Selanjutnya saudaraku se-Iman se-Aqidah, Semoga Allah selalu menegakkan jasad-jasad dan batin-batin kita diatas Manhaj yang haq, manhajnya para Sahabat Ridwanallahu alaihi jamian.
Selain yang telah ana sebutkan dipostingan sebelumnya, maka yang perlu kita lakukan agar nilai ibadah kita meningkat, yakni kita perlu Mengutamakan amalan sosial daripada amalan yang manfaatnya terbatas hanya untuk pribadi semata. Nah ditinjau dari sudut kemanfaatannya nih Saudaraku, yang namanya Amalan Sholeh ter-kualifikasi-kan menjadi dua :
Dimana yang pertama yakni Amalan yang hanya terbatas kemanfaatannya bagi pelakunya saja, tidak bisa dinikmati oleh orang lain. Banyak contohnya ya saudaraku, dalam hal ini seluruh ibadah yang menjadi kendaraan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah tanpa ada kaitan dengan makhluk, termasuk ibadah yang hanya diperuntukkan bagi pelakunya saja. Adapun yang kedua yakni : Amalan yang manfaatnya bisa dinikmati oleh orang lain, sehingga maslahat keagamaan dan duniawi nya terpenuhi. Dan dalam masalah penilaian amalan sholeh, para ulama telah menetapkan, bahwa yang namanya amalan sholeh yang bersifat sosial lebih utama dibandingkan amalan yang manfaatnya terbatas pada pelakunya sendiri. Sebabnya Saudaraku, dengan amalan tersebut dapat terwujudnya maslahat serta dampak positif yang dapat dirasakan oleh orang lain. Dasar penetapan para ulama yakni, semua dalil yang menunjukkan ketinggian nilai amal sholeh yang bersifat sosial, dan anjuran untuk melakukannya serta sanjungan bagi para pelakunya. Diantaranya nih Saudaraku, sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim Rahimahullah : “Barangsiapa menyeru kepada hidayah, niscaya ia mendapatkan pahala sebesar pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun…”
Toyib Saudaraku, hadits tersebut dengan jelas menggambarkan besarnya keutamaan menyalurkan dan mengajarkan ilmu kepada orang lain, sehingga orang yang menyerap ilmu darinya dapat beribadah sebagaimana apa yang dianjurkan dan dilarang Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Dan nash-nash yang senada dengan makna hadits tadi sangatlah banyak Saudaraku
Seperti sanjungan bagi orang-orang yang sering berbuat baik untuk orang lain, maka mereka (orang yang berbuat baik tersebut) adalah mahluk pilihan di sisi Allah. sebagiamana sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah : “Sebaik-baik kawan disisi Allah ialah yang paling bermanfaat bagi kawannya. Dan sebaik-baik tetangga adalah tetangga yang paling baik bagi tetangganya.”
Jadi Saudaraku yang mengharapkan sebaik-baik tempat kembali yakni Jannah, maka sangatlah jelas hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah Rahimahullahu Ta’ala Anhu bahwa sebaik-baik kawan disisi Allah ialah yang paling bermanfaat bagi kawannya. Dan sebaik-baik tetangga adalah tetangga yang paling baik bagi tetangganya.
Selian itu ada juga hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Sebaik –baik kalian adalah orang yang terbaik bagi keluarganya. Dan aku adalah orang yang terbaik bagi keluargaku.”
Maka, jadilah orang yang paling bermanfaat dimanapun kita berada Saudaraku, sekali lagi , jadilah orang yang bermanfaat dimanapun kita berada, baik ketika kita berposisi sebagai kawan atau sebagai tetangga atau di dalam lingkungan keluaraga, karna Allah Azza Wa jalla memuliakan orang-orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah bertanya kepada para sahabat tentang orang-orang yang baik dan orang-orang yang buruk sampai tiga kali. Namun mereka (para sahabat) diam. Maka beliau (Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam) menerangkan :
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan dirasa aman (dari) keburukannya. Dan sejelek-jelek kalian adalah orang yang tidak pernah diharapkan kebaikannya dan tidak dirasa aman (atas) keburukannya.”
Hadits-hadits tersebut Saudaraku mengindikasikan bahwa manusia pilihan disisi Allah adalah mereka yang terbaik di mata manusia, dan yang paling utama dari kalangan mereka di sisi Allah, adalah insan yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Namun pada jaman sekarang ini banyak orang yang menilai bahwa orang yang bermanfaat bagi mereka apabila ia memiliki harta yang lebih dan dapat membuat mereka bahagia dengan harta tersebut. Padahal orang tersebut membawanya kedalam jurang kenistaan. Sedangkan orang-orang yang selalu memberi nasehat, yang mengajarkan sunnah dengan manhaj yang haq malah dianggap pengacau bahkan dinilai mengada-ada dan mencampuri urusan pribadinya. Naudzubillahi min dzalik. Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang mau menerima nasehat.
Mari Saudaraku yang mencintai Sunnah, sedikit kita selami makna orang-orang yang bermanfaat yang diaplikasikan oleh generasi terdahulu dari para Shalafus Sholeh, dimana mereka mengutamakan amalan-amalan yang bermanfaat bagi orang lain ketimbang amalan sholeh yang bersifat pribadi. Sebagaimana diceritakan Majaad bahwa ia pernah menemani perjalan Ibnu Umar dimana ia berniat untuk membantunya, namun justru Ibnu Umarlah yang melayani Majjaad. Bahkan Saudaraku sebagian dari kalangan salafus Sholeh kita , mereka mengajukan syarat saat akan melakukan perjalanan bersama rekan-rekannya yang lain agar dia saja yang melayani mereka ditengah perjalanan. Ibnu Rajab di dalam Lathaiful Ma’arfi yang kami kutip dari Majalah As-Sunnah berkata : “Berbuat baik kepada teman perjalanan lebih baik daripada Ibadah Qashirah (yang manfaatnya hanya direguk secara pribadi), apalagi jika seseorang punya keinginan sendiri untuk melayani kawan-kawannya.”
Nah Saudaraku, orang yang bermanfaat bukanlah orang yang hanya dinilai dari manfaat akan hartanya saja tetapi juga bisa bermanfaat dengan tenaganya seperti yang dicontohkan oleh Salafus Shalih, atau dapat juga bermanfaat dengan lisannya, dengan saran-saran atau nasehatnya yang kadang-kadang kita anggap sepele padahal nasehat tersebut mengandung kebaikan dan kebenaran.
Allah Azza Wa jalla berfirman di dalam Surah Al-Ashr
وَألْعَصْرِ . إِنَّ أ ْلإِنسَنَ لَفِى خُسْرٍ .
إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُو اْ وَعَمِلُواْ الصَّلِحَتِ
وَتَوَا صَوْبِالْحَقِّ وَتَوَا صَوْا بِالصَّبْرِ.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Wallahu A’lam Bishowab….
Semoga bermanfaat. Semoga Nilai Ibadah kita semangkin meningkat dan berarti.