Jumat, 13 November 2009

Meningkatkan Nilai Ibadah 2

Assalamu alaikum...

Wahai saudaraku dimanapun berada, Semoga Allah Azza Wajalla selalu memberkahi apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita dan Merahmati apa yang kita usahakan. Didalam sebuah hadits, Al-Imam Muslim (Semoga Allah Azza Wa jalla merahmatinya) meriwayatakan dari Abu Mas’ud Uqbah Al-Anshary Al-Badri Radiallahu Anhu, (dimana) dia berkata, ”Barangsiapa yang menunjukkan (mengajak) kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakan kebaikan itu.”

Nah saudaraku, sudahkah kita menyeru, mengajak dan menunjukkan kebaikan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabat Ridwanallahu ’Alaihim Ajemain. Mari Saudaraku se-Iman se-Aqidah, kita mulai darai sekarang !

Alhamdulillah pada kesempatan kali ini, akan ana postingkan beberapa Faktor-faktor lainnya yang dapat Meningkatkan Nilai Ibadah Kita, sebagaimana postingan sebelumnya. Dimana pada postingan sebelumnya dibahas mengenai meningkatkan Keikhlasan dan memperbaiki niat agar amalan kita berkualitas, maka faktor selanjutnya yakni kita perlu Meningkatkan Perhatian pada Aspek Mutaba’ah kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam beribadah. Nah dalam hal ini, yang dimaksud Mutaba’ah di dalam beramal yakni “Menjalankan perintah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam suatu amalan dan melaksanakannya sesuai dengan aturan syariat yang dahulu dilakukan oleh Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Di dalam Majmu’ fatawa yang kami kutip dari majalah As-Sunnah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (semoga Allah Merahmatinya) berkata : “Hendaknya (amalan) dikerjakan persis dengan yang dilakukan Nabi, sesuai dengan aturan pelaksanaannya.”

Jadi saudaraku yang mencintai Sunnah, yang namanya Mutaba’ah kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam haruslah memenuhi dua unsur, dimana unsur yang pertama yakni : Kesesuaian dengan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam pelaksanaan, dan tentunya persis dengan tata caranya, tidak ditambah dan tidak dikurangi. Adapun unsur yang kedua yakni kesesuaian dalam niat, dimana niat hanya untuk beribadah kepada Allah Azza Wajalla. Untuk itu Saudaraku kita mestilah memahami agama kita, kita mestilah memahami ajaran-ajarannya.

Lantas bagaimana caranya agar kita memahami agama ini dan memahami ajaran-ajarannya ? Nah untuk itu, kita mesti Talabul Ilmi alias menuntut Ilmu kemana saja Saudaraku, dan dimana saja, selama orang tempat kita berbagi atau menimba ilmu tersebut berpegang atau bermanhaj pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang lurus dan Shohih tentunya sebagaimana mahjaznya para Sahabat Ridwanalahu ’Alaihim Ajemain. Dan mutaba’ah kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam haruslah pada keseluruhan ibadah, tidak hanya menyibukkan pada satu jenis ibadah saja, sedangkan ibadah lainnya kita telantarkan , tidak kita ikuti petunjuk Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Jadi yang namanya mengikuti tatacara Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabat dalam beribadah rauslah secara keseluruhan, maksudnya seluruh amal ibadah haruslah mencontoh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabat Ridwanallahu ’Alaihim Ajemain.

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim (semoga Allah merahmatinya). Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam menceritakan orang-orang yang dipanggil (masuk Surga) dari pintu yang sesuai dengan ibadah yang ia tekuni. (lantas) AbuBakar Radhiyallahu Anhu bertanya : “Apakah ada seseorang yang dipanggil dari seluruh pintu ?”

Dijawab oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam :

“Ya, dan aku berharap engkau termasuk mereka, wahai Abu bakar.”

Selain itu yang namanya Mutaba’ah kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga dalam ke-istiqomah atau kontinyu-itas dalam amalan, dan tentunya dalam Mutaba’ah, kita beramal tidak dengan unsur yang memberatkan diri atau takalluf. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan al-Imam Al Bukhari di dalam Fathul Baariy (Syarah Shohih Bukhari oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar). (Dimana) Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Sesungguhnya agama ini mudah. Tidak ada orang yang bersikap keras dengannya, kecuali akan terkalahkan..”

Dan juga yang tidak boleh kita lupakan Saudaraku, bahwa dalam Mutaba’ah haruslah dipenuhi unsur keseimbangan dimana hak-hak yang ada haruslah terpenuhi. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Maka, sesungguhnya bagi jasadnya ada hak atasmu, bagi matamu ada hak atasmu, dan bagi istrimu ada hak atasmu dan bagi tamumu ada hak atas mu.” Wallahu A’lam bish-shawab.

0 komentar: