Ada seseorang yang datang kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam lalu bertanya : 'Kapan terjadinya hari kiamat?' maka Rasulullah pun bergegas menjalankan (mendirikan) sholat. Selesai Sholat beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam)bangkit dan bertanya : "Siapa yang bertanya tentang datangnya kiamat tadi ?' Maka laki-laki itu menjawab : "Saya wahai Rasulullah." "Apa yang telah engkau persiapkan ?' Tanya Rasulullah lagi. Orang tadi menjawab : "Saya tidak mempunyai banyak sholat dan puasa, hanya saja saya mencintai Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda : "Sesungguhnya itu bersama orang yang dia cintai, dan engkau akan bersama orang yang engkau cintai."
Jadi Siapakah yang dicintai orang tersebut ?
Wahai Saudaraku.. yang merindukan Jannah..
Sudah merupakan sesuatu yang baku dan tetap pada kaummuslimin, bahwa yang namanya ibadah TIDAK AKAN DITERIMA oleh Allah Azza Wajalla kecuali dilakukan dengan "IKHLAS" hanya karena Allah dan sesuai dengan tuntunan "ITTIBA'" Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Dan masalah ke-IKHLASAN adalah masalah atau urusan si pelaku dengan Allah Azza Wajalla saja, jadi tidak ada satu orangpun selain si pelaku yang mengetahuinya. Namun yang patut dan perlu kita pertanyakan adalah Apakah semua telah sesuai dengan tuntunan Rasulullah dalam cara mencintai beliau (Shalallahu 'Alaihi Wasallam) ?
Apakah Rasulullah memerintahkan, mencontohkan atau menyetujui ekspresi cinta semacam itu ? Kalau ada yang mengatakan : "Ya". Maka datangkanlah kepada kami dalil shohiih yang menyatakan hal tersebut, dan Insya Allah (Saudaraku...) kami akan segera mengamalkannya. tetapi kalau tidak, maka apakah kita melakukan sesuatu ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh beliau dan para sahabatnya ?
Siapakah yang lebih mencintai beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) ? Kita... atau para Sahabat Ridwanallahu Alaihim Ajemain ? Sudah barang tentu Para Sahabat Ridwanallahu Alaihim Ajemain jawabannya. JIka demikian Saudaraku..., Apakah mereka (para sahabat) melakukan itu semua !? Wallahi, seandainya perbuatan tersebut baik, dan seandainya perbuatan itu adalah bentuk kecintaan kepada beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam), niscaya merekalah (para Sahabat Ridwanallahu 'Alaihim Ajemain) orang yang paling dahulu melakukannya.
Sadarlah Wahai Saudaraku...! Bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda : "Barangsiapa yang melakukan amal perbuatan yang tidak ada contohnya dari kami, maka amal itu tertolak." Rawahu Bukhari-Muslim (Semoga Allah merahmatinya).
Bukankah agama kita telah sempurna ?
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah mengajarkan pada kita ummatnya tata cara buang hajat, perpakaian, dan lainnya... lalu mungkinkah beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) tidak meninggalkan, tidak mengajarkan bagaimana cara mencintai beliau ? Ini adalah sebuah kemustahilan !
Oleh karena itu Saudaraku... cintailah beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) dengan cara yang beliau contohkan dan diamalkan oleh para sahabatnya (Ridwanallahu Alaihim Ajemain) serta para ulama yang telah mengikuti mereka dengan baik. Wallahu 'Aalam
Semoga Allah Azza Wajalla selalu melimpahkan kita ilmu yang bermanfaat, Rizky yang baik dan Amalan yang diterima...

Minggu, 23 Maret 2008

Fiqih Realitas pakah Realistis ?

Assalamu Alaikum
warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji hanya bagi Allah, Kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan serta berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan diri dan semua kekeliruan amal kami. barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorangpun yang mampu menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh-Nya, maka tiada seorangpun yang mampu memberi petunjuk padanya.
Aku bersaksi bahwa Tiada Rabb yang berhak diibadahi kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Amma Ba'du
Sebelum nya ana ucapkan Barakallahu fikum.. kepada ukhti Nia. Jazakillah Khair atas postingnya mengenai " Berhati-hati dengan Sallam "Semoga Allah Azza Wajalla memberkahi dan merahmati apa apa yang Anti usahakan dan membalasnya dengan kebaikan di dunia dan di akhirat.
Toyib Saudara ku se-iman dan se-aqidah. Sudah cukup banyak pembahasan tentang Fiqhul Waqi' atau yang dikenal dengan fiqih Realitas. baik yang ditulis melalui buku, maupun jurnal-jurnal ilmiah. Semua itu saudaraku yang mengharapkan ridho Allah, menunjukkan perhatian yang cukup besar dan tinggi bagi disiplin ilmu yang menurut ulama-ulama adalah disiplin ilmu yang masih relatif baru. Dan lazimnya ... ya..sebuah disiplin ilmu yang "baru" tentunya banyak aspek yang menjadi sasaran di dalam kajiannya guna menilai suatu objek pengetahuan tertentu untuk layak menjadi sebuah ilmu tersendiri. Misalnya nih.. tentang sumber, kemudian cakupan, lalu batasan-batasannya, lantas analisanya dan lain sebagainya deh. Dan disiplin ilmu baru ini "Fiqhul Waqi' aspek-aspeknya telah dibahas oleh
ulama-ulama dengan pemaparan yang berbeda-beda, namun perbedaan tersebut semangkin mengkokohkan disiplin ilmu 'baru" ini. Sebenarnya saudaraku... praktek dan pengamalan tentang Fiqhul Waqi' itu sendiri telah berlangsung lama. Jika kita membuka berbagai karya besar ulama yang berjilid-jilid tebalnya, maka akan kita temui "Walau tidak secara khusu berbicara tentang Fiqhul Waqi'" berbagai semangat, pemikiran dan penerapannya tentang disiplin ilmu "baru" ini. Contoh yang amat sederhana dan amat Ma'tsur (terkenal ghitu Lho), Dimana Khalifah Umar ibnul Khaththab Radiyallahu Anhu pernah tidak memotong tangan seorang pencuri, karna ternyata saat itu musim paceklik dan kelaparan terjadi dimana-mana. Nah ini hanyalah bukti sederhana, betapa fatwa dan vonis hukuman sangat dipengaruhi
oleh pertimbangan situasi atau realita dan kondisi yang ada saat itu. Namun saudaraku.. di sisi lain, dijaman sekarang ini... tidak sedikit orang yang berlebih-lebihan dalam menyikapi disiplin ilmu "baru" ini. Yang akhirnya menempatkan Fiqhul Waqi' dalam posisi diatas fiqih yang lebih besar yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah. Walaupun demikian , kajian tentang Fiqhul Waqi' dan berbagai disiplin ilmu keislaman lainnya, harus lah terus kita dorong dan tumbuh kembangkan (sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan kita tentunya) agar kita selaku pemuluk agama yang agung ini cerdas, dan bijak dalam melihat berbagai permasalahan umat. Sehingga apa yang kita lakukan di dunia yang penuh dengan hal-hal baru ini, betu-betul memperhatikan situasi dan kondisi, dengan tetap berpegang teguh pada tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah menurut pemahaman Shalafus Shalih Ridwanallahu 'Alaihim Ajemain. Wallahu Allam.
Toyib Saudaraku yang mengharapkan Ridho Allah... Semoga Allah Azza Wajalla senantiasa melimpahkan ilmu yang bermanfaat, melimpahkan rizky yang baik serta amalan yang diterima bagi kita semua... Salah satu kaidah ilmu, amal dan tarbiyah yang terpenting, yang harus kita jadikan pijakan dan sandaran adalah Firman Allah Azza Wajalla di dalam Surah Al-Isra ayat 36, dimana dinyatakan
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya."
insya Allah akan ana sambung di waktu dan kesempatan lain .
Do'a kan ya....


Selasa, 18 Maret 2008

Kutipan "Ksyfus Syubhat"

Bismillahirrahmanirrahim

Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah, kita memuji-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya dan memohon ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita dan keburukan amalan-amalan kita. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan oleh-Nya, maka tidak seorangpun yang dapat memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Wahai Saudaraku...Apa yang Ana sajikan ini merupakan perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahumullah. Apa yang beliau katakan ini sangatlah penting
sebagai penjelas dan penerang di dalam memahami agama ini, juga guna menghilangkan kesamaran dan kemusykilan. Dimana banyak saudara kita yang bersyahadat terjerumus ke dalamnya disebabkan oleh berpalingnya mereka dari
mempelajari agama ini dengan pemahaman Shalafus Shalih Ridwanallahu 'Alaihim Ajemain, serta berpalingnya mereka dari kewajiban yang telah diwajibkan Allah atas mereka. Namun saudaraku.. sebaik -baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallahu 'Alaihi wasalla. Dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah salah seorang penerus dan penegak Manhaj Nabawiyah yang haq yang pada dirinya tidak terlepas dari kesalahan dan ke khilafan... "Semoga Allah Azza Wajalla merahmatinya."
Toyib Saudaraku...
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahumullah berkata : "Tak diperselisihkan bahwa tauhid itu harus dengan hati, lisan, dan amal perbuatan. Jika salah satu saja dari ketiga-nya tidak terdapat pada diri seseorang, maka orang tersebut belum menjadi seorang Muslim.
Bila seseorang mengetahui tentang Tauhid, namun tidak mengamalkannya, berarti ia seorang kafir Mu'anid (penentang), seperti Fir'aun, Iblis dan siapa saja yang semisal dengan keduanya.
Dalam hal ini, banyak orang yang keliru. Mereka mengatakan, "Ini memang benar, dan kami punmemahami hal ini serta bersaksi bahwa ini memang benar." Akan tetapi... kami tidak mampu mengerjakannya, karna adat dan kebiasaan penduduk dan kami harus mengikuti adat dan budaya penduduk setempat."
Sementara rakyat tidak mengerti (menyadari) bahwa kebanyakan para pemimpin kafir pun sebenarnya mengetahui kebenaran, dan mereka itu tidaklah meninggalkan kebenaran, kecuali karna suatu alasan saja sebagaimana yang dikatakan oleh Allah Ta'ala : "Mereka menukar ayat-ayat Allah dengan harga sedikit." (QS. At-Taubah ayat 9). "Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri." (QS. Al-Baqarah ayat 146).
(Jadi Saudarakau... ) Jika seseorang telah mengamalkan tauhid dalam bentuk amalan secara Dzohir (lahiriyah), padahal ia tidak memahaminya atau tidak meyakininya dengan hatinya, maka ia berarti seorang menuafik yang lebih buruk dari pada orang yang kafir tulen. "Sesungguhnya orang-orang menafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.' (QS. An-Nisa ayat 145).
Jika kita perhatikan pada lidah-lidah manusia. (Maka) akan kita lihat orang yang sebenarnya mengetahui kebenaran, namun ia meninggalkan kebenaran itu dan tidak mau mengamalkannya karena takut berkurangnya nilai-nilai dunia, atau berkurangnya pangkat dan kehormatan (bahkan sampai pada tahap memerangi Ahlut-Tauhid wal-Ittiba'), atau karena ingin menjilat kepada seseorang. Dan akan terlihat orang yang mengamalkan kebenaran secara lahiriyah saja, namun tidak di dalam hatinya. jika ditanyakan kepadanya mengenai apa yang diyakini oleh hatinya, ternyata ia tidak tahu. (Naudzubillahi Tsuma Naudzubillah).
Yang harus dipahami (berkenaan dengan masalah ini) adalah dua ayat dari Firman Allah Ta'ala :
Pertama : "Tidak usah kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman." (QS. At-Taubah ayat 66).
(dan kita ketahui melalui siroh) dimana ada beberapa orang yang ikut berperang bersama Rasulullah Shalallahu 'Alahi Wasallam melawan bangsa Romawi bisa menjadi kafir disebabkan satu kalimat yang mereka ucapkan dalam bentuk kelakar dan main-main, maka akan menjadi jelaslah bagi anda bahwa orang yang mengucapkan kekufuran atau mengamalkan kekufuran itu hanya karena takut akan kurangnya harta, atau kehormatan, atau karena menjilat terhadap seseorang itu tentunya lebih besar nilai kekufuran-nya daripada kekufuran orang yang mengucapkan kalimat senda gurau.
Kedua : "Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat." (QS. An-Nahl ayat 106-107).
Wahai saudaraku..."Tidak setiap orang yang melakukan tindak kekufuran itu dapat dihukumi kafir, mengingat suatu perkataan atau perbuatan itu terkadang memang merupakan kekufuran, akan tetapi kekufuran itu tidak dapat dimutlakkan atas orang yang mengatakan atau orang yang mengkafirkan seseorang kecuali harus memenuhi syartnya. Sebab untuk mengkafirkan seseorang harus terlebih dahulu dapat dipastikan adanya syarat-syarat pengkafiran (takfir) pada diri orang tersebut serta tidak terdapat penghalang-penghalang." Wallahu A'alam

Minggu, 16 Maret 2008

Addienun nasehah


Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kaifahalukum... Wahai saudaraku seiman se-Aqidah.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Agama Adalah Nasehat" Kami (para Sahabat) berkata : "Untuk siapa wahai Rasulullah?" Beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) berkata, "Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan para pemimpin kaum muslimin serta segenap kaum muslimin." Rawahu Muslim (semoga Allah merahmatinya).
Nah saudaraku...
Untuk mengamalkan sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ini lah, Ana memperuntukkan apa yang Ana sebut sebagai nasehat (wallahu 'Allam), kepada diri Ana sendiri dan kepada Jama'ah-jama'ah Islam yang ada, agar berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para Shalafus Shalih Ridwanallahu 'Alaihim Ajemain. Di dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh al-Imam Malik (semoga Allah merahmatinya) dan dishohiihkan oleh Al-Alamah Syaikh Muhammad Nashiruddin al-AlBani dalam Shohiih al-Jami', Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Aku tinggalkan atas kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya yakni Kitabullah (Al-Qur'an) dan sunnah Rasul-Nya. Masihkah kita ragu untuk berpegang pada keduanya... Padahal sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam.
Coba antum buka Al-Qur'an Surah An-Nisa ayat 59, disana sangatlah jelas dan terang, seterang sinar Matahari, dimana Allah Azza Wajalla menerangkan, "Jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya) jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya." Dan hanya kepada Allah lah kita beribadah dan hanya kepada-Nya lah kita memohon pertolongan. Sesungguhnya saudaraku... ilmu itu di dapat hanya dengan belajar...bukan dengan mimpi atau mengkhayal." Jadi saudaraku...Wajib atas kita dan semua jama'ah-jama'ah islamiyah yang ada untuk selalu menuntut ilmu yang syar'i dan menghindari bergolong-golongan yang tercela karna saudaraku.. hal tersebut hanya akan membawa kita kepada perpecahan, kemudian saling mentahjir dan saling mengkafirkan (Naudzubillahi mindzalik), padahal seharusnya lah kita saling tolong menolong dalam hal yang memberi manfaat dan memberikan kebaikan bagi kaum muslimin. Sebagaimana Qur'an Surah Al-Maidah ayat 2 : "Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangalah kalian tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan." Dan yang tak kalah pentingnya yang harus kita ingat dan camkan di dalam dada-dada kita, bahwa Janganlah kita saling mendengki dan saling memusuhi satu sama lain. Di dalam riwayat Muslim (semoga Allah merahmatinya), Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Janganlah kalian saling mendengki dan janganlah saling memusuhi serta janganlah saling membelakangi.' Dan hendaknya kita semua harus mau menerima nasehat, jika memang nasehat tersebut sesuai dengan Al-Qur'an dan hadits yang shohiih. Karna Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda : "Agama ini adalah nasehat." Rawahu Muslim.
Jadi Saudaraku...jIka kita melihat sesuatu yang tidak benar dan menyalahi dari apa yang Rasulullah ajarkan dan contohkan dalam Ibadah dan prilaku, maka nasehatilah dengan cara-cara yang ma'ruf dan Rifq dengan bahasa yang baik, yang sesuai dengan al-Qur'an dan Hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam yang shohiih, kemudian yang kita ingkari adalah perbuatannya bukan orangnya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad (semoga Allah merahmatinya) dengan derajat Hasan, dimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda, "Semua keturunan Adam pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang mau bertobat." Selain itu saudaraku... jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam Agama, karna Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam melalui haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad (semoga Allah merahmatinya) dengan derajat Shohiih, bersabda, "Jauhilah sikap berlebih-lebihan dalam Agama, sesungguhnya yang menghancurkan umat-umat sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam agama." Wallahu Allam bishowab.
Dan Ana akhiri apa yang ana namakan nasehat ini dengan do'a yang digunakan oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu ketika mengakhiri perkataannya di dalam Kaifa ihtadaitu ila At-Tauhid Wa Ash-Shiroth Al-Mustaqim. "Ya Allah perbaikilah keadaan antara kami, persatukanlah hati kami dan tunjukilah kami jalan yang selamat. Ya Allah... Jadikanlah kami orang-orang yang memberi dan mendapat petunjuk. Bukan orang-orang yang sesat dan menyesatkan."
Ya Allah...hamba memohon kepada-Mu...Semoga apa yang hamba-Mu usahakan ini membawa manfaat bagi hamba-Mu pribadi dan kaum Muslimin, dan menjadikan apa yang hamba-Mu ini usahakan sebagai amalan yang ikhlas.

Jumat, 11 Januari 2008

At-Tibyan Syarah Nawagidh al-Islam


Al Imam Ibnu Qayyim (semoga Allah merahmatinya) menulis sebuah Syair yang kami kutip dari At-Tibyan Syarah Nawagidh al-Islam
Demi Allah,
kekhawatiranku bukan terhadap dosa-dosa,
Karna ada jalan maaf dan ampunan dari
Yang Maha Kuasa

Namun yang aku takutkan adalah
Lepasnya Hati dari berhukum
kepada
Wahyu Al-Qur'an
Rela dengan pikiran dan kedustaan
Umat Insani

yang tidak bersumber kepada
Kalam Ilahi

kepada Allah-lah tempat mengadu
Dan hanya kepadanya kita bertawakal
Kepadanya kita berlindung