Rabu, 17 Februari 2010

Etika Mencari Nafkah 2

بِسْمِ اللّهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْم

Wahai Saudaraku yang mengharapkan sebaik-baik tempat kembali yakni Jannah, berikut ana postingkan kelanjutan dari Etika Mencari Nafkah. Semoga bermanfaat bagi ana pribadi, keluarga ana, dan antum sekalian. Selanjutnya ana tuturkan sebuah atsar para sahabat Ridwanallahu ‘Alaihim Jami’an, yang mulia perilakunya, dimana mereka selalu berhati-hatian dalam memasukkan makanan ke dalam jasadnya. Atsar ini saudaraku, diriwayatkan oleh al-Imam Al-Bukhari (Semoga Allah Merahmatinya), dari Ummul Mukminin ‘Aisyah Radiallahu Anha, ia bercerita, bahwa Abu Bakar (ayahnya) memiliki seorang budak yang ditugaskan membawa bekal untuknya setiap hari. Dan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu selalu makan dari bekal tersebut. Pada suatu hari, budak itu datang membawa makanan. Maka Abu Bakar menyantap makanan tersebut. Kemudian budak itu bertanya,”Tahukah tuan, dari mana makanan itu?” Abu Bakar balik bertanya,”Mengapa? Berkata si Budak,”Pada masa jahiliyah dulu, aku pernah berlagak menjadi dukun untuk mengobati seseorang, padahal aku tidak mengerti perdukunan, hanya semata-mata untuk menipunya. Lalu ia bertemu lagi denganku dan memberiku makanan yang engkau makan itu.” Mendengar hal itu, spontan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu memasukkan jarinya ke dalam mulut dan mengorek-ngoreknya sehingga memuntahkan semua isi perutnya. Subhanallah !!

Selanjutnya Saudaraku se-Iman dan se-Aqidah, akan ana sampaikan beberapa prasyarat mencari nafkah yang ditulis oleh al-ustadz Abu Ihsan Al Atsari Al Maidani Hafidzahullah, yang ana kutip dari As-Sunnah, dimana hal ini tentunya perlu diperhatikan oleh kita selaku seorang muslim.

Adapun Prasyarat Yang pertama yakni Ilmu. Jadi saudaraku yang mengharapkan ridho dan rahmat Allah Azza wa jalla, kita haruslah Berilmu sebelum berkata dan berbuat. Dan prinsip ini adalah prinsip yang disepakati . Demikian juga dalam hal jual beli. Kita hendaklah memahami apa saja yang wajib kita ketahui berkaitan dengan amalan yang akan kita kerjakan. Dalam sebuah atsar di dalam As-Sunnah, Ummar ibnu Khaththab Radhiyallahu Anhu pernah melarang para pedagang yang tidak mengetahui hukum-hukum jual beli untuk memasuki pasar. Misalkan kita berjual beli atau berdagang, Minimal nih, kita harus tahu waktu-waktu larangan untuk berjual beli seperti pada waktu akan menunaikan sholat Jum’at. Dimana Allah Azza Wa jalla menjelaskan di dalam firman-Nya Surah Al-Jumu’ah ayat 9

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.”

Selain itu, kita mesti tahu bahwa ada tempat-yempat yang dilarang berjual beli, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Abu dawud, At-Tirmidzi, An Nasai serta Ibnu Majah (semoga Allah merahmati mereka), dimana Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam melarang berjual beli didalam masjid. Kemudian kita juga harus tahu, barang-barang apa saja yang dilarang diperjual belikan, serta bagaimana etika dan tata cara yang diperbolehkan dalam berjual beli. Jadi jangan asal jual aja. Ingat ! berdagang juga ada etikanya…

Jadi bagi antum yang mencari rezki dari berdagang, maka selaku seorang pedagang atau pelaku Jual beli, kita dilarang berlaku curang dalam timbangan dan takaran. Hal ini Allah Azza Wa jalla tegaskan dalam firman-Nya surah Muthaffifiin ayat 1-3

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ.


الَّذِينَ إِذَا اكْتَا لُواْ عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونِ .


وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ.

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”

Dan semua ini saudaraku yang mencintai sunnah, hanya dapat diketahui dengan Ilmu. Selanjutnya bagi pekerja kantoran atau pegawai pemerintahan, maka kita juga harus tahu, apa saja yang dilarang berkaitan dengan pekerjaan kita. Satu contoh bahwa didalam islam, seorang pegawai pemerintah dilarang mengambil hadiah pada saat bertugas atau dinas atas nama Jabatan yang diamanahkan. Karena hal ini termasuk GHULUL (komisi) yang diharamkan. Sebagaimana hadits dari Abu Humaid As-Saa’idi Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ”Hadiah bagi para amil (pegawai) termasuk GHULUL !, hadits ini shohih, dan dishohihkan oleh Al-Alamah Syaikh Muhammad Nashirudin al-Albani (semoga Allah Merahmatinya) di dalam Irwaaul Ghalil. Maka dari itu saudaraku, jika kita tidak memiliki ilmu, jika kita tidak mempunyai pengetahuan, dan jika kita tidak mengetahui perkara-perkara tersebut, maka sudah barang tentu kita akan terjatuh kedalam perkara-perkara yang diharamkan. Wallahu a’lam

Toyib! Selanjutnya Prasyarat yang kedua yakni TAKWA, Takwa adalah sebaik-baik bekal. Pedagang , pegawai atau apapun profesinya maka kita haruslah memiliki bekal takwa. Dan secara umum Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah mengingatkan kita agar menjauhi sifat fajir yakni sifat yang tidak mengindahkan rambu-rambu syariat. Sehingga kita terjatuh kedalam larangan-larangan, seperti bersumpah palsu, menipu, khianat curang dan lain sebagianya. Demikian juga untuk para pegawai, bagi pegawai kita harus berbekal takwa. Maraknya kasus-kasus korupsi , suap menyuap, kecurangan, pungli, serta menarik biaya yang tidak dibebankan kepada masyarakat untuk kocek pribadi merupakan akibat hilangnya ketakwaan. Sehingga membuat seseorang menjadi gelap mata saat melihat gemerlapnya dunia.

Ketahuilah wahai saudaraku yang mencintai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa sallam, yang mencintai Sunnah-sunnah beliau, didalam islam tidak dikenal istilah Robin Hood. Sekali lagi di dalam Islam tidak dikenal istilah atau tokoh Robin Hood, Yang mencuri untuk rakyat miskin. Sungguh, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda, ”Barang siapa mengumpulkan harta haram kemudian menyedekahkannya, maka ia tidak memperoleh pahala darinya dan dosanya terbebankan pada dirinya.” Hadits ini shohih diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Jalur Darraj Abu Samah dari Ibnu Hujairah dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu. Perlu dicamkan saudaraku bahwa, Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik.

Maka jadilah pedagang dan pegawai yang berilmu dan bertakwa. Sebab ilmu dan takwa merupakan kunci sukses dalam mencari rezeki yang halal lagi baik. Wallahu ‘alam bishowab. Semoga bermanfaat…

0 komentar: