Bismillahirrahmanirrahim
Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah, kita memuji-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya dan memohon ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita dan keburukan amalan-amalan kita. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan oleh-Nya, maka tidak seorangpun yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Wahai Saudaraku...Apa yang Ana sajikan ini merupakan perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahumullah. Apa yang beliau katakan ini sangatlah penting
sebagai penjelas dan penerang di dalam memahami agama ini, juga guna menghilangkan kesamaran dan kemusykilan. Dimana banyak saudara kita yang bersyahadat terjerumus ke dalamnya disebabkan oleh berpalingnya mereka dari
mempelajari agama ini dengan pemahaman Shalafus Shalih Ridwanallahu 'Alaihim Ajemain, serta berpalingnya mereka dari kewajiban yang telah diwajibkan Allah atas mereka. Namun saudaraku.. sebaik -baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallahu 'Alaihi wasalla. Dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah salah seorang penerus dan penegak Manhaj Nabawiyah yang haq yang pada dirinya tidak terlepas dari kesalahan dan ke khilafan... "Semoga Allah Azza Wajalla merahmatinya."
Toyib Saudaraku...
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahumullah berkata : "Tak diperselisihkan bahwa tauhid itu harus dengan hati, lisan, dan amal perbuatan. Jika salah satu saja dari ketiga-nya tidak terdapat pada diri seseorang, maka orang tersebut belum menjadi seorang Muslim.
Bila seseorang mengetahui tentang Tauhid, namun tidak mengamalkannya, berarti ia seorang kafir Mu'anid (penentang), seperti Fir'aun, Iblis dan siapa saja yang semisal dengan keduanya.
Dalam hal ini, banyak orang yang keliru. Mereka mengatakan, "Ini memang benar, dan kami punmemahami hal ini serta bersaksi bahwa ini memang benar." Akan tetapi... kami tidak mampu mengerjakannya, karna adat dan kebiasaan penduduk dan kami harus mengikuti adat dan budaya penduduk setempat."
Sementara rakyat tidak mengerti (menyadari) bahwa kebanyakan para pemimpin kafir pun sebenarnya mengetahui kebenaran, dan mereka itu tidaklah meninggalkan kebenaran, kecuali karna suatu alasan saja sebagaimana yang dikatakan oleh Allah Ta'ala : "Mereka menukar ayat-ayat Allah dengan harga sedikit." (QS. At-Taubah ayat 9). "Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri." (QS. Al-Baqarah ayat 146).
(Jadi Saudarakau... ) Jika seseorang telah mengamalkan tauhid dalam bentuk amalan secara Dzohir (lahiriyah), padahal ia tidak memahaminya atau tidak meyakininya dengan hatinya, maka ia berarti seorang menuafik yang lebih buruk dari pada orang yang kafir tulen. "Sesungguhnya orang-orang menafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.' (QS. An-Nisa ayat 145).
Jika kita perhatikan pada lidah-lidah manusia. (Maka) akan kita lihat orang yang sebenarnya mengetahui kebenaran, namun ia meninggalkan kebenaran itu dan tidak mau mengamalkannya karena takut berkurangnya nilai-nilai dunia, atau berkurangnya pangkat dan kehormatan (bahkan sampai pada tahap memerangi Ahlut-Tauhid wal-Ittiba'), atau karena ingin menjilat kepada seseorang. Dan akan terlihat orang yang mengamalkan kebenaran secara lahiriyah saja, namun tidak di dalam hatinya. jika ditanyakan kepadanya mengenai apa yang diyakini oleh hatinya, ternyata ia tidak tahu. (Naudzubillahi Tsuma Naudzubillah).
Yang harus dipahami (berkenaan dengan masalah ini) adalah dua ayat dari Firman Allah Ta'ala :
Pertama : "Tidak usah kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman." (QS. At-Taubah ayat 66).
(dan kita ketahui melalui siroh) dimana ada beberapa orang yang ikut berperang bersama Rasulullah Shalallahu 'Alahi Wasallam melawan bangsa Romawi bisa menjadi kafir disebabkan satu kalimat yang mereka ucapkan dalam bentuk kelakar dan main-main, maka akan menjadi jelaslah bagi anda bahwa orang yang mengucapkan kekufuran atau mengamalkan kekufuran itu hanya karena takut akan kurangnya harta, atau kehormatan, atau karena menjilat terhadap seseorang itu tentunya lebih besar nilai kekufuran-nya daripada kekufuran orang yang mengucapkan kalimat senda gurau.
Kedua : "Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat." (QS. An-Nahl ayat 106-107).
Wahai saudaraku..."Tidak setiap orang yang melakukan tindak kekufuran itu dapat dihukumi kafir, mengingat suatu perkataan atau perbuatan itu terkadang memang merupakan kekufuran, akan tetapi kekufuran itu tidak dapat dimutlakkan atas orang yang mengatakan atau orang yang mengkafirkan seseorang kecuali harus memenuhi syartnya. Sebab untuk mengkafirkan seseorang harus terlebih dahulu dapat dipastikan adanya syarat-syarat pengkafiran (takfir) pada diri orang tersebut serta tidak terdapat penghalang-penghalang." Wallahu A'alam
I'tikaf
13 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar